Advertorial

Rights Issue 28 Miliar Lembar Saham, BRI Optimistis Dapat Terserap Optimal

Kompas.com - 26/07/2021, 21:46 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI melakukan aksi korporasi rights issue dalam rangka pembentukan holding ultra mikro. Aksi korporasi ini berpotensi menjadi salah satu rights issue terbesar di Indonesia, bahkan di Asia.

Sebagai informasi, BRI melakukan rights issue melalui mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Penawaran Umum Terbatas I (PUT I). Aksi korporasi tersebut telah disetujui oleh para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (22/7/2021).

Lewat RUPSLB BRI tersebut, sekitar 104,22 miliar suara atau mewakili 95,98 persen dari seluruh saham dengan hak suara sah menyetujui rencana perseroan menerbitkan saham baru sebanyak 28.677.086.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp 50.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari mengatakan bahwa penetapan harga rights issue akan dilakukan setelah melewati proses registrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selanjutnya, penetapan harga akan disampaikan dalam prospektus PUT I.

“Namun, dalam penetapan pricing rights issue, kami akan mempertimbangkan banyak faktor. Di antaranya adalah kondisi makroekonomi, kondisi industri yang terakhir, kinerja perseroan, fluktuasi harga perseroan, serta masukan dari para pemegang saham,“ ujar Viviana dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (26/7/2021).

Ia melanjutkan, pihaknya optimistis bahwa penerbitan saham baru tersebut akan menyedot animo pasar, meski kondisi perekonomian saat ini cukup menantang.

Viviana juga menjelaskan, rights issue sengajadilakukan saat ini karena BRI tidak ingin kehilangan momentum untuk menata kembali ekosistem usaha ultra mikro bersama Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Sebagai informasi, BRI akan menggunakan dana hasil rights issue untuk pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro (UMi) bersama Pegadaian dan PNM sebagai hasil dari inbreng pemerintah.

Selebihnya, dana tersebut akan digunakan sebagai modal kerja BRI dalam rangka pengembangan ekosistem usaha ultra mikro, serta bisnis mikro dan kecil.

Ia pun optimistis, ekosistem UMi sudah siap dijalankan setelah perekonomian pulih. Dengan demikian, operasional bisnisnya dapat langsung diakselerasi.

“Kami tetap yakin, dengan investment thesis dan value proposition yang sudah direncanakan, kami dapat mengeksekusi transaksi tersebut dengan baik. Dengan demikian, rights issue dapat terserap secara optimal,” papar Viviana.

Ia melanjutkan, keberadaan ekosistem usaha ultra mikro bersama PNM dan Pegadaian dapat menyediakan layanan keuangan kepada para pengusaha ultra mikro dengan lebih terintegrasi.

Dengan begitu, peningkatan kapabilitas nasabah ultra mikro pun dapat dimonitor dengan baik. Nasabah juga bisa terlayani dengan lebih efektif dan efisien.

Sementara itu, pengamat pasar modal sekaligus Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi mengatakan, penerbitan rights issue yang dilakukan BRI memiliki daya tarik lebih kuat dibandingkan aksi serupa yang dilakukan perusahaan lain.

Pasalnya, emiten dengan kode saham BBRI tersebut memiliki fundamental bisnis yang kokoh. Pembentukan holding ultra mikro juga dianggap dapat memperkuat BRI.

Selain itu, bank dengan jaringan terluas di Tanah Air tersebut juga mampu menjaga kinerja positif di masa pandemi.

"Penerbitan saham baru masih banyak. Perlu dicatat, investor publik juga dihadapkan dengan penerbitan saham baru perusahaan digital yang besar. Namun, rasanya fokus utama tetap pada BBRI karena lebih masuk akal," ujar Edhi.

Hal senada juga diungkapkan Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma. Suria berpendapat, penerbitan saham baru BRI guna pembentukan holding BUMN UMi adalah aksi korporasi yang besar di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com