KOMPAS.com – Influenza atau flu bukan penyakit baru di dunia kesehatan. Penyakit ini sering disamakan dengan common cold atau selesma yang lebih dikenal dengan sebutan pilek. Pasalnya, gejala dari dua penyakit tersebut sangatlah mirip. Padahal, kedua penyakit tersebut berbeda.
Menurut dr Nusye E Zamsiar Spesialis Kedokteran Okupasi, selesma bisa disebabkan oleh virus atau faktor lain, seperti alergi, cuaca, dan kelelahan.
“Umumnya, tingkat keparahan selesma cenderung ringan. Gejalanya, seperti hidung mampet atau meler, sakit tenggorokan, dan badan sedikit hangat. Gejala tersebut hilang dalam satu atau dua hari,” ujar dr Nusye saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/7/2021).
Sementara itu, flu disebabkan oleh virus influenza. Dokter Nusye menjelaskan bahwa gejala flu lebih berat dari selesma. Biasanya, flu disertai dengan demam, menggigil, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk kering, dan nyeri otot.
Kebanyakan karyawan yang sedang flu kerap menganggap enteng penyakitnya dan masih tetap masuk bekerja. Dengan demikian, ia pun berisiko menularkan virus influenza ke kolega kantor.
“Influenza merupakan penyakit yang sering terjadi pada pekerja atau karyawan. Hampir semua kunjungan ke fasilitas kesehatan (faskes), angka penyakit influenza paling banyak,” ujarnya.
Waktu penyembuhan flu pun beragam dan sangat tergantung pada kondisi daya tahan tubuh penderita. Tidak semua orang dapat sembuh hanya dengan beristirahat selama kurang lebih satu minggu.
Jika banyak yang tertular flu, kata dr Nusye, produktivitas perusahaan akan terganggu. Dampaknya tidak hanya bagi karyawan yang sakit, tetapi juga bagi perusahaan.
Selain itu, lanjutnya, penderita flu sebaiknya menjalani perawatan secara tuntas. Pasalnya, selain menimbulkan kerugian akibat tersitanya waktu produktif, flu juga berisiko kematian.
Ia juga menjelaskan bahwa flu sebagian kasus dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari. Hal tersebut dikarenakan virus influenza yang masuk ke dalam tubuh akan dilawan oleh daya tahan tubuh.
“Namun, bisa juga (flu) tidak dapat sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh rendah atau ada komplikasi,” kata dr Nusye.
Karenanya, ia menyarankan pada orang yang terserang flu untuk beristirahat di rumah. Apalagi, bagi para pekerja yang harus keluar rumah setiap hari, saran dr Nusye.
Hal ini karena penularan infeksi virus influenza dapat terjadi dengan mudah melalui udara (aerosol) dan percikan ludah (droplet) dari seseorang yang sedang terinfeksi.
Virus influenza juga dapat menimbulkan penyakit lain, seperti radang telinga, pneumonia, dan radang pada otot jantung.
Komplikasi tersebut, lanjut dr Nusye, dapat terjadi pada siapa saja, terutama kelompok risiko tinggi. Misalnya, orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan penyakit penyerta (komorbid).
“Komplikasi yang berat dapat berisiko fatal dan mengakibatkan kematian,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018, secara global diperkirakan 3-5 juta kasus infeksi influenza berat dan menyebabkan 290.000-650.000 kematian dalam satu tahun.
Flu musiman ditengarai menjadi salah satu flu yang paling banyak menyumbang angka kematian tersebut. Berdasarkan catatan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, kematian akibat flu musiman sebesar 0,1 persen dari total kasus.
Dokter Nusye menjelaskan, saat seseorang terinfeksi influenza, mekanisme pertahanan saluran nafas menurun. Dengan demikian, virus dan patogen lain dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.
Saat ini, salah satu virus yang berpotensi menginfeksi tubuh saat sedang mengidap flu adalah virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 . Maka dari itu, sangat penting melakukan tindakan pencegahan influenza.
Langkah preventif terhadap infeksi flu
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mencanangkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk flu. PHBS yang bisa diterapkan masyarakat adalah rajin mencuci tangan, makan makanan bergizi, cukup istirahat, dan rajin berolahraga.
Dokter Nusye juga menyarankan untuk menerapkan etika batuk dan bersin ketika sedang flu. Selama masa pandemi, katanya, selalu jaga jarak dengan orang lain dan selalu gunakan masker. Selain itu, vaksinasi flu dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.
“Salah satu upaya pencegahan flu yang efektif adalah dengan vaksinasi influenza agar tubuh membentuk antibodi dengan virus influenza,” imbuhnya.
Lebih lanjut, kata dr Nusye, WHO menyarankan pemberian vaksin influenza sekali setiap tahun untuk anak mulai usia 6 bulan ke atas hingga orang dewasa. US CDC juga menganjurkan vaksinasi influenza untuk semua orang, terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi.
Sejalan dengan dua organisasi kesehatan tersebut, Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga merekomendasikan pemberian vaksin influenza sekali setiap tahun, terutama bagi kelompok dengan risiko tinggi, yaitu lansia serta individu dengan penyakit penyerta seperti diabetes dan penyakit jantung.
“Vaksinasi influenza juga perlu untuk karyawan terutama yang bertugas bertemu banyak orang, seperti petugas pelayanan publik, perbankan, jurnalis, marketing, guru, hingga pedagang,” ujar dr Nusye.
Sayangnya, kata dr Nusye, masih banyak perusahaan menganggap vaksinasi flu sebagai bentuk pemborosan biaya. Padahal, dampak yang timbul akibat sebagian besar karyawan terkena flu bisa lebih besar ketimbang biaya vaksin.
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, vaksinasi influenza untuk dewasa belum menjadi bagian dari program pemerintah sehingga kegiatan tersebut dibiayai secara mandiri oleh perusahaan.
Oleh karena itu, kata dr Nusye, perlu adanya upaya untuk meyakinkan pimpinan perusahaan agar memberikan vaksinasi influenza kepada karyawannya dengan menghitung cost-benefit.
“Jadi, jangan hanya menghitung biaya vaksinasinya, tetapi harus dengan perhitungan panjang. Sebab, jika tidak melakukan vaksin, kalau ada karyawan yang sakit akan mengganggu produktivitas dan cost perusahaan,” jelas dr Nusye.
Selain itu, imbuhnya, sosialisasi kepada karyawan sebelum pelaksanaan vaksinasi juga perlu dilakukan. Pasalnya, banyak disinformasi yang membuat karyawan enggan menerima vaksin influenza.
“Banyaknya isu yang beredar, seperti vaksin tidak halal menjadi salah satu alasan para pekerja menolak vaksin influenza,” ujar dr Nusye.
Sebagai informasi, jenis vaksin influenza yang tersedia di Indonesia adalah vaksin quadrivalent dan vaksin trivalent. Kedua jenis vaksin ini dibuat dengan menggunakan protein telur ayam.
Vaksin quadrivalent merupakan vaksin yang mengandung empat strain virus influenza, yaitu dua strain influenza A dan dua influenza B. Sementara, vaksin trivalent, mengandung dua strain influenza A dan satu strain influenza B. Vaksin influenza quadrivalent dapat memberikan perlindungan yang lebih luas.
Pelaksanaan vaksinasi influenza di perusahaan, lanjutnya, bisa dilakukan oleh dokter perusahaan.
“Jika tidak ada (dokter), perusahaan dapat bekerja sama dengan pelaksana vaksinasi yang baik dan tepercaya,” kata dr Nusye.
Selain itu, diperlukan juga kerja sama dengan faskes atau rumah sakit terdekat. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Saat ini, vaksinasi influenza sama pentingnya dengan vaksinasi COVID-19. Sebab, tidak sedikit orang menganggap bahwa vaksinasi COVID-19 saja sudah cukup untuk melindungi tubuh. Padahal, flu dan COVID-19 disebabkan oleh virus yang berbeda.
Maka dari itu, meski sudah melakukan vaksinasi COVID-19, sebaiknya tetap melakukan vaksinasi influenza.
“Jadi, vaksinasi influenza tetap diberikan, walaupun sudah vaksin COVID-19. Kedua vaksin ini dapat diberikan dengan interval 28 hari atau satu bulan,” ujar dr Nusye.
Pasalnya, vaksinasi influenza tidak hanya dapat melindungi pekerja dari bahaya penyakit flu. Namun, juga melindungi orang-orang tersayang dan kerabat yang rentan terhadap penyakit flu.
Untuk informasi lebih lanjut tentang vaksin influenza, Anda dapat menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat di tempat Anda.
#ProtectYourLovedOnes #FluBeyondProtection #4BetterProtection