KOMPAS.com – Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) membuka program peminatan Integrated Arts pada Fakultas Filsafat (FF) guna menjawab kebutuhan industri kreatif di masa depan.
Ada lima bidang studi seni yang diajarkan dalam program tersebut, yaitu seni rupa dan desain, seni pertunjukan, seni musik, penulisan kreatif, serta manajemen seni dan kuratorial. Kelima bidang studi tersebut saling berkolaborasi dan terintegrasi sehingga peserta didik dapat memiliki kemampuan seni yang mumpuni.
Guru Besar FF Unpar Profesor Ignatius Bambang Sugiharto mengatakan, Integrated Arts sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Namun, saat dibawa ke dalam tataran akademik di Indonesia, program ini ibarat produk baru. Terlebih, banyak orang masih asing dengan istilah integrated arts.
“Perkembangan dunia seni saat ini menjadi intermedia, tapi sekolah seni kebanyakan masih konvensional. Padahal, integrated arts sudah banyak diterapkan di luar negeri. Bahkan, penerapannya dimulai dari jenjang sekolah dasar. Itulah alasan Unpar membuka program studi (prodi) interdisipliner tersebut,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (3/8/2021).
Melihat perkembangan teknologi saat ini, Bambang melanjutkan, manusia perlu beradaptasi lewat peningkatan kompetensi dan kreativitas.
“Ketika banyak pekerjaan diambil alih (oleh) mesin, peradaban ini mesti dijaga oleh seni. Bidang studi yang diajarkan dalam program Integrated Arts akan menginfus unsur seni ke segala sektor,” imbuhnya.
Menciptakan generasi serbabisa
Bambang kembali mengatakan, seni berpeluang untuk diterima di berbagai bidang pekerjaan. Pasalnya, kreativitas menjadi salah satu kemampuan yang paling dibutuhkan pada saat ini dan masa depan.
Ia pun meyakini, Prodi Integrated Arts Unpar dapat mendukung perkembangan kreativitas peserta didik melalui kelengkapan fasilitas dan kecakapan tenaga pendidik.
Adapun fasilitas tersebut adalah perpustakaan dan sinesofia, yaitu studio audio visual yang dipakai untuk mengapresiasi dan melakukan diskusi filosofis tentang film.
Dengan mengintegrasikan seni dan wawasan konseptual melalui ilmu filsafat, Prodi Integrated Arts Unpar juga dapat membentuk generasi serbabisa, kreatif, dan inovatif yang dapat menjawab kebutuhan industri kreatif.
“Program ini membuat lulusannya menjadi lebih fleksibel dan bisa masuk ke dalam bidang pekerjaan apa pun yang menuntut kreativitas. Jadi, (alumninya) tidak menutup kemungkinan bekerja di bidang selain industri kreatif,” kata Bambang.
Pilihan signifikan
Perkembangan teknologi memicu pertumbuhan industri kreatif di Indonesia. Dosen Prodi Integrated Arts Unpar Theo Frids M Hutabarat, SSn, MSn, mengungkapkan bahwa sejak 2007, banyak bermunculan agenda kreatif di Indonesia. Bahkan, pemerintah sendiri membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada 2015 sebagai ruang pengembangan industri tersebut di Tanah Air.
Melansir laman Kemenparekraf, saat ini Indonesia dinilai sebagai pelopor revolusi industri kreatif dunia. Hal ini dibuktikan dari perkembangan signifikan industri kreatif nasional setiap tahun.
Menurut laporan OPUS Ekonomi Kreatif 2020, kontribusi subsektor ekonomi (ekraf) pada produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai Rp 1.211 triliun. Angka tersebut meningkat dari Rp 1.000 triliun pada 2017 dan Rp 1.105 triliun pada 2018.
Torehan tersebut membawa Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan. Kendati demikian, Indonesia justru lebih unggul dari AS dalam hal serapan tenaga kerja pada sektor ekraf.
Sektor ekraf Indonesia, kata Theo, mampu menyerap hingga 17 juta tenaga kerja pada 2019. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan AS yang hanya memiliki 4,7 juta pelaku ekraf.
“Fakta tersebut merupakan perubahan yang luar biasa. Pasalnya, kreativitas kini semakin dihargai dan memiliki nilai tawar tinggi. Momentum ini saya rasa tidak akan berakhir, khususnya generasi muda yang memandang industri kreatif sebagai pilihan karier,” terang Theo.
Menyoal hal tersebut, Theo mencontohkan kreator konten Youtube. Profesi ini dianggap sebagai pekerjaan tidak lumrah pada lima tahun lalu. Namun, kini menjadi pekerjaan yang biasa.
“Pasti bakal ada perubahan yang meluas. Bidang-bidang yang tidak disadari mungkin bisa jadi pekerjaan baru sejalan dengan perkembangan teknologi," ujarnya.
Meski demikian, Theo mengingatkan, kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan agar mampu bersaing dalam era industri kreatif saat ini. Oleh karena itu, Prodi Integrated Arts Unpar dapat menjadi pilihan untuk mengasah aspek seni dan kreativitas.
“Setiap orang perlu berupaya untuk mempertahankan sisi orisinalitasnya. Kebaruan itu wajib ada agar tidak jadi pengekor. Daya tawar baru, kemampuan baru, dan kebaruan lain yang masih segar diperlukan untuk menjawab segala tantangan zaman,” ucap dia.
Program peminatan baru lain di Unpar
Selain Integrated Arts, Unpar juga membuka tujuh program peminatan baru, yaitu Data Science, Mekatronika, Bisnis Digital, Fisika Medis, Aktuaria, Chemical Business Development, serta Manajemen Bisnis Keluarga dan Kewirausahaan.
Sebagai informasi, Unpar sedang membuka Ujian Saringan Masuk (USM) ke-4 tahun akademik 2021/2022. Pendaftaran dibuka hingga Selasa (10/8/2021). Calon mahasiswa dapat mendaftarkan diri melalui laman pmb.unpar.ac.id.
Untuk mendapatkan informasi selengkapnya mengenai Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Unpar, silakan kunjungi laman tersebut atau kirimkan e-mail ke alamat admisi@unpar.ac.id.
Selain itu, kamu juga bisa menghubungi nomor telepon 022-2032655 atau kunjungi akun media sosial Instagram @unparofficial, Line @unpar, atau kantor admisi dan pemasaran Unpar.