JAKARTA, KOMPAS.com – Saat ini, masyarakat di seluruh dunia tengah menghadapi pandemi Covid-19. Sebelumnya, pandemi juga pernah terjadi seperti flu Spanyol, flu Hong Kong, sampai flu babi.
Dari berbagai pandemi yang terjadi di dunia, pandemi flu menjadi yang paling sering merebak dan memakan banyak korban jiwa. Contohnya, flu Spanyol yang terjadi pada Februari 1918-April 1920.
Menurut The United States Centers for Disease Control and Prevention (US CDC), jumlah orang yang terinfeksi flu Spanyol mencapai 500 juta dengan jumlah korban meninggal diperkirakan mencapai 50 juta jiwa.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi dan Imunologi Klinik Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Iris Rengganis mengatakan, virus influenza memiliki kemampuan bermutasi guna mempertahankan dirinya.
“Penyakit influenza (flu) tidak bisa dianggap remeh karena masih menjadi ancaman bagi manusia hingga masa mendatang,” ujar Dr Iris.
Menurut data WHO pada 2018, 5-6 juta orang di seluruh dunia terkena infeksi influenza berat setiap tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 290.000-650.000 orang meninggal.
infeksi virus influenza, tutur Dr Iris, bisa menimbulkan komplikasi serius bila tidak ditangani dengan baik, mulai dari pneumonia, infeksi telinga, hingga infeksi sinus.
“Selain itu, infeksi virus influenza dapat memperburuk penyakit kronis, seperti jantung, asma, dan diabetes,” ujarnya.
Sayangnya, banyak orang yang belum mengetahui perbedaan antara flu dan pilek atau selesma. Menanggapi hal ini, Dr Iris mengatakan bahwa kedua penyakit tersebut sama-sama penyakit saluran napas.
Perbedaannya, penyakit flu disebabkan oleh virus influenza. Sementara itu, pilek dapat disebabkan oleh banyak virus, seperti human rhinovirus (HRV), virus corona, dan virus lainnya.
Menimbang mana yang lebih berbahaya dari kedua penyakit tersebut, Dr Iris mengatakan bahwa infeksi virus influenza lebih berbahaya karena kerap menyebabkan komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.
“Terutama pada orang-orang berisiko tinggi, seperti anak-anak berusia di bawah lima tahun, orang lanjut usia (lansia), penderita diabetes, dan gangguan jantung,” kata Dr Iris.
Bahaya koinfeksi flu dan Covid-19
Selain pilek, gejala flu juga memiliki kemiripan dengan gejala awal Covid-19. Menurut Dr Iris, hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan pemeriksaan penunjang seperti tes swabreverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). Oleh karena itu, penderita flu tidak disarankan untuk mendiagnosis penyakit secara mandiri.
Namun, kata Dr Iris, di masa pandemi, risiko terinfeksi dua penyakit tersebut secara bersamaan atau koinfeksi menjadi tinggi.
Menurutnya, koinfeksi virus influenza dan SARS-CoV-2 dapat menyebabkan kasus Covid-19 yang berat dan meningkatkan risiko angka kematian (mortalitas).
“Orang yang mengalami koinfeksi flu dan Covid-19 akan lebih parah karena infeksinya disebabkan lebih dari satu virus. Karenanya, salah satunya harus dicegah, baik influenza maupun Covid-19, karena vaksinnya sudah ada,” ujar Dr Iris.
Mencegah bahaya influenza
Penyebaran dan penularan penyakit menjadi lebih rentan terjadi selama pandemi, termasuk flu. Karenanya, setiap orang dituntut untuk terus menjaga kondisi tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat, mengonsumsi vitamin, serta berolahraga secara rutin.
Menurut Dr Iris, salah satu langkah penting dalam pencegahan flu adalah melalui vaksinasi influenza. Dengan vaksinasi, antibodi dalam tubuh akan semakin kuat dari serangan virus influenza.
Lebih lanjut, kata Dr Iris, WHO merekomendasikan pemberian vaksin influenza musiman sekali setahun pada individu, mulai dari usia enam bulan hingga usia dewasa.
Vaksin influenza musiman perlu diberikan, terlebih untuk kelompok dengan risiko tinggi, seperti anak balita, lansia, dan individu dengan penyakit penyerta seperti diabetes dan penyakit jantung. Kelompok lain yang juga perlu mempertimbangkan pemberian vaksin ini adalah pelancong dan tenaga medis.
Sejalan dengan WHO, Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga merekomendasikan pemberian vaksinasi influenza musiman sekali setahun pada individu dewasa mulai dari usia 18 tahun. Satgas Imunisasi PAPDI juga menyarankan lansia, individu dengan komorbid, dan tenaga medis untuk diutamakan.
“Pemberian vaksin influenza harus diberikan setiap tahun karena strain-nya berubah-ubah. Setiap tahun, virus influenza bermutasi,” katanya.
Ia menuturkan, pada beberapa negara tropis seperti Indonesia, virus influenza terjadi sepanjang tahun. Dengan demikian, vaksinasi influenza bisa diberikan kapan saja. Adapun vaksin influenza yang sering digunakan di Indonesia umumnya adalah vaksin quadrivalent dan vaksin trivalent.
Vaksin quadrivalent, lanjut Dr Iris, mampu memberikan perlindungan yang lebih luas dengan cakupan lebih lengkap pada kedua turunan strain influenza B. Dengan demikian, vaksin tersebut mampu mengurangi potensi ketidakcocokan (mismatch) pada vaksin trivalent. Sebab, vaksin trivalent hanya mengandung satu macam strain influenza B.
Vaksinasi influenza menurut data penelitian dapat memberikan perlindungan hingga 80 persen pada individu sehat berusia kurang dari 65 tahun.
“Vaksin ini bisa memberikan perlindungan selama satu tahun. Jadi, perlu dilakukan setahun sekali untuk mempertahankan antibodi dari influenza musiman. Data penelitian menunjukkan bahwa vaksin influenza musiman aman diberikan untuk ibu hamil dan menyusui,” ujarnya.
Dokter Iris menambahkan, penggunaan vaksin influenza amat disarankan bagi orang-orang yang rentan terhadap gejala flu atau ingin mencegah koinfeksi flu dan Covid-19. Menurutnya, pemberian vaksin influenza dan vaksin Covid-19 aman dilakukan dengan mempertimbangkan prosedur vaksinasi.
Sesuai panduan PAPDI, tutur Dr Iris, vaksin Covid-19 tergolong baru sehingga perlu dipantau efek sampingnya selama 28 hari. Jadi, individu yang ingin menerima vaksinasi influenza setelah mendapatkan vaksin Covid-19 kedua harus menunggu selama 28 hari atau satu bulan.
“Hal tersebut juga berlaku sebaliknya. Jika sudah mendapatkan vaksin influenza dan ingin melakukan vaksinasi Covid-19, harus menunggu satu bulan,” ujarnya.
Anda bisa mendapatkan vaksin influenza di berbagai fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, serta praktik dokter mandiri dengan biaya yang terjangkau.
Namun, selama pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih berlangsung, ada baiknya Anda menggunakan jasa dan layanan vaksinasi ke rumah, seperti vaksinasi drive thru, pelayanan medis jarak jauh (telemedicine), serta layanan dokter ke rumah 24 jam. Semua layanan ini bisa Anda dapatkan melalui berbagai platform layanan kesehatan di Indonesia.
Vaksinasi influenza tidak hanya dapat melindungi Anda dari bahaya penyakit flu. Namun, juga melindungi orang-orang tersayang dan kerabat yang rentan terhadap penyakit flu. Untuk informasi lebih lanjut tentang vaksin influenza, Anda dapat menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat di tempat Anda.