KOMPAS.com - Salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), berinovasi demi mempercepat pengembangan energi panas bumi di Tanah Air.
Inovasi tersebut lahir dari Production Engineer PGE, Husni Mubarok. Ia berhasil mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase atau two phase flow meter sebagai terobosan teknologi geotermal pertama di dunia.
Teknologi tersebut menjadi persembahan PGE untuk HUT Kemerdekaan Indonesia ke-76.
"Ini hadiah sederhana dari kami untuk negeri ini," kata Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa (17/8/2021).
Bermula dari penelitian saat mengambil program doktoral di Selandia Baru, Husni mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase atau two phase flow meter.
Teknologi tersebut berfungsi untuk memastikan data real-time fluida geotermal pada sumur produksi. Dengan begitu, performa operational excellence suatu sumur panas bumi dapat dipastikan sehingga kualitas sumur pun bisa terjaga.
Husni mengatakan, ide tersebut muncul saat dia kuliah di University of Auckland. Ia memulainya dengan mengidentifikasi persoalan yang terjadi pada sumur geotermal.
“Saya melihat belum ada teknologi yang mengukur fluida dua fase geotermal. Selama 3,5 tahun kuliah di Selandia Baru, saya fokus memikirkan bagaimana menciptakan teknologi ini,” kata Husni yang memulai kuliahnya pada 2016.
Penelitian Husni mendapat dukungan langsung dari PGE dan pemerintah Selandia Baru. Perusahaan energi di negara itu pun bersedia memfasilitasi penelitiannya dengan memberikan fasilitas percobaan di sejumlah sumur mereka.
Dari situ, Husni bisa menemukan komposisi yang tepat untuk bisa menghasilkan teknologi pengukuran fluida dua fase yang bisa diimplementasikan di sumur geotermal.
Lantas, apa keunggulan dari teknologi geotermal pertama di dunia ini? Dengan teknologi karya anak bangsa ini, perusahaan geotermal bisa memonitor sumur saat produksi. Perusahaan pun bisa mengatasi potensi masalah di sumur geotermal tanpa mengganggu produksi.
“Yang tak kalah penting, staf atau pekerja di bagian produksi bisa memprediksi sumber daya yang ada di lapangan. Alat ini bisa memprediksi berapa lama produktivitas sumur geotermal,” kata Husni.
Saat ini, teknologi fluida dua fase ini masih dalam tahap field prototype untuk pengujian operasi di lapangan panas bumi. Jika tahap ini rampung, penggunaannya bisa diterapkan lebih luas lagi.
Untuk pelaksanaan pengujian, PT PGE sudah menandatangani kerja sama dengan anak usaha Pertamina lain, yakni PT Elnusa Tbk.
Penandatanganan kerja sama itu dilakukan langsung oleh Ahmad Yuniarto dan Direktur Utama Elnusa Ali Mundakir pada 3 Juni 2021.
"Setelah dilakukan uji operasi, teknologi ini diharapkan dapat digunakan secara luas. Ini juga menjadi kontribusi PGE terhadap pengembangan teknologi geotermal, baik di Indonesia maupun dunia internasional,” ujar Ahmad Yuniarto.
Produk tersebut ditargetkan launching dan diproduksi secara komersial pada akhir 2021 atau awal 2022.