KOMPAS.com – Saat ini, para ilmuwan dan ahli kesehatan di seluruh dunia bekerja keras untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sifat dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dan informasi kepada publik tentang perkembangannya.
Mereka juga fokus mencari cara terbaik untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Pasalnya, belum ada vaksin atau obat-obatan yang benar-benar pasti mengobati Covid-19 sampai saat ini.
Berdasarkan riset, sebagian besar penyintas Covid-19 merasa kondisi fisiknya akan kembali seperti sediakala ketika sembuh. Namun, setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19, ternyata terdapat perubahan fungsi organ tubuh, baik yang disertai keluhan maupun tanpa keluhan.
Salah satu penyintas yang terlibat dalam penelitian dari St Vincent Hospital Sydney, Australia, Alex Lewis, mengaku merasakan efek setelah dua bulan dinyatakan sembuh. Alex mengatakan dirinya lebih cepat merasa lelah.
Selain tingkat keparahan penyakit, waktu pemulihan penyintas Covid-19 pun sangat bervariasi dan tergantung pada usia serta penyakit penyerta (komorbid) yang sudah ada sebelumnya.
Dokter ahli penyakit dalam dari Mayapada Hospital Kuningan dr Vivi Lesmana, SpPD, membenarkan bahwa kemungkinan penyintas Covid-19 untuk pulih 100 persen sangat bergantung pada proses sakitnya orang tersebut dan kemampuan adaptasi sistem imun tubuh.
“Jika selama dirawat sang pasien memiliki riwayat komorbid maupun dikategorikan sebagai penyintas berat, proses pemulihan akan memakan waktu lebih lama,” kata dr Vivi dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (24/7/2021).
Adapun beberapa keluhan penyintas Covid-19 yang harus diwaspadai, meliputi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi, meriang, batuk, sesak napas, gangguan konsentrasi, kelelahan kronik, jantung berdebar, dan nyeri pada dada.
Selain itu, terdapat pula beragam risiko masalah kesehatan jangka panjang yang dapat muncul pascapenyembuhan Covid-19. Berikut penjelasannya.
Pasien yang sudah sembuh akan rentan terkena stroke. Fungsi saraf juga akan menurun sekitar 36,4 persen dan kehilangan indra penciuman (anosmia).
Pasien yang sudah sembuh akan mudah merasa cemas dan depresi, gangguan stres pascatrauma (ketakutan terpapar kembali), serta gangguan tidur.
Fungsi paru seseorang yang sudah pernah terpapar Covid-19 tidak akan pulih 100 persen. Pasalnya, fungsi paru memiliki gangguan fibrosis atau cacat pada jaringan. Risiko untuk kegagalan paru restriktif pun lebih besar.
Selama masa penyembuhan, obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan pasien tergolong obat keras dan akan memengaruhi fungsi jantung serta menimbulkan pembekuan darah. Peningkatan risiko kerusakan otot jantung dan gagal jantung juga dapat terjadi.
Tingkat risiko gagal ginjal lebih tinggi 20-30 persen dari orang yang belum pernah terpapar Covid-19.
Penyintas akan merasakan nyeri pada persendian dan otot. Hasil penelitian juga menunjukkan penyintas dapat merasa lebih cepat lelah.
Sel paru dirusak virus
Untuk diketahui, virus SARS-CoV-2 menyerang sistem organ pernapasan yang membuat pasien menjadi sesak napas dan cepat lelah. Ketika pasien sudah dinyatakan sembuh, sel-sel yang berada pada paru-paru sudah terlanjur dirusak oleh virus.
“Sistem imun dan antibodi diibaratkan sebagai tentara baik yang berperang melawan musuh. Apabila musuh lebih banyak dibandingkan para tentara, tentunya tentara yang berguguran tersebut tidak bisa hidup kembali dan musuh akan terus menyerang serta merusak sel-sel di organ lain,” jelas dr Vivi.
Karena tubuh manusia unik, lanjutnya, tubuh bisa memproduksi “tentara baru” lainnya selama recovery. Namun, sel-sel baru tersebut tidak memiliki kualitas yang sama dengan sel yang sudah mati sebelumnya.
Untuk itu, penyintas Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh disarankan untuk memeriksakan kesehatan diri secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi organ, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal.
Tindakan pencegahan tersebut akan meminimalisasi kelainan yang bisa timbul kapan saja.
Dokter Vivi menyarankan, penyintas Covid-19 untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan ke dokter spesialis. Adapun pemeriksaan yang dapat dijalani adalah pemeriksaan laboratorium darah lengkap, radiologi, pernapasan, jantung, saraf, penilaian psikologis, serta penilaian kemampuan beraktivitas.
Untuk memudahkan penyintas Covid-19, Mayapada Hospital membuka layanan kesehatan Post Covid-19 Recovery and Rehabilitation Centre (PCRR).
Layanan tersebut didukung oleh multidisiplin spesialis yang berpengalaman di bidangnya, antara lain spesialis paru, spesialis jantung, spesialis saraf, spesialis penyakit dalam, rehab medik, dan psikologi atau psikiater.
Dengan pemeriksaan yang menyeluruh dan perawatan tepat di tangan para ahli, penyintas Covid-19 diharapkan dapat sembuh secara maksimal, bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala, dan mencegah masalah kesehatan yang dapat timbul di kemudian hari.
Seiring dengan pemantauan kesehatan yang rutin, kualitas hidup penyintas Covid-19 akan turut meningkat.
Sebagai informasi tambahan, Mayapada Hospital akan membuka cabang di Jalan Mayjen Sungkono Nomor 20, Surabaya Barat, Surabaya, Jawa Timur, pada kuartal III 2021.