KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk meningkatkan kinerja operasional perusahaan dari hulu hingga hilir.
Upaya itu dilakukan agar Pertamina dapat memenuhi kebutuhan energi serta menjaga ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional di masa mendatang.
Pejabat Sementara (Pjs) Senior Vice President (VP) Corporate Communication & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, Pertamina telah memproduksi minyak dan gas (migas) sebesar 862,7 juta barrel setara minyak per hari atau million barrel oil of equivalent per day (MBOEPD) pada sektor hulu hingga akhir 2020.
Hal tersebut dipaparkan Fajriyah seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina yang digelar Senin (14/6/2021).
Adapun angka itu terdiri atas produksi minyak mentah sebesar 408,4 juta barrel minyak per hari atau million of barrel of oil per day (MBOPD) dan gas bumi sebesar 2.634,2 juta standar kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (MMSCFD).
Selain itu, Pertamina juga aktif mencari sumber cadangan migas baru melalui kegiatan pengeboran sumur eksplorasi.
Lewat kegiatan itu, anak usaha hulu Pertamina berhasil melakukan pengeboran di sembilan sumur eksplorasi pada 2020. Selain itu, Pertamina juga berhasil melakukan survei seismik laut regional 2D di wilayah terbuka sepanjang 32.215 kilometer (km) dan survei seismik 3D di area seluas 755 km persegi.
Hasilnya, Pertamina dapat menambah cadangan migas proven (P1) sebesar 212,5 juta barrel setara minyak atau million barrel of oil equivalent (MMBOE) dan merealisaskan temuan contingent resource (2C) sebesar 287 MMBOE.
“Upaya tersebut merupakan bentuk komitmen Pertamina untuk terus melakukan kegiatan eksplorasi ketika perusahaan migas lain justru menunda kegiatan ini akibat turunnya harga minyak dunia,” ujar Fajriyah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (15/6/2021).
Upaya memperkuat ketahanan dan kedaulatan energi juga dilakukan dengan mengembangkan sumber energi domestik. Salah satunya dilakukan melalui program biodiesel plus 30 persen (B30) yang berhasil menyerap 7,14 juta kiloliter (KL) fatty acid methyl ester (FAME).
Untuk mengantisipasi transisi energi, lanjut Fajriyah, Pertamina berhasil memproduksi listrik sebesar 4.637 gigawatt hour (GWh).
Angka tersebut terdiri atas produksi panas bumi Pertamina sebesar 4.618 GWh, serta produksi dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kawasan Badak NGL dan pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) di Sei Mangkei, Kwala Sawit, dan Pagar Merbau.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina juga terus mendukung upaya pemerintah untuk memperkuat neraca perdagangan dengan mengurangi impor migas.
Pada 2020, Pertamina mencatat volume impor minyak mentah sebesar 76,7 juta barrel atau turun sebesar 12 persen dibanding 2019.
Sementara itu, volume impor produk juga mengalami penurunan sebesar 19 persen menjadi 98,2 juta barrel pada 2020. Pertamina pun tetap konsisten untuk tidak mengimpor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan avtur sejak pertengahan 2019.
Fajriyah memaparkan, pada 2020, capaian operasional Pertamina dalam upaya menjaga ketahanan energi nasional dilakukan dengan menyokong pasokan dan pembangunan infrastruktur energi di tengah tantangan berat pandemi Covid-19.
Untuk menjamin akses terhadap energi, tambah Fajriyah, Pertamina membangun dan mengembangkan berbagai jaringan dan infrastruktur di sektor hilir, termasuk untuk distribusi BBM, liquefied petroleum gas (LPG), gas, dan liquefied natural gas (LNG).
Pembangunan infrastruktur tersebut juga penting untuk meningkatkan kinerja operasional dan pelayanan di sektor hilir.
Selanjutnya, Pertamina juga mencatat penjualan konsolidasian perusahaan yang terdiri atas BBM, avtur, LPG, dan petrokimia sebesar 82,81 juta KL pada 2020.
Sementara itu, untuk BBM public service obligation (PSO), seperti minyak tanah, solar, biosolar, dan Premium, Pertamina berhasil mencatatkan penjualan sebesar 22,87 juta KL pada 2020. Kemudian, penjualan BBM non-PSO dan produk non-BBM tercatat sebesar 47,21 juta KL.
Lebih lanjut Fajriyah menjelaskan, pada tahun yang sama, Pertamina berhasil menyalurkan LPG PSO sebesar 7,16 juta metrik ton (MT).
Kemudian, realisasi niaga gas mencapai 303.078,3 miliar atau billion british thermal unit (BBTU), sedangkan realisasi transportasi gas pada mencapai 459.512 juta standar kaki kubik (MMSCF).
“Untuk meningkatkan pelayanan dan mencapai kemandirian energi di masa depan, Pertamina tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur hilir, serta empat kilang Refinery Development Master Plan (RDMP), dan sebuah Grass Roof Refinery (GRR) yang terintegrasi dengan kilang petrokimia,” imbuh Fajriyah.