KOMPAS.com – Dalam rangka mendukung program Literasi Digital Nasional, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi meluncurkan Seri Modul Literasi Digital.
Adapun program Literasi Digital Nasional adalah langkah pemerintah untuk memperkuat kecakapan masyarakat dalam menggunakan teknologi dan media digital secara komprehensif.
Dengan kata lain, masyarakat diharapkan tidak hanya mampu mengoperasikan teknologi, tapi juga paham cara bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Ada empat tema besar yang diulas dalam Seri Modul Literasi Digital terkait digital skills, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Tema tersebut adalah Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital.
Sosialisasi modul tersebut dilakukan secara daring dalam format web seminar (webinar) bertajuk Indonesia #MakinCakapDigital pada Selasa (8/6/2021).
Acara dihadiri oleh sejumlah narasumber dari berbagai bidang dan keahlian, serta profesi. Sebut saja Dosen Universitas Gadjah Mada Zainuddin Muda ZM, SIKom, MA, serta Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Yanti Dwi Astuti, MA. Keduanya merupakan anggota Japelidi. Kemudian, ada admin Desa Balonggandu pada situs web Klipaa.com Aam Abdul Nasir, dan tutor Kaizen Room Meidine Primalia.
Masing-masing narasumber membahas tema diskusi yang berbeda. Zainuddin, misalnya, mengangkat topik “Cakap dan Bijak Bermedia Sosial: Kunci Demokrasi dan Toleransi Digital”.
Pada kesempatan itu, ia memaparkan empat dasar digital skills yang terdiri dari pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital, pengetahuan dasar tentang mesin telusur dan mencari informasi serta data, pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat, dan pengetahuan dasar tentang bertransaksi digital.
Bukan itu saja, ia juga menjelaskan, ada tiga langkah optimalisasi yang perlu dipahami saat menggunakan aplikasi percakapan dan media sosial.
“Baca sebelum membagikan, lakukan pengecekan fakta, dan pertimbangkan kepentingan dan manfaatnya,” kata Zainudin dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (9/6/2021).
Di sisi lain, Yanti mengangkat topik soal digital ethics dengan tema “Yuk, Berinteraksi di Media Digital dengan Etis, Bijak dan Toleransi”.
Pada sesi tersebut, Yanti membeberkan temuan survei Microsoft 2020 yang dilakukan pada 58.000 orang di 32 negara pada Februari 2021.
“Hasilnya, netizen Indonesia termasuk (dalam kategori) netizen yang paling tidak sopan di Asia Tenggara dalam bermedia sosial,” kata Yanti.
Karena itu, lanjut Yanti, penting untuk menjunjung tinggi prinsip etis bermedia digital yang terdiri dari kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan kebajikan.
Sesi selanjutnya diisi oleh Aam yang menyoal tentang popularitas Youtube. Ia turut membahas empat pilar etika demokrasi yang dapat diimplementasikan ke dalam bermedia sosial.
“Keempat pilar itu adalah memahami bentuk keragaman, menghormati setiap pendapat pribadi, selalu berpikir untuk kebaikan bersama, dan menumbuhkan kebiasaan untuk memprotes terhadap hal yang tidak jujur dan tidak adil,” terang Aam.
Sementara itu, Meidine mengulas jenis-jenis kejahatan digital, seperti scamming, spamming, phishing, dan hacking.
“Dalam periode Januari 2020-2021, terdapat 1.617 laporan penipuan online. Kejahatan digital yang paling banyak terjadi, yakni penipuan data pribadi. Karena itu, masyarakat diimbau untuk berhati-hati dengan data pribadi saat bermedia digital,” ungkapnya.
Rangkaian webinar Indonesia #MakinCakapDigital akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021 dengan mengusung berbagai macam tema.
Rangkaian webinar Indonesia #MakinCakapDigital akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021 dengan mengusung berbagai macam tema. Peserta yang berpartisipasi dalam acara tersebut akan mendapatkan e-certificate.
Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.