KOMPAS.com – Internet dan beragam media digital memberi beragam manfaat dan membantu kehidupan. Internet dapat memperluas wawasan, memberi informasi terkini, memungkinkan pembelajaran jarak jauh terlaksana, mempermudah aktvitas harian, hingga memungkinkan kegiatan sosial terlaksana meski terhalang oleh jarak.
Namun, seperti dua sisi mata uang, melalui internet juga hoaks menyebar. Tak jarang, hoaks menggiring opini dan memprovokasi. Oleh sebab itu, literasi digital dan sikap bijak diperlukan dalam mengakses internet dan menggunakan media digital.
Literasi digital sering kali diartikan sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Padahal, literasi digital memiliki makna yang lebih luas.
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Demi meningkatkan literasi digital dan kecakapan memilah informasi di internet, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Melawan Provokasi di Dunia Digital dengan Bijak”, Senin (21/6/2021).
Webinar tersebut diselenggarakan khusus bagi masyarakat di 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten.
Webinar “Melawan Provokasi di Dunia Digital dengan Bijak” menghadirkan narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi.
Narasumber yang hadir antara lain, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada sekaligus perwakilan Japelidi Zainuddin Muda Z Monggilo, dosen Universitas Lancang Kuning dan IAPA Khuriyatul Husna, founder Klipaa.com AA Subandoyo, dan perwakilan Kaizen Room Maureen Hitipeuw.
Setiap narasumber membahas beragam topik yang mencakup digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.
Zainuddin Muda Z Monggilo membuka webinar dengan penjelasan mengenai pentingnya kecakapan bermedia digital. Pada kesempatan tersebut, Zainuddin mengatakan kecakapan digital bukan hanya pintar mengoperasikan perangkat berteknologi canggih.
“Kecakapan juga termasuk kemampuan memanfaatkannya secara optimal untuk hal positif,” ujar Zainuddin.
Ia kemudian memberi beberapa contoh digital skill yang perlu dimiliki oleh pengguna media digital.
“Skill tersebut antara lain, mengoperasikan peranti lunak serta aplikasi, mengetahui dasar tentang mesin telusur dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita secara benar, pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti settings,” lanjut Zainuddin.
Mengingat saat ini belanja online dan sistem pembayaran digital pun begitu populer, ia pun menyarankan pengguna internet menguasai pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce. Tujuannya, pengguna internet pun aman saat berbelanja atau melakukan transaksi pembayaran digital.
Pada sesi selanjutnya, Khuriyatul Husna menyampaikan pentingnya pengendalian diri dan sikap bijak dalam memanfaatkan internet dan media sosial.
“Pengguna internet harus berfikir bahwa konten yang disebarkan akan bermanfaat atau tidak dan dampaknya akan bagaimana. Jangan terlalu kebablasan dalam menggunakan teknologi digital,” ujarnya.
Pengguna juga harus dapat memisahkan antara akun media sosial yang digunakan sebagai sarana berbisinis dan akun pribadi. Konten yang diunggah pun harus diseleksi dengan baik.
AA Subandoyo, dalam pemaparannya menjelaskan bahwa ranah digital memang tak lepas dari konten yang bersifat negatif. Salah satunya, hoaks. Subandoyo mengatakan, pemahaman mengenai hoaks akan membantu pengguna internet saat memastikan kebenaran informasi yang diterima.
“Hoaks sendiri ada tiga jenis. Misinformasi, disinformasi, dan malinfomasi,” terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, misinformasi adalah informasi yang tidak benar atau tidak akurat, tetapi orang yang menyebarkannya punya keyakinan bahwa informasi tersebut dapat dipercaya.
Sementara, disinformasi, kata Subandoyo, adalah informasi yang tidak benar dan direkayasa sedemikian rupa oleh pihak-pihak yang berniat membohongi masyarakat.
“Terakhir ada malinformasi, yaitu informasi yangh memiliki unsur kebenaran yang cukup, baik berdasarkan penggalan atau keseluruhan fakta obyektif, namun penyajiannya di-framing,” jelasnya.
AA Subandoyo dalam pemaparannya menjelaskan bahwa di ranah internet itu selalu ada black box atau hidden agenda berupa konten yang bersifat negatif. “Hoax sendiri dibagi menjadi 3.
Narasumber terakhir, Maureen Hitipeuw membahas mengenai provokasi yang marak di dunia maya. Provokasi, menurut Maureen, adalah perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, tindakan menghasut, penghasutan, atau pancingan.
“Bagaimana cara menghindari provokasi? Check dan re-check dulu apakah kabar yang diterima benar dan sudah dibenarkan oleh situs-situs berita tepercaya. Jangan terpancing clickbait yang sifatnya ajakan dari provokator untuk menyebarkan berita bohongnya,” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan bahwa setiap media sosial mempunyai fitur untuk melaporkan berita hoaks. Pengguna internet, imbau Maureen, sebaiknya tidak ragu untuk menggunakannya bila menemukan informasi yang bersifat hate speech atau memprovokasi.
Saat ini Kemenkominfo sendiri memiliki tim yang menyaring dan melakukan pengecekan kebenaran terhadap beragam informasi hoaks yang beredar. Masyarakat dapat menjadikan informasi dari Kemenkominfo tersebut sebagai referensi.
Sebagai informasi, webinar “Melawan Provokasi di Dunia Digital dengan Bijak” merupakan bagian dari seri webinar #MakinCakapDigital yang diselenggarakan sebagai sarana sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital.
Adapun Seri Modul Digital dibuat dalam rangka mendukung Program Literasi Digital Nasional. Melalui program tersebut, internet diharapkan dapat memberi manfaat positif yang membuat masyarakat cerdas dan produktif.
Rangkaian webinar #MakinCakapDigital akan diselenggarakan hingga akhir 2021. Rangkaian webinar ini terbuka untuk umum.
Masyarakat yang ingin menambah wawasan mengenai dunia digital dapat ikut serta dengan cuma-cuma. Untuk informasi lebih lanjut, pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.