Advertorial

Porsi Kredit UMKM Capai 80,6 Persen, BRI Kokoh sebagai Market Leader Segmen UMKM Indonesia

Kompas.com - 12/08/2021, 12:58 WIB

KOMPAS.com – Bertepatan dengan Hari Nasional UMKM 2021 yang jatuh pada Kamis (12/8/2021), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memperkuat komitmen untuk mempertahankan posisinya sebagai market leader segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Hal tersebut dibuktikan dengan BRI yang mampu mempertahankan kinerja positif yang berkelanjutan di tengah pandemi Covid-19 dengan pertumbuhan kredit yang tumbuh positif dan berada di atas rata-rata industri perbankan nasional.

Hingga akhir Juni 2021, penyaluran kredit BRI secara konsolidasian mencapai Rp 929,40 triliun, tumbuh positif dibandingkan penyaluran kredit BRI pada akhir kuartal II 2020 sebesar Rp 922,97 triliun. Bila dirinci, kredit UMKM BRI telah mencapai Rp 749,33 triliun atau meningkat jika dibandingkan periode Juni 2020 dengan jumlah Rp 725,27 triliun.

Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut membuat porsi kredit UMKM BRI naik menjadi 80,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 78,58 persen.

“Porsi kredit UMKM BRI tersebut akan terus ditingkatkan. BRI menargetkan angka itu akan mencapai 85 persen pada 2025,” ujar Sunarso dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Kamis.

Per Mei 2021, BRI berhasil menyalurkan kredit kepada segmen UMKM senilai Rp 723 triliun. Sementara, nilai total kredit UMKM perbankan nasional sebesar Rp 1.024,40 triliun. Pencapaian ini menjadikan BRI sebagai bank UMKM terbesar di Indonesia dengan market share mencapai 70,66 persen.

Sunarso mengatakan, pihaknya akan terus mendorong pemberdayaan UMKM melalui dua cara, yakni menaikkelaskan pelaku UMKM dan mencari sumber pertumbuhan baru melalui segmen ultra mikro.

“Jadi, sering orang bilang bahwa UMKM itu harus diadvokasi. Saya bilang, tidak. Saya bilang, UMKM itu harus diedukasi. Lebih penting mengedukasi daripada mengadvokasi. Kenapa demikian? Kalau mengadvokasi, berarti menempatkan UMKM di bawah dan bank atau lembaga keuangan di atas,” ujar Sunarso.

Menurut Sunarso, bila pelaku UMKM diberikan edukasi, mereka bisa sejajar dengan bank atau lembaga pembiayaan untuk sama-sama berhasil. Oleh karena itu, lanjutnya, lebih baik fokus mengedukasi UMKM.

Hingga 30 Juni 2021, BRI telah dilakukan pendampingan  lebih dari 1.800 klaster UMKM. DOK. BRI Hingga 30 Juni 2021, BRI telah dilakukan pendampingan lebih dari 1.800 klaster UMKM.

Program pemberdayaan

Untuk mendorong UMKM naik kelas, BRI terus melakukan berbagai program pemberdayaan. Hingga 30 Juni 2021, pihak BRI telah melakukan pendampingan pada lebih dari 1.800 klaster UMKM, serta pemberdayaan 832 Desa BRILian berdasarkan empat pilar, yakni Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), digitalisasi, inovasi, dan sustainability.

Kemudian, penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 84,87 triliun telah disalurkan kepada lebih dari 3 juta nasabah dan subsidi bunga UMKM senilai Rp 5,51 triliun disalurkan kepada 8,91 juta nasabah.

Di samping itu, berbagai upaya penyelamatan UMKM juga turut dilakukan BRI dengan melakukan restrukturisasi kredit UMKM terdampak Covid-19 sebesar Rp 145,78 triliun kepada 2,46 juta nasabah dan penjaminan kredit sebesar UMKM sebesar Rp 19,45 triliun kepada lebih dari 29.000 nasabah.

BRI juga menyediakan platform digital agar UMKM dapat tetap menjalankan usahanya di kondisi pandemi melalui pasar.id yang kini telah mencapai 6.274 pasar dengan 104,579 pedagang terdaftar.

Upaya BRI dalam mendukung pemberdayaan UMKM tak berhenti sampai di situ. BRI juga menyediakan platform pemberdayaan digital Link UMKM yang membentuk ekosistem terintegrasi.

“Para pelaku UMKM binaan BRI, baik dari klaster binaan, Rumah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), BUMDes, maupun agen BRILink tergabung dalam satu wadah yang terintegrasi melalui Link UMKM sehingga memudahkan untuk dilakukan pendampingan dan pembinaan agar dapat naik kelas,” jelas Sunarso.

Selain mendorong UMKM naik kelas, BRI juga akan “turun” ke segmen yang lebih bawah, yakni segmen ultra mikro untuk mencari sumber pertumbuhan baru.

Saat ini, segmen usaha ultra mikro disebut sebagai fenomena gunung es yang belum tersentuh layanan formal lembaga keuangan. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), sekitar 99 persen dari total unit usaha di Indonesia adalah segmen mikro dan ultra mikro.

Dari total 63 juta unit usaha yang berada pada segmen tersebut, sekitar 48 persen atau 30 juta lebih unit usaha belum memiliki akses pada lembaga keuangan.

Sunarso memaparkan dalam road map yang direncanakan BRI, usaha yang belum terlayani pada segmen tersebut harus bisa tersentuh layanan keuangan. Strateginya, segmen usaha ultra mikro harus terlebih dahulu masuk ke dalam ekosistem bisnis yang dipersiapkan BRI.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com