KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) berhasil menekan cost inventory menjadi 47,9 juta barrel atau setara dengan 3,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Hal ini berkat restrukturisasi perusahaan yang telah berjalan setahun terakhir.
Untuk diketahui, total cost inventory Pertamina mencapai 80 juta barrel atau setara 5,2 miliar dollar AS pada 2020. Ini berarti, Pertamina berhasil menurunkan cost inventory hingga 40 persen atau 2,1 miliar dollar AS secara tahunan. Dana sebesar itu bisa digunakan untuk aktivitas lain.
Penghematan tersebut diperoleh dari upaya integrasi operasional yang telah berjalan di Direktorat Logistik dan Infrastruktur Pertamina pada tingkat holding.
Integrator operasional tersebut berperan strategis untuk memastikan distribusi energi ke seluruh pelosok negeri berjalan aman dan lancar.
Sebagai integrator operasional, seluruh penugasan dari pemerintah ke Pertamina, mulai dari pendistribusian jenis bahan bakar minyak (BBM) tertentu atau JBT dan jenis BBM khusus penugasan (JBKP), distribusi liquefied petroleum gas (LPG) 3 kg, penyaluran BBM 1 Harga, pembangunan infrastruktur BBM/LPG di Indonesia bagian timur, hingga gasifikasi di 56 pembangkit PLN, harus dipastikan berjalan dengan baik.
Agar berjalan lancar, Direktorat Logistik dan Infrastruktur harus memastikan keandalan seluruh infrastruktur dan jaringan distribusi yang dimiliki holding. Dengan demikian, pendistribusian bisa berjalan sinergis di tengah restrukturisasi yang sedang dijalankan.
“Hal ini menjadi concern kami agar masing-masing subholding, anak perusahaan, dan afiliasinya tidak berjalan sendiri-sendiri. Semuanya harus inline karena saat ini infrastruktur yang kami jalankan harus sesuai dengan kebutuhan market dan energy mix,” jelas Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono, seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (28/7/2021).
Mulyono melanjutkan, keseimbangan antara layanan masyarakat dan optimasi target keuntungan untuk Pertamina harus terpenuhi. Caranya, dengan menekan biaya, sinergi, dan optimasi di semua subholding.
Masing-masing subholding, kata Mulyono, harus mandiri dan lincah untuk mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Catatannya, subholding harus fokus melakukan efisiensi, tetapi tetap memberikan manfaat bagi Pertamina Group.
Pertamina melalui Direktorat Logistik dan Infrastruktur juga terus melakukan percepatan dan sinergi untuk penugasan proyek pemerintah dan pembangunan infrastruktur distribusi energi.
Tak hanya cepat, proyek juga dipastikan harus mendukung industri dalam negeri dengan penyerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sesuai target.
“Kami juga harus memastikan penugasan pemerintah terkait penyerapan TKDN harus sesuai target. Pada 2020, target implementasi TKDN 25 persen dan 2021 sebesar 30 persen. Saat ini, Pertamina Group mampu merealisasikan TKDN di atas 50 persen,” papar Mulyono.