KOMPAS.com – Restrukturisasi PT Pertamina (Persero) yang berlangsung sejak Juni 2020 mulai menunjukkan hasil. Hal ini terlihat dari operasional perusahaan yang tetap berjalan lancar dan mencatatkan kinerja positif.
Bahkan, seluruh lini bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu tetap beroperasi penuh selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro darurat. Pasalnya, bisnis Pertamina termasuk ke dalam sektor esensial.
Pejabat sementara (Pjs) Senior Vice President (SVP) Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, restrukturisasi yang dilakukan Pertamina tidak menghambat perusahaan dalam menjalankan berbagai penugasan pemerintah.
“Bahkan, selama restrukturisasi, Pertamina dapat melanjutkan proyek strategis sesuai tahapan yang direncanakan,” ujar Fajriyah dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (16/7/2021).
Fajriyah menjelaskan, pada triwulan 1 2021, sektor hulu Subholding Upstream Pertamina berhasil mencatat produksi minyak dan gas bumi (migas) sebesar 861.000 barrel setara minyak per hari (MBOEPD).
Sejak 2021, Subholding Upstream mampu menambah cadangan 1P (cadangan terbukti) hingga 120 persen dan tambahan sumber daya 2C sebesar 143 persen dari target Rencana Anggaran dan Target Perusahaan (RKAP) 2021.
Selanjutnya, di sektor pengolahan, Subholding Refining and Petrochemical (R&P) telah melakukan optimasi kilang dengan memproduksi high valuable product sesuai dengan pergerakan crack spread. Adapun yield valuable produk mencapai 101,1 persen dari target RKAP 2021.
“Sisi keandalan kilang terhadap perencanaan terlihat dalam Plant Availability Factor (PAF) yang meningkat hampir 100 persen,” ujar Fajriyah.
Sementara di sektor hilir, lanjut Fajriyah, Subholding Commercial and Trading mencatat capaian operasional yang baik. Melalui Program BBM Satu Harga, subholding sektor hilir ini telah menambah 20 outlet baru di wilayah Indonesia yang terdepan, terluar, serta tertinggal (3T).
Ia menuturkan, program pengembangan jaringan retail One Village One Outlet meningkat menjadi 59.218 atau 101 persen dari RKAP 2021.
“Operasional sektor hilir juga ditopang integrasi portofolio produk Pertamina sebagai kekuatan penetrasi pasar melalui Pertamina One,” tuturnya.
Fajriyah melanjutkan, Subholding Power and New and Renewable Energy (PNRE) yang berperan dalam mengantisipasi era transisi energi dan mendukung upaya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) juga mencatat kinerja positif.
Pada 2021, subholding tersebut mampu meningkatkan total kapasitas terpasang sebesar 2.484 megawatt (MW) dari portofolio bisnis existing geotermal, gas untuk pembangkit, serta new and renewable energy (NRE). Tak hanya itu, produksi listrik juga meningkat dari 4,7 gigawatt (GW) menjadi 5,5 GW secara kumulatif pada Maret 2021.
“Kinerja positif pada masa transisi tersebut merupakan hasil dari pelimpahan kewenangan eksekusi yang diberikan kepada subholding untuk percepatan proses operasional dan bisnis. Dengan terbentuknya subholding, organisasi lebih fokus, lean, agile, efisien, dan streamlining decision making,” ujar Fajriyah.
Fajriyah menambahkan, proses transisi juga berjalan pada aspek legal administrasi. Pada Juli 2021, Pertamina sudah melakukan penyelarasan regulasi, penyiapan dokumen administrasi, penyiapan dokumen aspek legal, dan penyiapan pengukuhan pemerintah terhadap seluruh subholding.
“Restrukturisasi Pertamina akan terus berjalan dengan melakukan proses transisi dan transformasi, baik pada tingkat holding maupun subholding. Hal ini sesuai target Pertamina untuk mencapai nilai pasar 100 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2024,” kata Fajriyah.