JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, Indonesia mengalami lonjakan kasus Covid-19. Sebanyak 12.990 kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dilaporkan pada Jumat (18/6/2021). Angka ini menjadi yang tertinggi sejak 22 Februari 2021.
Selain meluasnya penyebaran virus corona varian Delta, rendahnya kedisiplinan warga dalam menaati protokol kesehatan disinyalir menjadi penyebab lonjakan kasus kali ini.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kolaborasi lintas sektor menjadi salah satu kunci untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19.
Hal itu disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi era Kabinet Kerja 2016 Eko Putro Sandjojo dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (23/6/2021).
“Mulai dari pemerintah, akademisi, peneliti, swasta, dan masyarakat harus ikut turun tangan,” ujar Eko.
Eko menjelaskan, dukungan pihak swasta kepada pemerintah diperlukan untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Salah satu perusahaan yang memberikan dukungan tersebut adalah produsen suplemen Rhea Health Tone (RHT), Rhea Sciences Indonesia.
Pada acara yang digelar secara daring itu, RHT menyerahkan bantuan donasi bagi tenaga kesehatan (nakes) Jawa Barat (Jabar) melalui Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.
Adapun donasi yang diberikan RHT pada Pemprov Jabar sebanyak 25.000 botol produk suplemen RHT senilai Rp 6,8 miliar.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengapresiasi inisiatif manajemen RHT.
“Nilai donasinya luar biasa, yaitu Rp 6,8 miliar. Atas nama masyarakat dan Pemprov Jabar, kami haturkan terima kasih. Ke depan, kami coba anggarkan (pengadaan) RHT untuk atasi kondisi darurat Covid-19,” kata Ridwan Kamil.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu menjelaskan, bantuan suplemen RHT tersebut nantinya akan didistribusikan pada rumah sakit (RS) dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
“Dalam kondisi darurat ini, saya berpesan pada Dinas Kesehatan Jabar, RHT dibagikan ke puskesmas dan RS, khususnya yang berada di wilayah dengan angka kasus tinggi dan zona merah,” terang Emil.
Selain itu, terkait pendistribusian suplemen RHT, pihaknya juga menggandeng Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk menyalurkan ke puskesmas yang terjaring Program Puskesmas Terpadu dan Juara (Puspa).
Direktur Eksekutif CISDI Gatot Suarman Ilyas mengatakan, saat ini, CISDI telah menerima 9.000 botol RHT.
“Akan menyusul lagi sekitar 5.000 botol RHT. Untuk mekanisme pengirimannya, kami akan mulai mengirimkan di minggu terakhir Juni, paling lambat pada awal pekan depan,” kata Gatot.
Uji klinis RHT
Sebagai informasi, RHT merupakan suplemen kesehatan asal Armenia yang secara empiris bermanfaat sebagai terapi tambahan untuk pasien Covid-19 dengan manfaat sebagai antivirus, antibakterial, anti peradangan, dan antioksidan yang tinggi.
Di Indonesia, RHT pertama kali diperkenalkan oleh mantan Menteri PDT dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo.
RHT mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai suplemen kesehatan, bukan obat pada April 2020.
Namun, RHT sudah melalui sejumlah penelitian awal berupa uji in vitro yang hasilnya telah dipublikasikan lewat jurnal ilmiah. Uji in vitro sebagai bagian dari uji klinis fase pertama tersebut telah dilakukan dua kali.
Uji klinis pertama dilakukan di laboratorium BSL 3 di Indonesia terhadap Corona IBV yang 99 persen mempunyai kemiripan dengan Covid-19. Hasilnya, RHT berhasil mematikan virus tersebut.
Lalu, pengujian kedua dilakukan terhadap virus SARS Cov-2 penyebab Covid-19 di University of Texas, Amerika Serikat (AS). Penelitian ini difasilitasi oleh A-Star, sebuah lembaga penelitian yang didanai pemerintah Singapura. Penelitian ini pun menunjukkan RHT mampu membunuh virus SARS Cov-2.
Adapun uji klinis efektivitas RHT di Indonesia dilakukan sejak April 2020 sesuai prosedur dan izin dari komite etik dan BPOM.
Relawan penelitian tersebut berasal dari pasien Covid-19 dan tenaga kesehatan (nakes) di 3 rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Hasan Sadikin Bandung, Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Jakarta, dan RSUP Persahabatan Jakarta.
National principal investigator (koordinator nasional) uji coba RHT di Indonesia, Prof dr Keri Lestari, Msi Apt, mengatakan bahwa pemberian RHT pada pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet menunjukkan hasil yang positif.
Berdasarkan hasil uji klinik yang dilakukan di RSDC Wisma Atlet dan RSUP Hasan Sadikin Bandung, kelompok yang diberikan RHT menunjukkan performa yang lebih baik dalam pemulihan.
“Artinya, dalam kurun waktu yang sama, jumlah konversi dari yang positif ke negatif lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol tanpa RHT,” kata Prof Keri.
Selain itu, lanjut Prof Keri, durasi masa pemulihan juga lebih baik, yaitu 10 hari. Sementara itu, pada kelompok kontrol tanpa RHT, masa pemulihan mencapai 12,8 sampai 13 hari.
“Berdasarkan data interim, pemberian RHT pada pasien Covid-19 membuat proses rawat inap jadi lebih cepat dibandingkan kelompok yang tidak diberikan (RHT),” jelasnya.