KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) secara daring di Jakarta, Kamis (22/7/2021).
RUPSLB tersebut menghasilkan persetujuan aksi korporasi right issue yang akan dilakukan BRI dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Dikutip dari pengumuman ringkasan RUPSLB BRI, setidaknya sebanyak 104,22 miliar suara yang mewakili 95,98 persen dari seluruh saham dengan hak suara sah dan hadir dalam e-rups telah menyetujui rencana perseroan untuk menerbitkan saham baru.
Dalam rangka PMHMETD tersebut, BRI akan menerbitkan saham baru dengan jumlah sebanyak-banyaknya 28.677.086.000 dengan nilai nominal sebesar Rp 50 per lembar saham.
Adapun, penetapan harga pelaksanaan akan disampaikan lebih lanjut karena masih ada serangkaian proses yang harus dijalankan, seperti registrasi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pasar modal. Hal ini akan disampaikan dalam publikasi prospektus secara resmi kemudian.
Dalam penetapan pricing harga pelaksanaan rights issue, BRI melihat sejumlah faktor, seperti kondisi makro dan industri, fluktuasi harga saham perseroan, dan masukan pemegang saham.
Dana hasil dari aksi korporasi tersebut akan dimanfaatkan BRI untuk pembentukan holding ultramikro yang dilakukan melalui penyertaan saham BRI dalam Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM), sebagai hasil dari inbreng pemerintah.
Dana sisanya akan digunakan sebagai modal kerja BRI dalam rangka pengembangan ekosistem ultramikro, serta bisnis mikro dan kecil.
Hal tersebut merupakan satu langkah besar BRI untuk terus mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan baru yang selaras dengan aspirasi untuk menjadi champion of financial inclusion.
Rencana itu selaras dengan visi pemerintah dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, yaitu untuk mendorong inklusi keuangan.
Oleh karenanya, pemerintah bermaksud membentuk holding ultramikro yang terdiri dari BRI, Pegadaian dan PNM. Dalam hal ini, BRI akan ditunjuk sebagai induk holding.
Aksi korporasi tersebut nantinya akan berdampak kepada laporan keuangan konsolidasian BRI pada 31 Maret 2021. Dampak itu di antaranya total aset BRI meningkat dari Rp 1.411 triliun menjadi Rp 1.515 triliun, total liabilitas BRI meningkat dari Rp 1.216 triliun menjadi Rp 1.289 triliun, dan laba bersih BRI meningkat dari Rp 7 triliun menjadi Rp 8 triliun.
Pada konferensi pers RUPSLB BRI, Kamis (22/7/2021), Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, segmen ultramikro telah diidentifikasi sebagai sumber pertumbuhan baru melalui pembentukan ekosistem ultramikro.
Ekosistem itu akan menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi bagi para pengusaha segmen ultramikro sehingga memungkinkan mekanisme naik kelas ke nasabah mikro lebih tertata dengan baik.
Sunarso menambahkan, holding ultramikro tersebut tidak hanya memberikan manfaat bagi BRI, Pegadaian, serta PNM, tetapi juga bagi pelaku usaha ultramikro dan perekonomian nasional.
“PNM akan berperan di fase empowerment. Pinjaman kelompok yang disalurkan PNM selain bernilai sebagai pembiayaan, juga berfungsi dalam pemberian asistensi dan peningkatan kapabilitas,” tuturnya.
Kemudian, lanjutnya, di fase integration, BRI dan Pegadaian dapat membantu pelaku usaha di segmen tersebut dengan berbagai produk gadai maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Selanjutnya, pada tahap terakhir adalah pada fase upgrade. Holding ultramikro memungkinkan pelaku usaha naik kelas menjadi nasabah mikro BRI yang berbasis komersial.
“Proses dimaksud akan terjadi dalam satu ekosistem sehingga lebih efektif dan efisien,” jelas Sunarso.