KOMPAS.com – Kota Tarakan, Kalimantan Utara, merupakan kota yang berada di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia. Sebagai salah satu kota termuda di Indonesia, Tarakan tumbuh dan berkembang secara pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut dapat terlihat dari kualitas sumber daya manusia di Tarakan yang terus menunjukkan peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Utara (Kaltara), Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM) di Tarakan mencapai angka 76,09 persen pada 2019. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sayangnya, pada 2020, Indeks Pertumbuhan Manusia di Tarakan menurun sebesar 0,26 persen menjadi 75,83 persen. Penurunan tersebut diakibatkan oleh pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia selama hampir sepanjang tahun.
Meskipun demikian, nilai IPM di Tarakan tetap berada di atas IPM Indonesia yang pada tahun itu berada di angka 71,94 persen.
Sementara itu, masih menurut BPS Kaltara, angka pengangguran terbuka di Tarakan pada 2019 mencapai 5,30 persen. Angka ini menurun 0,59 persen dibandingkan 2018 yang mencapai 5,89 persen.
Pada 2020, angka pengangguran terbuka meningkat karena pandemi. Meski begitu, nilainya tidak melebihi jumlah pengangguran saat 2018.
Data BPS tersebut menunjukkan bahwa Tarakan memiliki potensi besar untuk tumbuh lebih jauh menjadi kota yang berkembang di wilayah Kalimantan Utara dan Indonesia.
Untuk mewujudkan potensi tersebut, pemerintah dan para pelaku bisnis di Tarakan telah bekerja keras dengan meningkatkan penetrasi internet dan literasi digital di kota ini. Sejauh ini, upaya tersebut menunjukkan prospek positif.
Menurut laporan East Ventures tentang Digital Competitiveness Index di Indonesia 2021, Kalimantan Utara berada pada urutan ke-14 dari 34 provinsi di Indonesia, meskipun dalam kondisi pandemi.
Manager Enterprise, Government, Business, Rumah BUMN Telkom Tarakan Yayan Nuryana mengatakan, pandemi telah berdampak buruk pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal.
Meski demikian, pandemi memiliki sisi positif karena memaksa pelaku UMKM untuk menyesuaikan diri dan keluar dari zona nyaman dengan mencoba berbagai hal baru. Salah satunya, terjun ke platform digital guna mempertahankan kelangsungan bisnisnya.
Bisnis yang telah masuk dalam ranah digital, lanjut Yayan, memiliki ketahanan yang lebih kuat dalam menghadapi pandemi dibandingkan bisnis o?ine.
“Oleh karena itu, go digital adalah salah satu solusi yang esensial untuk bertahan dan meraih lebih banyak peluang pendapatan, serta membantu perekonomian daerah dalam situasi pandemi ini,” ujar Yayan dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (14/6/2021).
Sinergi pemda, BUMN, dan Grab
Demi mempercepat proses go digital di Tarakan, Rumah BUMN Telkom menggandeng Grab Indonesia. Untuk diketahui, Rumah BUMN merupakan sebuah organisasi yang bertujuan untuk membantu percepatan transformasi digital UMKM, termasuk pertumbuhan UMKM di Tarakan.
Ketika Grab pertama kali masuk Tarakan pada 2017, platform tersebut turut membawa manfaat, baik bagi pelaku bisnis maupun konsumen di Tarakan, melalui berbagai layanannya. Adapun berbagai layanan Grab yang tersedia di Tarakan adalah GrabBike, GrabExpress, dan GrabKios.
Wali Kota Tarakan Khairul mengatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Tarakan terus mengembangkan infrastruktur dan fasilitas untuk membantu pemberdayaan wirausahawan lokal. Namun, hal itu tidak dapat dilakukan tanpa dukungan yang lebih luas, terutama dari sektor swasta, khususnya platform digital seperti Grab.
“Dengan teknologi yang mendorong ekonomi digital, kami yakin bahwa kemajuan yang pesat akan terlihat. Salah satunya, lebih banyak kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan di kawasan pedesaan (rural), termasuk Tarakan,” ujar Khairul.
Dengan menyediakan platform yang menghubungkan mitra pengemudi dan UMKM dengan konsumen, Grab menawarkan peluang penghasilan baru bagi masyarakat di kota kecil, seperti Tarakan, yang sebelumnya tidak memiliki akses ke dalam ekosistem ekonomi digital.
Dalam satu tahun pertama keberadaan Grab di Tarakan, ratusan orang tercatat telah mendaftar menjadi mitra pengemudi, merchant, dan agen Grab.
Penerima manfaat
Salah satu mitra yang telah merasakan manfaat bekerja sama dengan Grab adalah Heirryah (55). Ia memutuskan bergabung menjadi mitra Grab karena membutuhkan jam kerja yang lebih ?eksibel.
Dengan menjadi mitra pengemudi Grab, Heirryah memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengurus keluarga dan membantu masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari.
Sebelum menjadi mitra pengemudi Grab pada 2018, Heirryah berprofesi sebagai sales associate di sebuah perusahaan otomotif di Tarakan.
Akan tetapi, pekerjaan itu cukup memakan waktu karena dia memikul beban ganda, yakni sebagai pencari nafkah keluarga sekaligus seorang ibu.
“Tidak banyak kesempatan bagi perempuan untuk mencari pekerjaan yang ?eksibel, terutama di kota kecil seperti Tarakan,” ujar Heirryah.
Menurutnya, kebanyakan perempuan di Tarakan bekerja menjadi buruh, yakni pengupas udang. Sementara itu, orang yang lebih beruntung serta memiliki modal dapat membeli sepeda motor dan bekerja sebagai ojek pangkalan untuk menjemput dan mengantar siswa ke sekolah.
“Namun, pekerjaan itu tidak memberikan penghasilan tetap, sedangkan saya membutuhkan penghasilan tetap,” ujar Heirryah.
Awalnya, Heirryah tidak berekspektasi besar dan menganggap pekerjaan di Grab sebagai sumber penghasilan sampingan. Namun, seiring waktu berjalan, ia merasa bahwa Grab memberikan lebih banyak kesempatan untuknya.
Oleh karena itu, akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan tetapnya dan menjadi mitra pengemudi Grab secara penuh.
Ia bercerita, sebelum Grab hadir di Tarakan, dirinya sering kesulitan menggunakan transportasi umum. Pasalnya, kota ini memiliki banyak gang, jalan yang naik turun, dan daerah yang sulit dijangkau kendaraan tanpa sistem pemosisi global (GPS).
“Sekarang, saya juga bisa berkontribusi untuk komunitas saya dengan membantu orang mencapai tujuan dengan lebih mudah,” tutur Heirryah.
Kehadiran platform digital baru, seperti Grab, juga turut membuka peluang yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Contoh lain datang dari Yusuf (32). Ia memperoleh keterampilan digital sebagai pengguna GrabKios sejak 2014.
Yusuf memulai bisnis sampingan dengan menjual pulsa seluler prabayar melalui GrabKios di Pasar Gusher. Saat itu, ia juga bekerja di sebuah toko kelontong.
Kini, Yusuf telah menjadi mitra pengemudi Grab dan terus menawarkan layanan isi ulang saldo GrabKios kepada sesama mitra pengemudi.
"Mitra pengemudi harus memiliki jumlah uang yang cukup di dompet OVO mereka untuk bisa menerima pesanan. GrabKios menjadi cara mudah untuk memastikan saldo sesuai dengan yang dibutuhkan,” ujar Yusuf.
Menurut Yusuf, sekitar tiga atau empat rekan mitra pengemudi akan memintanya untuk membantu mereka mengisi saldo OVO. Hal tersebut dapat menjadi penghasilan tambahan sekaligus mengajari sesama mitra pengemudi untuk mengenal layanan pembayaran digital.
“Terlebih, masyarakat Tarakan masih banyak yang belum mengenal dan terbiasa menggunakan layanan semacam ini,” kata Yusuf.
Dorong inklusi keuangan hingga ke perbatasan Indonesia
Pengalaman merasakan manfaat menggunakan layanan Grab di Tarakan juga datang dari Hendra (55), seorang pedagang baju anak di pasar malam keliling. Hendra menceritakan pengalamannya berjualan dengan mengelilingi berbagai kota di Kalimantan Utara, termasuk Tarakan, Pulau Sapi, dan Sebatik.
Menurutnya, masih banyak masyarakat yang tidak punya rekening bank. Kalaupun ada, lanjut Hendra, perjalanan ke bank memakan waktu dua sampai tiga jam.
Melihat peluang tersebut, Hendra pun menjadi agen GrabKios supaya bisa membantu masyarakat untuk mengirim uang dan membayar tagihan.
“Sampai sekarang, sudah lebih dari sepuluh orang di berbagai kota dekat perbatasan Indonesia yang juga menjadi agen GrabKios. Keberadaan GrabKios amat membantu transaksi keuangan masyarakat lokal,” kisah Hendra.
Manfaat GrabKios turut dirasakan Kamal Sirojudin (40) yang menjadi pelanggan layanan keuangan digital itu di Tarakan. Kamal bercerita, dirinya pernah melakukan penggalangan dana untuk korban bencana banjir di Kalimantan dengan menggunakan layanan GrabKios. Pasalnya, banyak kiriman dana sumbangan diberikan donatur melalui layanan keuangan digital itu.
“Hal ini amat memudahkan kami dan juga masyarakat luas yang ingin membantu sesama,” ujar Kamal.
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia selama setahun lebih memberikan dampak besar terhadap perekonomian di Indonesia, termasuk UMKM. Menurut laporan Bank Dunia per September 2020, permintaan domestik di Indonesia masih lebih lemah dibandingkan sebelum krisis, yakni sekitar 2,8 persen di bawah level pada 2019.
Karenanya, berbagai kisah inspiratif dari mitra Grab menawarkan gambaran masa depan yang lebih cerah bagi perekonomian di kota-kota kecil di Indonesia, seperti Tarakan. Khususnya, peran teknologi digital yang memiliki dampak besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menghadirkan lapangan kerja baru.
Selain itu, kemajuan teknologi juga memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari lewat layanan dari Grab.
Director of East Indonesia Grab Indonesia Halim Wijaya menekankan bahwa manfaat dan dampak dari ekosistem ekonomi digital harus dirasakan oleh semua orang.
Dampak ekosistem ekonomi digital juga harus bisa dinikmati di Indonesia Timur. Pasalnya, perkembangan teknologi digital sangat penting bagi perputaran ekonomi di semua kawasan di Indonesia.
“Tarakan memiliki potensi besar yang belum diketahui oleh banyak orang. Potensi ini dapat diberdayakan melalui ekonomi digital,” ujar Halim.
Halim menambahkan, melalui misi GrabForGood, Grab memiliki tujuan untuk memberikan dampak sosial melalui teknologi. Hal tersebut menjadi komitmen Grab untuk menciptakan perubahan positif dalam jangka panjang bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
“Kami ingin menghadirkan platform yang dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk memiliki penghasilan. Dengan demikian, kami dapat menciptakan efek yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal untuk mengambil manfaat dari ekosistem ekonomi digital,” tutur Halim.