Advertorial

Berkenalan dengan Sei, Daging Asap Khas NTT yang Kini Naik Daun

Kompas.com - 11/06/2021, 18:37 WIB

KOMPAS.com - Siapa yang tak suka makanan berbahan dasar daging sapi? Apalagi, jika dagingnya bertekstur lembut dengan sensasi aroma asap. Hampir sebagian besar orang menyukai penganan ini.

Biasanya, daging dengan aroma smoky diidentikan dengan penganan asal Amerika atau Eropa, seperti smoked beef, brisket, dan bacon. Tidak banyak yang tahu, teknik memasak daging dengan asap juga dipraktikkan di Nusantara.

Serupa tapi tak sama, warga Nusa Tenggara Timur (NTT) punya sei sapi. Meski sama-sama diolah dengan metode pengasapan, sei sapi punya cita rasa yang otentik.

Saking nikmatnya, sei tak hanya dikenal luas di seluruh NTT, tetapi juga hampir di seluruh Indonesia. Bahkan, sei kini naik daun dan digandrungi masyarakat luas. Penggemarnya pun rela berduyun-duyun berburu sei, baik yang dijual dengan konsep cloud kitchen maupun restoran.

Tak heran, makanan khas NTT tersebut ikut masuk dalam kampanye Bangga Buatan Indonesia yang digagas pemerintah.

Kini, sei disajikan dengan cara yang lebih modern. Tak hanya disandingkan dengan sambal luat dan daun singkong tumis, tetapi juga saus kekinian, seperti mentai dan korean spicy.

Di balik kepopulerannya itu, tak ada salahnya untuk mengetahui asal muasal sei sapi.

Dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sei dalam bahasa Rote berarti daging yang disayat dalam ukuran kecil memanjang.

Adapun prinsip pengolahan sei cukup sederhana. Daging sapi diasapi dengan bara api pohon kesambi dan ditutupi oleh daun kesambi.

Cara pengolahan tersebut akan membuat aroma dan cita rasa asap terserap hingga ke seluruh lapisan daging. Oleh karena itu, penggunaan kayu bakar yang tepat adalah kunci dalam memasak sei.

Selain menggunakan kayu kesambi, warga NTT biasanya juga menggunakan kayu keras lain, seperti rambutan, nangka, dan kopi.

Selain memberi aroma dan rasa yang khas, pengolahan dengan metode pengasapan juga bertujuan untuk memperpanjang daya tahan daging agar bisa disimpan lebih lama.

Ciri khas lain dari sei adalah harus dimasak dengan tungku api. Pasalnya, jika dibakar dengan metode biasa, aroma smoky sei akan hilang. Dengan demikian, daging tersebut tidak lagi bisa disebut sei.

Daging sei kemudian dimasukkan ke dalam ruangan khusus pengasapan dan dimasak di dalamnya.

Agar daging matang sempurna, dibutuhkan sekitar dua jam untuk pengasapan. Asap yang dihasilkan dari kayu pohon tersebut akan mematangkan dan menyusutkan daging hingga 20-30 persen.

Warga NTT biasanya menyantap sei dengan sambal khas bernama sambal luat. Sambal ini terdiri dari irisan bawang putih, bawang merah, dan cabai.

Selain sambal luat, sei juga bisa dipadukan dengan sambal khas nusantara lainnya, seperti rica-rica dan matah.

Sebagai lauk pendamping saat menyantap sei warga NTT punya rumpu rampe, yakni tumisan sayur yang bisa dibuat menggunakan bunga pepaya, daun kelor, buah pepaya muda, daun pepaya, daun singkong atau jantung pisang.

Membuat daging sei di rumah pun sebenarnya mudah. Sebab, pada dasarnya, memasak sei mirip seperti membuat sate.

Bahan yang bisa digunakan adalah daun teh, daun pisang, atau daun lain untuk membungkus makanan. Selain itu, siapkan arang batok dan alat pembakar sate.

Kemudian, daging dipotong kecil-kecil atau sesuai selera dan tusukkan ke batang sate dan bakar di atas arang batok kelapa. Segera tutup daging yang sudah matang dengan daun pisang agar asapnya tidak langsung hilang.

Namun, untuk mendapatkan sei sapi dengan cita rasa yang khas, kamu tak perlu repot memasak sendiri di rumah. Kamu bisa belanja produk lokal sei sapi di Tokopedia.

Di Tokopedia, kamu bisa menemukan berbagai varian sei, mulai dari sei orisinal, sei lidah sapi asap, sei lamalera, sei wagyu, dan aneka sambal pendampingnya.

Tak hanya itu, di Tokopedia kamu juga bisa belanja berbagai produk makanan siap santap, kosmetik, kesehatan, alat rumah tangga, hingga fashion dari usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal.

Nah, tunggu apa lagi, berbelanja di Tokopedia semakin mudah bukan?

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com