KOMPAS.com – Wisata merupakan salah satu kegiatan yang dirindukan di tengah pandemi. Banyak orang yang rindu melancong ke berbagai destinasi untuk melepas penat.
Yogyakarta, khususnya Kabupaten Bantul, merupakan salah satu destinasi yang dirindukan. Sebab, kabupaten ini menawarkan keragaman destinasi wisata, mulai dari wisata alam, budaya, kuliner, hingga sentra batik.
Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, kamu memang tidak bisa melancong ke beragam destinasi tersebut. Namun, pasca PPKM Darurat destinasi-destinasi tersebut terbuka bagi kamu yang kangen melancong, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
Salah satu tujuan wisata yang tak boleh Anda lewatkan bila berkunjung ke kabupaten di Kota Pelajar tersebut adalah Sentra Batik Wijirorejo, Desa Wijirorejo, Kapanewon Pandak. Kamu dapat berburu oleh-oleh batik khas Yogyakarta di desa itu karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai perajin batik.
Wisatawan bisa mengunjungi Desa Wijirejo untuk berbelanja batik dengan keragaman motif dan coraknya, mulai dari batik tulis, batik cap, serta batik kombinasi cap dan tulis. Penjual batik mudah dijumpai di kanan kiri jalan hingga perkampungan.
Produk batik yang dijual bisa berupa lembaran bahan batik atau batik dalam bentuk pakaian jadi. Harga yang ditawarkan pun beragam, mulai dari Rp 150 ribuan hingga jutaan rupiah.
Biasanya, harga sebuah kain batik ditentukan oleh jenis kain, corak, dan jumlah warnanya. Semakin banyak warna dalam sebuah kain batik, harganya akan semakin tinggi.
Selain berbelanja, wisatawan juga bisa melihat dari dekat proses pembuatan batik oleh para perajin di Desa Wijirejo. Menariknya, wisatawan bisa melihat proses pembuatan batik dengan menyusuri area permukiman warga yang masih kental suasana pedesaannya.
Usai berbelanja di Sentra Batik Wijirejo, wisatawan bisa berkeliling ke obyek wisata di sekitarnya. Salah satunya adalah sentra budidaya ikan hias di Dusun Kadisoro. Wisatawan bisa berburu berbagai ikan hias, yakni ikan cupang, ikan beta, serta ikan koi.
Selain melihat keanekaragaman ikan hias, wisatawan bisa juga belajar mengenai seluk beluk budidaya ikan, mulai dari mengenali jenis ikan hias, perawatan, hingga peluang dan pangsa pasar.
Sementara itu, jika ingin berwisata religi, terdapat makam Panembahan Bodho yang merupakan bangsawan Kerajaan Demak sekaligus cicit raja Majapahit, Prabu Brawijaya di Kapanewon Pandak. Konon, Panembahan Bodho adalah murid Sunan Kalijaga yang menjadi penyebar agama islam di wilayah Bantul.
Tempat wisata religi lainnya adalah petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya yang merupakan menantu sekaligus musuh raja pertama Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati.
Tak lengkap rasanya bila berwisata ke Desa Wijirejo tanpa mencoba kuliner khasnya, yakni ayam ingkung. Makanan ini berupa sajian ayam kampung utuh yang diolah dengan bumbu santan. Cita rasanya gurih sedikit manis.
Satu porsi ayam ingkung cukup untuk empat orang. Biasanya, ayam disajikan dengan lalapan juga kuah santan. Wisatawan bisa memilih nasi putih atau nasi uduk sebagai teman menyantap ayam. Harga sajian satu porsi ayam ingkung dimulai dari Rp 120.000.
Kepala Bidang Pemasaran (Kabid) Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul Guppianto Susilo mengatakan, Bantul kaya akan potensi wisata, mulai dari wisata alam, wisata religi, sampai wisata kulinernya.
“Dalam satu kali perjalanan, wisatawan bisa langsung mendapatkan sejumlah obyek. Misalnya, di kawasan Kapanewon Pandak, terdapat sentra batik, wisata religi, wisata edukasi, serta kuliner. Semua destinasi wisata ini dapat dijangkau dalam satu arah," kata Guppianto dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (11/7/2021).
Wisatawan bisa mengunjungi Bantul setelah pelaksanaan PPKM Darurat selesai. Bila hendak tamasya ke Bantul, kamu bisa mengunduh aplikasi Jelajah Bantul di Google Playstore.
Selain itu, wisatawan juga bisa mengunduh aplikasi Quat untuk pembayaran nontunai selama wisata demi meminimalisasi kontak. Wisatawan juga diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan dengan menjalani 5M, yakni memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, serta mencuci tangan.