Advertorial

Konsisten Jalankan Restrukturisasi, Operasional Pertamina Group Lebih Efisien dan Terintegrasi

Kompas.com - 10/06/2021, 11:31 WIB

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) secara konsisten menjalankan restrukturisasi perusahaan dengan membentuk holding dan enam subholding.

Keenam subholding yang mengelola bisnis inti tersebut adalah Upstream Subholding, Refining and Petrochemical Subholding, Commercial and Trading Subholding, Gas Subholding, Power and NRE Subholding, dan Shipping Subholding. Keenam perusahaan ini telah fokus mengelola bisnis dan aset perusahaan sesuai lingkup masing-masing.

Proses restrukturisasi yang berjalan selama hampir satu tahun telah menunjukkan manfaat positif berupa operasional yang terintegrasi dan lebih efisien.

Hal tersebut diutarakan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Nicke menjelaskan bahwa restrukturisasi telah menghasilkan struktur korporasi yang lebih padat. Dengan demikian, span of control dan pengelolaan anak perusahaan yang dilakukan Pertamina menjadi lebih optimal.

Pada tingkat holding, contohnya. Pasca-restrukturisasi organisasi, direktorat dirampingkan menjadi 5 dari sebelumnya berjumlah 11. Perampingan ini membuat pengambilan keputusan pun menjadi lebih cepat dan efisien.

“Terjadi streamlining sehingga kami pun lebih mudah dalam melakukan pengelolaan dan menyusun rencana strategis untuk seluruh bisnis Pertamina Group,” kata Nicke dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (10/6/2021).

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang minyak dan gas (migas), lanjut Nicke, Pertamina tetap bertanggung jawab menjalankan tugas dan peran sesuai dengan Undang-Undang (UU) No 30 tentang Energi dan UU No 19 tentang BUMN.

Namun, secara bisnis, dengan adanya restrukturisasi, Nicke menekankan bahwa nilai perusahaan harus meningkat dan pada saat bersamaan tetap berkomitmen menjalankan penugasan pemerintah.

“Operasional diturunkan ke anak perusahaan atau ke subholding. Maka, holding akan lebih fokus ke bagaimana kami mengembangkan bisnis ke depan. Transisi energi dari fosil fuel akan bergerak ke new and renewable energy atau green environment,” ujar Nicke.

Menurut Nicke, hal tersebut menjadi tugas besar holding. Pertamina harus bisa menjalankan tugas itu secara paralel dengan memperkuat bisnis yang ada.

Nicke pun menambahkan, dalam pengembangan bisnis ke depan, Pertamina merencanakan investasi sebesar 92 miliar dollar Amerika Serikat sepanjang 2020 hingga 2024.

Dengan struktur lebih ramping, kewenangan holding dan subholding yang lebih jelas, serta proses pengambilan keputusan untuk investasi lebih ringkas.

Perusahaan pun dapat memangkas biaya operasional dan melakukan penghematan biaya investasi. Salah satunya, melalui integrasi proses bisnis dari hulu sampai hilir.

Contohnya, di sektor hulu. Pada pengelolaan wilayah kerja (WK) hulu, Pertamina melalui anak usahanya terus meningkatkan produksi atau lifting yang ditargetkan pemerintah.

Sebelumnya, WK melakukan perencanaan dan pengadaan secara terpisah. Pasca-restrukturisasi, semua proses itu dapat terintegrasi. Misalnya, pengadaan rig dilakukan hanya satu kali sehingga prosesnya lebih cepat.

Begitu pula pengelolaan resources. Sebelumnya, dengan pengelolaan WK terpisah, ada batas cadangan potential reserve yang tidak dikelola karena berada di perbatasan.

"Dengan pengelolaan WK pada satu hamparan, saat ini di regional Kalimantan Timur ada tambahan cadangan 50 juta barrel oil equivalent (BOE) dan potensi eksplorasi 200 juta BOE di Laut Jawa," ungkap Nicke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com