Advertorial

Wujudkan Inklusi Keuangan di Indonesia Menggunakan Strategi Grassroot

Kompas.com - 14/04/2021, 16:25 WIB

KOMPAS.com – Financial technology (fintech) merupakan salah satu inovasi teknologi yang saat ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat, baik untuk perusahaan, pemilik bisnis, maupun konsumen secara personal.

Diberitakan Kompas.com, Rabu (17/2/2021), penggunaan fintech tetap tumbuh di tengah pandemi Covid-19. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, realisasi penyaluran pinjaman fintech pada 2020 mencapai Rp 74,41 triliun atau meningkat 26,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Grab, perusahaan teknologi yang beroperasi di Indonesia, menjadi salah satu pemain besar dalam industri fintech tanah air. Director of Financial Technology Strategy Grab Indonesia Anandhita Kasetra mengatakan, satu hal yang membedakan bisnis fintech Grab dengan yang lain adalah penerapan strategi akar rumput atau grassroot.

Anandhita berkisah, Grab mulai melakukan ekspansi ke dunia fintech pada 2017 dengan mengakuisisi bisnis online-to-offline Kudo yang kini disulap jadi GrabKios.

“Pada awalnya, kami fokus pada pemberdayaan warung tradisional atau toko kelontong dengan memberikan kemampuan bagi mereka untuk bisa menawarkan ragam produk digital dan bisa diakses melalui aplikasi kepada pelanggan mereka,” ujar Anandhita.

Tujuan GrabKios sekarang, lanjutnya, adalah memberdayakan lebih banyak jaringan agen individu dengan menghadirkan layanan keuangan bagi seluruh masyarakat di setiap pelosok negeri.

“Ini adalah ruang yang menarik dengan peluang yang belum terjamah. Karena menurut OJK, 51 persen populasi orang dewasa di Indonesia tidak memiliki akun perbankan,” jelas pria yang akrab disapa Anan itu.

Memberdayakan pedagang tradisional

Meskipun demikian, Anan menyadari bahwa tantangan yang menghadang di depan sangat besar. Hal ini mengingat jumlah masyarakat yang melek teknologi dan keuangan masih relatif rendah. Infrastruktur dasar untuk konektivitas internet pun masih kurang, terutama di daerah pedesaan.

Bagi Grab, solusi masalah tersebut terletak pada pendekatan ekosistem terbuka dan strategi akar rumput yang menyediakan kebutuhan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini mendasari hadirnya program warung kelontong atau kios yang dapat ditemukan di mana saja dengan mudah di Indonesia.

Grab pun menyadari bahwa sebagai negara kepulauan yang luas dengan populasi yang besar, preferensi konsumen di Indonesia pada dasarnya berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi, latar belakang sosial ekonomi, dan juga kondisinya.

“Cara terbaik kami untuk dapat melayani pelanggan dan mendorong adopsi produk keuangan adalah dengan memastikan kami menyediakan apa yang mereka butuhkan dengan mudah. Itulah alasan kami menekankan pendekatan ekosistem terbuka dan bekerja sama dengan berbagai mitra strategis dalam menghadirkan produk terbaik sesuai dengan kebutuhan konsumen,” jelas Anan.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat, saat ini terdapat sekitar 3,5 juta warung tradisional di Indonesia. Dengan jumlah tersebut, warung dapat menjadi katalis paling ideal untuk mendorong jasa keuangan masyarakat.

“Salah satu cara yang nyata untuk menghadirkan layanan keuangan kepada masyarakat adalah dengan menempatkannya dalam jangkauan fisik setiap orang Indonesia. Faktanya, hampir semua orang dapat mengakses warung di setiap wilayahnya,” ujar Anan.

GrabKios membantu masyarakat yang tidak memiliki rekening bank untuk dapat mengakses layanan keuangan. termasuk Kios di Pasar Lama Aberpura,  Jayapura ini. DOK. GRAB GrabKios membantu masyarakat yang tidak memiliki rekening bank untuk dapat mengakses layanan keuangan. termasuk Kios di Pasar Lama Aberpura, Jayapura ini.

Saat ini, jutaan agen GrabKios telah beroperasi di lebih dari 500 kota di seluruh Indonesia. GrabKios membantu masyarakat yang tidak memiliki rekening bank untuk dapat mengakses layanan keuangan dan produk-produk digital.

“Layanan tersebut tersedia dekat dengan masyarakat. Jadi, mereka bisa menikmati layanan fintech kapan saja, sesuai keinginan,” kata Anan.

GrabKios juga memungkinkan pemilik warung tradisional untuk menawarkan layanan digital kepada komunitasnya, termasuk pengiriman uang ke seluruh bank di Indonesia, pembayaran listrik dan iuran Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS), isi ulang pulsa, pembayaran tagihan, serta tabungan emas.

Sugiyati (50), salah satu pemilik warung di Jayapura, Papua, merasakan manfaat setelah menjadi agen GrabKios. Ia bisa melengkapi toko kelontongnya dengan produk keuangan dan digital.

“Dengan GrabKios, saya bisa menjual produk digital. Layanan ini membantu lebih banyak pelanggan yang sebagian besar merupakan penjual di Pasar Lama Abepura. Mereka bisa langsung mentransfer uang dari pendapatan sehari-hari dengan lebih mudah tanpa harus ke bank yang jaraknya cukup jauh dari lokasi pasar,” ujar Sugiyati.

Inklusi keuangan untuk mitra pengemudi

Seiring dengan upaya Grab dalam menjalankan misi inklusi keuangan, Grab juga memberikan perhatian khusus kepada mitra pengemudinya.

Riset Tenggara dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada 2020 menemukan bahwa dengan menjadi bagian dari ekosistem Grab, mitra dapat meningkatkan akses ke layanan keuangan.

Sebanyak 19 persen mitra GrabBike dan 12 persen mitra GrabCar membuka rekening bank pertama ketika bergabung dengan Grab.

Lebih penting lagi, peluang mendapatkan penghasilan yang ditawarkan oleh Grab juga memungkinkan mitra pengemudi untuk mulai menabung secara rutin. Secara spesifik, 75 persen mitra GrabBike dan 69 persen mitra GrabCar kini secara teratur menabung di bank dengan rata-rata penghematan masing-masing Rp 890.000 dan Rp 1,4 juta per bulan.

Selain itu, 46 persen mitra GrabBike, 34 persen mitra GrabCar, dan 50 persen mitra GrabFood melaporkan bahwa mereka memiliki akses pinjaman yang lebih baik dan lebih mudah setelah bergabung dengan Grab. Alasannya, karena lembaga keuangan semakin memercayai mereka.

Alhasil, kesempatan itu memberi mereka sarana untuk mengambil pinjaman guna mengembangkan bisnis lebih lanjut atau berinvestasi pada sepeda motor atau mobil baru.

Sejak 2018, Grab juga telah meluncurkan pinjaman mikro, perlindungan asuransi, dan layanan keuangan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan unik para mitra pengemudi.

“Dengan memahami riwayat pendapatan dan pola mengemudi mitra pengemudi, kami dapat menawarkan opsi pembiayaan yang sesuai dan dapat diakses dengan mudah. Bila menggunakan layanan pinjaman dari bank konvensional, kami memperkirakan bahwa 1 dari 4 penerima akan ditolak karena mereka tidak memenuhi jumlah minimum ambang pendapatan” kata Anan.

Grab mencatat, banyak mitra pengemudi memanfaatkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan dan pembayaran pendidikan yang tidak terduga.

Grab menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan komunitas Koneksi Inklusif Indonesia (Konekin) pada Desember 2020 untuk membuka peluang kaum difabel mendapatkan serangkaian pelatihan. DOK. GRAB Grab menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan komunitas Koneksi Inklusif Indonesia (Konekin) pada Desember 2020 untuk membuka peluang kaum difabel mendapatkan serangkaian pelatihan.

Gandeng kalangan difabel

Inklusi keuangan dan digital menjadi tantangan terbesar yang memengaruhi kehidupan jutaan orang Indonesia. Lebih dari itu, bagi segmen tertentu, seperti komunitas difabel, tantangannya jadi lebih kompleks.

Atas dasar itu, Grab menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan komunitas Koneksi Inklusif Indonesia (Konekin) pada Desember 2020.

Kerja sama tersebut membuka peluang bagi para penyandang disabilitas untuk mendapatkan rangkaian pelatihan guna membekali mereka agar dapat menemukan peluang penghasilan sebagai mitra agen GrabKios.

“Pandemi telah menimpa semua orang, tetapi ini dapat menjadi tantangan khusus bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Mereka mungkin menghadapi stigma tertentu dalam mencari peluang kerja,” kata Anan.

Program kerja sama tersebut pun menjadi bagian dari komitmen Grab untuk menciptakan platform yang lebih inklusif.

“Dengan GrabKios, kami berharap banyak penyandang disabilitas yang dapat menemukan peluang bisnis sehingga mereka dapat #TerusUsaha dan bertahan di tengah pandemi melalui digitalisasi,” jelasnya.

Salah satu mitra agen GrabKios Gilang Rizky Hendrayana merasa antusias dengan prospek yang diberikan Grab.

“Saya belum pernah membayangkan bahwa saya dapat memanfaatkan platform digital. Apalagi mengikuti pelatihan. Ini memberikan saya kesempatan dan harapan bahwa seorang tunanetra seperti saya dapat melakukan lebih banyak hal dalam hidup,” kata Gilang dalam keterangan pers yang sama.

Baru permulaan

Ke depan, Anan meyakini bahwa Grab akan mencapai titik puncak dalam menjalankan misi inklusi keuangannya.

“Kami bangga dengan apa yang telah kami capai, tetapi kami menyadari bahwa kami masih memiliki tanggung jawab untuk berbuat lebih banyak hal,” tutur Anan.

Hal terpenting, tambahnya, adalah melakukan kolaborasi untuk mencapai puncak inklusi keuangan di Indonesia.

“Target tersebut turut memotivasi kami untuk berinvestasi di LinkAja dan kami akan terus bekerja sama dengan seluruh mitra, termasuk OVO serta perusahaan lain, untuk membantu mewujudkan inklusivitas bagi masyarakat,” kata Anan.

Adapun salah satu tantangan inklusi keuangan yang ada di depan mata adalah kepemilikan asuransi yang terbilang rendah, dengan penetrasi asuransi hanya mencapai 3 persen.

Selain itu, lebih dari 80 persen orang Indonesia hidup dengan dana kurang dari 4,50 dollar AS atau setara Rp 65.000 per hari yang tidak dapat menjangkau produk asuransi reguler.

“Kami akan terus menciptakan solusi layanan keuangan digital inovatif yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia. Mengingat iklim saat ini, maka penting bagi masyarakat memiliki asuransi yang lebih baik,” kata Anan.

Berdasarkan fakta tersebut, Grab pun memperkenalkan produk Hospital Cash Cover pada September 2020. Layanan ini memberikan pembiayaan rawat inap dengan kisaran Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per hari.

Adapun biaya premi yang ditawarkan layanan tersebut cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp 9.900 per bulan dan manfaat total pertanggungan mencapai Rp 29 juta. Dengan biaya yang murah, masyarakat diharapkan dapat mengakses layanan asuransi kesehatan.

Perlu diingat bahwa premi dan uang pertanggungan tersebut dapat berbeda, tergantung usia dan paket yang dipilih.

Kemudian, Grab juga meluncurkan Community Cover pada awal April 2021 dengan menggandeng PFI Mega Life untuk mengeluarkan produk asuransi penyakit kritis pertamanya.

Pada produk tersebut, pengguna dapat membayar premi bulanan untuk menanggung 36 penyakit kritis, termasuk kanker, penyakit jantung, dan stroke. Uang pertanggungan yang bisa didapatkan pun mencapai Rp 100 juta dan akan dibayarkan saat mereka didiagnosis penyakit kritis.

Community Cover memiliki beberapa fitur inovatif lain, salah satunya struktur premium yang tidak tetap. Pengguna dapat membayar premi kompetitif sebesar Rp 20.000 per bulan untuk mengikuti program ini dengan komponen cashback. Jadi, mereka dapat memperoleh diskon bulanan tergantung pada jumlah peserta program dan jumlah klaim di bulan sebelumnya.

Meski telah memiliki beragam produk keuangan digital, Anan mengatakan, pekerjaan Grab masih belum selesai. Pasalnya, untuk meningkatkan kualitas hidup orang Indonesia, perlu pengembangan produk sesuai kebutuhan pelanggan setiap saat.

Oleh karena itu, Grab secara teratur bertanya kepada agen dan pelanggan tentang pengalaman mereka menggunakan platform Grab dan kesulitan yang mungkin ditemui.

“Kami bermaksud untuk fokus pada misi GrabFoorGood untuk memastikan semua orang dapat memperoleh manfaat di era digital dengan meningkatkan solusi keuangan dan membuat kehidupan masyarakat Indonesia lebih baik,” jelas Anan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com