JAKARTA, KOMPAS.com – Menanggapi kondisi bangsa yang semakin sulit dalam menghadapi pandemi Covid-19, organisasi kemanusiaan berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global, Aksi Cepat Tanggap (ACT), menandatangani memorandum of understanding (MoU) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Selasa (22/6/2021).
Proses penandatanganan tersebut disiarkan langsung melalui laman YouTube dan Facebook Aksi Cepat Tanggap.
Adapun MoU itu berisi mengenai kolaborasi antara ACT dan MUI di bidang pangan, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Berbagai agenda program keumatan yang dilakukan ACT bersifat masif. Melalui kolaborasi tersebut, ACT yakin, program-program ini pun akan lebih bertenaga dan bersyiar.
Sekretaris Jenderal MUI Amirsyah Tambunan mengatakan, Indonesia sedang membutuhkan uluran tangan dari semua orang untuk menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang belum dapat diprediksi kapan berakhir.
“Dalam menghadapi pandemi ini, seluruh masyarakat harus memiliki persepsi yang sama. Pandemi Covid-19 harus dilawan dengan wajib iman, wajib aman, dan wajib imun,” jelasnya.
Seluruh masyarakat, lanjut Amirsyah, tidak memandang agama dan suku, harus bergandengan tangan menghadapi cobaan yang sedang dihadapi Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pembina ACT dan Presiden Global Islamic Philanthropy Ahyudin menyampaikan, ACT merupakan organisasi yang sudah berdiri selama 16 tahun.
“Memiliki 1 juta donatur, 600.000 relawan, dan 2.000 pegawai, ACT menggandeng semua masyarakat untuk bersama-sama menjadikan momentum pandemi ini sebagai ajang membantu sesama,” ujar Ahyudin.
Ia juga menjelaskan, pandemi bisa menjatuhkan sejumlah unsur material bangsa Indonesia, seperti ekonomi, kesejahteraan, dan pendidikan. Akan tetapi, pandemi tidak boleh menggoyahkan umat Islam untuk berbuat baik.
“Maka dari itu, kami yang sudah menyalurkan donasi dari donatur ke berbagai musibah akan bekerja sama dengan MUI untuk melebarkan sayap dalam membagikan kebaikan kepada yang membutuhkan,” tambah Ahyudin.
MUI sebagai payung ACT
Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar menyampaikan, kolaborasi antara ACT dan MUI merupakan sebuah gerakan yang sangat baik. Hal ini dikarenakan ACT sebagai lembaga kemanusiaan umat Islam dan MUI menjadi lembaga negara yang terfokus pada pengayoman yang memayungi gerakan ACT.
“Saya percaya dan berterima kasih pada ACT. Mudah-mudahan ke depannya, seluruh gerakan ACT akan bekerja sama dengan MUI sebagai harapan, payung, dan rumah yang bisa mengayomi semuanya,” imbuhnya.
Untuk diketahui, sasaran dari kolaborasi yang dilakukan ACT dan MUI adalah masyarakat kelas bawah. Salah satunya melalui program tanam padi yang dilakukan ACT.
“Setiap hari, kami menanam 500 padi di salah satu wilayah di Jawa Timur. Padi yang sudah berhasil dipanen (pada program ini) sebanyak 16,9 ton,” kata Ahyudin.
Selain itu, lanjutnya, ACT juga mengombinasikan program tersebut dengan sektor peternakan. Tidak hanya menghasilkan hewan-hewan ternak berkualitas yang dikelola para peternak mustahik, ACT juga mengelola kotoran hewan menjadi pupuk kompos.
“Maka dari itu, berbagai program yang kami adakan perlu dipayungi MUI dalam proses pelaksanaannya agar menjaring lebih banyak kepedulian umat dan didistribusikan lebih baik,” jelasnya.