JAKARTA, KOMPAS.com - Hati atau liver merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Bobot rata-rata organ hati orang dewasa mencapai 1,5 kilogram (kg). Selain ukurannya yang besar, organ yang terletak di dalam rongga perut sebelah kanan dan terlindung tulang rusuk itu punya fungsi vital bagi tubuh manusia.
Dokter ahli bedah Mayapada Hospital Tangerang Dion Ade Putra, SpB-KBD FinaCS mengatakan, hati memiliki enam fungsi utama.
"(Hati) berperan sebagai pusat metabolisme tubuh. Mulai dari makanan hingga obat-obatan melalui proses metabolisme di organ hati," ujar dokter Dion kepada Kompas.com, Selasa (15/6/2021).
Hati juga memiliki fungsi sekresi dan ekskresi. Adapun pada fungsi sekresi, hati menghasilkan cairan empedu, sedangkan fungsi ekskresi, organ ini menyaring dan membuang senyawa yang bersifat toksik bagi tubuh.
Selanjutnya, imbuh dokter Dion, fungsi sintesis. Hati bertanggung jawab dalam memproduksi protein. Salah satunya adalah albumin yang berfungsi menjaga permeabilitas cairan dalam tubuh.
Kemudian, pada kondisi tertentu, hati pun dapat memproduksi karbohidrat.
"Misalnya, saat berpuasa. Tubuh biasanya mengalami kekurangan karbohidrat. Pada kondisi tersebut, hati akan memproduksi karbohidrat dari bahan lain melalui proses glukoneogenesis," jelas dokter Dion.
Dokter Dion menambahkan, hati juga berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, baik dalam bentuk glikogen maupun vitamin. Terakhir, hati berfungsi sebagai penghancur sel darah merah tua yang usianya lebih dari 120 hari.
Gangguan pada organ hati
Karena memiliki fungsi yang vital, dokter Dion pun mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan hati. Apabila hati tidak sehat, enam fungsi yang telah disebutkan tadi tidak dapat berjalan optimal.
Dokter Dion menambahkan, terdapat empat penyebab utama gangguan fungsi hati. Pertama, kelainan kongenital atau bawaan sejak lahir.
"Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak normal yang terjadi pada masa perkembangan janin. Salah satunya, kelainan anatomi atau fungsi hati," terang dokter Dion.
Kedua, infeksi hati yang diakibatkan oleh bakteri, cacing, parasit, dan virus. Dokter Dion menjelaskan, infeksi yang paling umum terjadi adalah hepatitis (A, B, dan C) serta abses atau timbul sekumpulan nanah di dalam hati.
Ketiga, gangguan akibat trauma. Dokter Dion menjelaskan, gangguan akibat trauma terbagi lagi menjadi dua, yaitu trauma tumpul dan tajam.
Trauma tumpul dapat disebabkan oleh benturan saat mengalami kecelakaan, sedangkan trauma tajam dapat disebabkan oleh tusukan benda tajam yang melukai organ hati.
"Gangguan keempat adalah tumor, baik yang bersifat jinak maupun ganas," jelasnya.
Tumor hati
Dokter Dion mengatakan, setiap benjolan yang ditemukan pada hati termasuk dalam kategori tumor. Namun, untuk mengetahui sifat tumor atau benjolan tersebut, perlu dilakukan diagnosis khusus.
Pasalnya, kata dokter Dion, baik tumor jinak maupun ganas pada hati tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik pada stadium awal.
"Tidak ada yang benar-benar spesifik, apakah tergolong jinak atau ganas. Biasanya, pasien datang ke dokter dengan adanya benjolan di dalam perut, perut terasa nyeri, dan saat perut diraba terdapat seperti benjolan," kata dokter Dion.
Selain itu, pasien yang datang dengan keluhan tersebut biasanya juga mengalami beberapa hal, mulai dari penurunan nafsu makan, berat badan menurun drastis, hingga perut buncit karena berisi air.
"Ada pula pasien yang datang dengan keluhan kuning dan gatal di bagian kulit," terangnya.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, lanjut dokter Dion, dokter dapat melakukan sejumlah pemeriksaan lanjutan. Misalnya, cek darah untuk memeriksa fungsi hati dan pemeriksaan penanda tumor hati seperti alpha fetoprotein (AFP) dan prothrombin induced by vitamin K absence-II (PIVKA-II). Sebagai informasi, AFP dan PIVKA II merupakan zat penanda tumor yang digunakan dalam pemeriksaan kanker hati.
"Selain itu, pemeriksaan penunjang dalam bentuk radiologi (imaging). Bisa pula melalui computerized tomography scan (CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI). Setelah pemeriksaan, dokter baru dapat menyimpulkan apakah kondisi tersebut tergolong tumor jinak atau ganas," papar dokter Dion.
Dokter Dion menjelaskan, tumor jinak biasanya hanya menyebabkan kerusakan yang bersifat lokal atau hanya di area organ hati saja.
Tumor jinak bisa berupa kista, abses, adenoma atau tumor di jaringan kelenjar, dan hemangioma yang berbentuk benjolan kenyal berwarna merah dan tumbuh di pembuluh darah di hati.
Sementara, tumor ganas tidak hanya menimbulkan kerusakan lokal, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bermetastasis atau menyebar ke organ lain di luar organ primer yang diserang.
“Tumor ganas yang paling sering (terjadi) adalah hepatocellular carcinoma (HCC) dan metastasis dari tumor lain di luar tumor hati. Misalnya, tumor usus besar dan tumor payudara yang kemudian menyebar ke area hati,” terangnya.
Untuk diketahui, terdapat dua jalur tumor hati ganas, yaitu sirosis hepatis dan non-sirosis. Sirosis adalah gangguan hati berupa pengerasan akibat jaringannya sudah tidak normal dan digantikan dengan jaringan parut.
Kontribusi sirosis terhadap terjadinya kanker hati hanya 2 sampai 6 persen. Sementara, non-sirosis memegang peranan yang lebih besar, yaitu sekitar 90 persen.
“Kanker hati sendiri punya faktor predisposisi. Contohnya, gaya hidup merokok, konsumsi alkohol dalam jangka waktu lama dan banyak, serta riwayat penyakit hepatitis B dan C,” jelas dokter Dion.
Pencegahan sejak dini
Dokter Dion menyebutkan, tumor hati ganas yang banyak dialami masyarakat Indonesia adalah tumor yang berasal dari metastasis tumor usus besar.
Di Asia, kata dokter Dion, penyakit kanker hati diderita sekitar 35-100 orang per 100.000 orang tiap tahun. Sementara, di Eropa, dari setiap 1.000 orang ditemukan 10 laki-laki dan dua perempuan yang menderita kanker hati per tahun.
“Di Amerika Serikat (AS), mengacu (pada) data 2010, sekitar 24.000 kasus baru per tahun,” terangnya.
Oleh karena itu, deteksi dini merupakan kunci penting untuk mengetahui tumor hati pada stadium awal. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan screening kesehatan berupa pemeriksaan fungsi hati ataupun ultrasonografi (USG) perut di pusat layanan kesehatan.
Orang dengan usia 35 sampai 40 tahun bisa mengikuti pemeriksaan tersebut dan diulang per tiga tahun sekali.
“Dengan demikian, diharapkan dapat diketahui apakah ada gangguan atau tidak pada organ hati,” katanya.
Selain itu, imbuh dokter Dion, upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah memperbaiki gaya hidup.
“Perbaiki gaya hidup ke arah yang lebih sehat dengan tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, rutin olahraga, dan budayakan deteksi dini melalui screening,” terang dokter Dion.
Sebagai informasi, Mayapada Hospital juga membuka layanan telekonsul terkait penyakit apa pun. Bagi Anda yang ingin menggunakan layanan tersebut, silakan hubungi di nomor 150770.
Pada kuartal III 2021, Mayapada Hospital akan membuka cabang di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya, berada di Jalan Mayjen Sungkono Nomor 20, Surabaya Barat.
Anda yang berdomisili di Kota Surabaya dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan screening penunjang dan MRI untuk memastikan organ hati tetap sehat.