KOMPAS.com – Di tengah tantangan pandemi Covid-19, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 gigawatt-hour (gWh) selama 2020.
Besaran energi bersih yang dihasilkan oleh 15 wilayah kerja panas bumi di Indonesia itu mengalami peningkatan sebesar 14 persen dari target yang ditetapkan perseroan.
Hingga saat ini, PGE memimpin pengelolaan panas bumi nasional dengan kapasitas terpasang sebesar 1.887 megawatt (MW). Dari angka ini, sebesar 1.205 MW dikelola PGE bersama mitra dan 672 MW dioperasikan sendiri.
“Kapasitas terpasang di seluruh wilayah kerja panas bumi PGE mencakup 88 persen dari total kapasitas terpasang yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukan besarnya kontribusi PGE dalam pengembangan sumber daya panas bumi di Indonesia,” ujar Direktur Operasi PGE Eko Agung Bramantyo dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (29/7/2021).
Agung mengatakan, sebagian besar wilayah dengan potensi panas bumi berada di pegunungan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi PGE dalam mengembangkan energi panas bumi.
“Pada awal pengembangan, kami perlu membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk bisa membawa rig ke lokasi pengeboran. Bahkan, kami pernah membangun jalan hampir sepanjang 40 kilometer (km),” jelas Agung.
Ia juga menyebut bahwa topografi yang terjal menjadi tantangan bagi PGE dalam pengembangan panas bumi.
“Kami bekerja sama dengan konsultan dan universitas untuk mengembangkan early warning system (EWS) sebagai langkah antisipasi terhadap bencana longsor di sekitar area dan proyek PGE,” kata Agung.
Dijelaskan Agung, saat ini, masyarakat sekitar area pengeboran milik PGE telah menikmati multiplier effect dari pengembangan panas bumi. Salah satunya adalah ketersediaan infrastruktur.
“Di salah satu area PGE, awalnya masyarakat membutuhkan waktu enam jam untuk menuju kota terdekat menggunakan motor yang dipasangi rantai di rodanya. Sekarang, jalan (di area tersebut) sudah mulus sehingga hanya membutuhkan waktu 30 menit menuju kota terdekat,” cerita Agung.
Siapkan strategi dan inovasi
Tak berhenti sampai di situ, PGE juga menargetkan menjadi world class green energy company pada 2021. Berbagai strategi dan inovasi pun telah disiapkan.
Sebagai bagian dari Power and New Renewable Energy (PNRE) Pertamina, PGE akan berinovasi dalam manajemen industri pengembangan energi bersih, termasuk energi berbasis panas bumi. Dengan begitu, PGE dapat menjadi pionir dalam pengembangan energi masa depan di Indonesia.
PGE menargetkan peningkatan kapasitas terpasang energi bersih yang bersumber dari panas bumi hingga dua kali lipat atau 1.540 MW pada 2030.
Artinya, PGE berpotensi memberikan kontribusi pengurangan emisi sebesar 9 juta ton karbon dioksida (CO2) per tahun. Dengan angka ini, PGE menargetkan dapat menduduki posisi top three produsen panas bumi di dunia.
Selain itu, strategic partnership juga menjadi salah satu langkah yang dilakukan PGE dalam rencana menambah kapasitas terpasang panas bumi.
“Kami melakukan studi bersama dengan beberapa potential partner, seperti PLN Gas & Geothermal (PLN GG) dan Medco Power Indonesia, untuk menjajaki potensi penambahan kapasitas, baik di wilayah kerja PGE maupun di wilayah kerja PLN GG dan Medco,” jelas Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE Tafif Azimudin.
Pada saat yang sama, PGE juga tengah menyiapkan pengembangan green hydrogen yang kini menjadi tren transisi energi dunia.
“Green hydrogen merupakan salah satu bentuk energi baru dan energi masa depan yang sangat bersih. Ini merupakan salah satu kunci dalam mencapai target zero emission di masa depan,” ujar Tafif.
Dia mengatakan, pihaknya sangat antusias berada di garda terdepan dalam mencari hal-hal baru guna meningkatkan nilai sumber daya panas bumi di Indonesia, terutama yang berada di wilayah kerja PGE.
PGE, lanjut Tafif, menggunakan pendekatan multitrack development secara sistematis dalam mengembangkan energi panas bumi.
Artinya, PGE tidak hanya mencari sumber daya panas bumi untuk uap, tapi juga mencari fluida lain yang bisa didayagunakan untuk pengembangan green hydrogen.
Strategic partnership, baik dari sisi teknologi, akses ke pasar, maupun pendanaan, juga diterapkan dalam pengembangan green hydrogen.
“Sebagai bagian PNRE, PGE mengemban misi-misi strategis dari Pertamina Group untuk berkolaborasi dengan semua pihak di Indonesia dalam memimpin proses transisi energi melalui inovasi-inovasi di bidang energi bersih,” imbuh Tafif.