KOMPAS.com – Bitcoin sebenarnya bukanlah hal yang baru. Instrumen investasi ini hadir pertama kali pada 2009.
Aset kripto yang diciptakan oleh seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto itu mengundang penasaran lantaran valuasinya meningkat pesat dari waktu ke waktu. Hal ini membuat bitcoin terlihat menggiurkan.
Meski demikian, layaknya instrumen investasi pada umumnya, valuasi bitcoin juga mengalami pasang surut.
Pada awal 2021, harga aset kripto tersebut sempat berada di titik terendah. Mengutip pemberitaan reuters.com, Minggu (23/5/2021), harga Bitcoin sempat turun ke angka 32.601 dollar AS atau 13 persen.
Terdapat beberapa faktor yang membuat harga bitcoin melemah, di antaranya perkataan CEO Tesla Elon Musk yang menganggap keberadaan bitcoin tak ramah lingkungan dan larangan pemerintah China terhadap investor tentang bahaya perdagangan kripto.
Untuk diketahui, pemerintah China melarang semua lembaga di negerinya, termasuk bank dan saluran pembayaran online, agar tidak melayani transaksi apa pun yang melibatkan mata uang kripto.
Namun, memasuki pertengahan tahun, nilai bitcoin mengalami pertambahan nilai yang cukup positif. Menurut data coindesk.com, Kamis (10/6/2021), nilai bitcoin mencapai angka 37.085 dollar AS.
Berdasarkan grafik, harga bitcoin dalam seminggu terakhir terus mengalami peningkatan.
Kapitalisasi pasar bitcoin di seluruh dunia berada di angka 696 miliar dollar AS dan nilai jual hingga saat ini menyentuh angka 54,56 miliar dollar AS.
Mengutip dari forbes.com, Rabu (9/6/2021), CEO Permission.io Charlie Silver mengatakan, bitcoin punya nilai fundamental yang kuat untuk mengalami pertambahan nilai.
Ia mengatakan, di masa pandemi seperti saat ini, negara adidaya seperti AS kerap melakukan pencetakan uang demi memulihkan kondisi perekonomian.
“AS telah menempatkan triliunan dollar ke dalam sirkulasi selama kira-kira 18 bulan terakhir. Hal tersebut juga dilakukan oleh sebagian besar negara-negara di dunia ini. Bahkan, subyek pencetakan uang telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Silver.
Hal tersebut, menurutnya, justru menimbulkan kekhawatiran karena dapat memicu terjadinya inflasi dan penurunan nilai aset. Sementara, bitcoin atau aset kripto dinilai lebih aman dari risiko terkoreksi akibat kebijakan moneter konvensional AS.
Berdasarkan sumber yang sama, analis dari perusahaan penyedia data sentimen kripto Trade The Chain Nick Mancini mengatakan, lolosnya rancangan undang-undang (RUU) yang melegalkan bitcoin di El Salvador turut memvalidasi bitcoin atau cryptocurrency lainnya dan menstabilkan harga yang sempat bergejolak belum lama ini.
“Berdasar indikator dari Relative Strength Index, dapat dilihat jika bitcoin mencapai oversold dan mengalami peningkatan harga,” kata Mancini.
Menurutnya, bitcoin juga berfungsi sebagai penyimpan nilai sama seperti dollar AS ataupun surat utang. Ia menganggap, kehadiran bitcoin di masa depan dapat menggantikan peran dari mata uang konvensional.
Untuk Indonesia, jumlah platform trading dan mining bitcoin pun cukup banyak hadir. Salah satunya, ProBit Global.
ProBit Global merupakan salah satu dari 20 bursa kripto di dunia yang melayani pembelian Bitcoin, Ethereum, dan Altcoin.
Menyambut perbaikan performa bitcoin, ProBit saat ini mengadakan program bernama ProBit Exclusive untuk Bitcoin dengan total 100.000 dollar Tether alias USDT (satuan nilai mata uang digital) yang akan dialokasikan dalam empat putaran. Selain itu, ProBit juga memberikan diskon 50 persen untuk setiap pembelian bitcoin.
Pemegang aset kripto (holder) dan calon investor yang baru mengenal investasi juga berkesempatan untuk membeli bitcoin di bawah 20.000 dollar AS.
ProBit Global sendiri baru-baru ini mencatat bahwa layanannya telah diakses oleh satu juta pengguna. Penambahan ini menjadikan kumpulan holder semakin berkembang pesat.
Bukan tanpa risiko
Meski terdengar menguntungkan, melakukan investasi bitcoin bukan tanpa risiko sama sekali. Untuk diketahui, naik turunnya nilai uang digital tersebut juga dipengaruhi oleh faktor jumlah penggunanya.
Jika pengguna bitcoin semakin banyak, hal tersebut tentu akan meningkatkan valuasi harganya. Namun, jika semakin sedikit penggunanya, hal tersebut dapat memberikan dampak negatif pada harga bitcoin.
Adanya likuiditas aset kripto yang berbeda-beda juga menjadi risiko yang patut diperhitungkan. Saat ini, ada 8.500 aset kripto dengan tingkat likuiditas beragam. Jika tingkat likuid yang dibutuhkan tak sesuai kebutuhan pasar, Anda akan kesulitan menjualnya.
Dibandingkan mata uang lainnya, bitcoin akan lebih banyak mengalami momen-momen perubahan nilai di masa yang akan datang.
Selain itu, menurut Direktur Solid Gold Berjangka Dikki Soetopo, untuk Indonesia, investasi bitcoin masih terbentur dengan masalah legalitas. Dengan kata lain, pemerintah tidak bisa ikut campur terhadap naik turunnya nilai bitcoin.
“Tidak ada penanggung jawab apabila nilai bitcoin sangat fluktuatif. Karena fluktuasi harga bitcoin sangat bergantung pada permintaan dan penawaran,” jelas Dikki mengutip Kompas.com, Minggu (20/12/2021).
Karena tak dilindungi oleh entitas apa pun, Anda juga harus siap ketika penyedia layanan atau jaringan bitcoin tidak dapat mengganti kerugian Anda. Itulah mengapa Anda harus berhati-hati dalam menggunakan produk dan penyedia layanan bitcoin.
Jadi, perlu diingat, Anda harus siap ketika memutuskan hendak berinvestasi bitcoin. Meski menawarkan keuntungan, berinvestasi mata uang kripto tersebut juga memiliki risiko yang tinggi.
Disclaimer:
Artikel ini bukan acuan untuk berinvestasi. Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor. Oleh karena itu, pelajari dengan teliti sebelum melakukan pembelian ataupun penjualan aset kripto.