Advertorial

Holding Ultra Mikro Dinilai akan Mendorong Kinerja Saham BBRI

Kompas.com - 29/07/2021, 20:04 WIB

KOMPAS.com – Kehadiran holding ultra mikro (UMi) yang melibatkan BRI sebagai induk, serta Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM), dinilai akan membuat kinerja saham BBRI semakin solid ke depan. Hal ini terungkap dalam diskusi “Zooming With Primus” yang disiarkan di BeritaSatu TV, Kamis (29/7/2021).

Diskusi tersebut diikuti oleh Direktur Utama BRI Sunarso, Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara, dan Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma.

Menurut Suria, solidnya saham BRI ke depan tak terlepas dari kinerja fundamental ketiga perseroan anggota holding yang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk.

“Sebelum holding (dibentuk), laba bersih PNM dan Pegadaian sudah mencapai sekitar 14 persen dari laba bersih BRI,” kata Suria dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis.

Suria menambahkan, setelah holding dibentuk, cost of fund PNM dan Pegadaian dapat ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perseroan menjadi satu kesatuan ekosistem.

Dengan demikian, lanjut dia, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya.

Oleh karena itu, Suria yakin saham BBRI secara jangka panjang akan sangat solid karena investor melihat kinerja fundamental yang positif.

“Jadi, kinerja itu akan tetap baik. Saya pikir, secara jangka panjang (investor) masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain,” ujarnya.

Seperti diketahui, holding tersebut segera terbentuk setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) digelar BRI pada 22 Juli 2021.

BRI mendapatkan persetujuan rights issue dari mayoritas pemegang saham melalui mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).

Melalui PMHMETD, pemerintah akan menyetorkan seluruh kepemilikan saham Seri B dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI melalui mekanisme inbreng.

Dana hasil dari aksi korporasi itu akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) UMi.

Selain itu, hal yang akan menjaga kinerja saham BRI adalah holding BUMN UMi itu sendiri. Pasalnya, menurut Suria, total value dari holding BUMN UMi sangat baik.

Ia menganalisis, inbreng PNM dan Pegadaian terhadap BRI yang ditambah dana dari publik, membuat holding memiliki total value hingga Rp 95 triliun dengan perkiraan price to book value (PBV) 1,75 kali.

Senada dengan Suria, Mirza Adityaswara mengatakan bahwa holding tersebut akan memperkuat kinerja fundamental ketiga perseroan. Harapannya, BRI bisa memberikan bantuan teknologi, serta pendanaan yang akan mendorong efisiensi dan sinergi dalam produk.

Karenanya, ia berharap, loan to gross domestic product (GDP) dapat lebih besar dari 32 persen melalui akselerasi.

Suria menyebut, Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negeri tetangga. Sebab, sejumlah negara tetangga memiliki loan to GDP di angka 50 persen.

“Negara maju, seperti Singapura, sudah pasti memiliki loan to GDP di atas 100 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pihaknya melepas 28,7 miliar lembar saham baru melalui rights issue. Melalui upaya ini, BRI diharapkan meraup dana segar sekitar Rp 41 triliun.

Ia melanjutkan, pihaknya memproyeksikan sekitar lima tahun ke depan pertumbuhan kredit mampu tumbuh rata-rata 14 persen secara tahunan bila aksi korporasi tersebut terserap seluruhnya.

“Ekosistem ultra mikro dibangun agar kami bisa secara efisien melayani masyarakat sebanyak mungkin dan dengan biaya semurah mungkin. Maka sudah layak keputusannya. Ketimbang terdilusi, lebih baik ambil dan eksekusi hak memesan efek terlebih dahulu,” ujar Sunarso.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com