Advertorial

Diminta Kirim Data Pribadi untuk Tukar Hadiah? Cek Dulu Validitasnya

Kompas.com - 23/08/2021, 13:36 WIB

KOMPAS.com – Pernahkah Anda mendapat pesan teks atau telepon dari seseorang yang mengatasnamakan perusahaan hendak mengirimkan hadiah karena Anda memenangi sesuatu?

Dengan dalih itu, ia kemudian meminta data pribadi untuk melanjutkan proses pengiriman hadiah. Namun, jangan mudah percaya dengan yang demikian. Pasalnya, saat ini marak penipuan dengan modus seperti itu.

Anda harus cek validitasnya. Cara paling mudah, yakni dengan mencari informasi lewta internet.

Meski demikian, Anda tetap harus menyaring informasi yang didapatkan lewat internet, sekalipun dari sumber resmi.

Sebagaimana diketahui, upaya penyaringan informasi yang tersebar di dunia maya di Indonesia sendiri belum terbilang cukup efektif.

Ditambah lagi, individu yang melakukan pencarian informasi tak sepenuhnya punya literasi yang cukup.

Penyebaran berita bohong (hoaks) pun terkadang dilakukan oleh pihak yang dianggap bisa dipercaya. Misalnya, ada oknum wartawan yang menerbitkan berita, padahal belum pasti kebenarannya. Tujuannya, hanya sekadar menarik pembaca dengan judul yang bersifat clickbait.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoax” pada Rabu (4/8/2021).

Dalam forum tersebut, hadir beberapa narasumber. Di antaranya Media Planner Ceritasantri.id Aina Masrurin, Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta Anggun Puspitasari SIP MSi, perwakilan Akademi Terapi Wicara sekaligus Dosen Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA dan Universitas Sahid Drs Firdaus Turmudzi MHum, Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta Andrea Abdul Rahman Azzqy SKom MSi Han, dan News Anchor RCTI Shafinaz Nachiar.

“Dalam usaha melawan hoaks, terdapat cara-cara yang bisa dilakukan. Pertama ada yang disebut sebagai ‘Teknik Elang’, yaitu mengawasi seperti elang dan tajam menilik anomali di dunia digital,” ujar Andrea memaparkan informasi.

Kedua, lanjutnya, adalah ‘Keyboard Warrior’ dengan menggunakan jari sebagai tools atau alat sakti yang dapat mengubah rakyat jelata menjadi satria, baik di forum maupun media sosial.

“Berpikirlah panjang sebelum mengetik atau menuliskan pendapat dan gunakan informasi yang akurat dan valid. Gunakan mata, telinga, dan akal sehat, ditambah indera perasa paling halus dan jujur yaitu hati nurani, selayaknya dilatih dan dipergunakan dengan baik,” tambahnya.

Lalu, tanamkan bahwa internet adalah “Dunia Tanpa Sekat”. Jadi, jangan langsung termakan berita konspirasi global dan berita-berita yang menyudutkan suatu kelompok tertentu. Terlebih bila menyangkut isu soal suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Menurutnya, pengguna harus lebih teliti dalam menyaring informasi. Terakhir, gunakan ‘Ancaman Hukum’ dan ketahui ancaman pidana denda dan penjara yang dapat menjerat para pelanggar.

Adapun pelaporan berita hoaks dapat dilakukan dengan mengirimkan bukti screencapture informasi pada Kemenkominfo lewat emailaduankonten@mail.kominfo.go.id. Seluruh laporan akan dijamin kerahasiaannya oleh Kemenkominfo.

Shafinaz Nachiar selaku narasumber key opinion leader juga menyampaikan manfaat media sosial yang bisa dieksplorasi pengguna saat ini.

Sebagai News Anchor RCTI, ia memaparkan pengaamannya. Saat ini, ia sering diundang menjadi presenter, moderator, ataupun speaker dan sedang berusaha menjadi content creator di Instagram dan TikTok.

“Instagram sebagai media sosial, saya manfaatkan untuk membangun personal branding dan untuk membangun portofolio karier,”

 Ia juga melihat manfaat media sosial sebagai sumber informasi terbaru, khususnya bagi yang berkecimpung di dunia jurnalisme.

Meski demikian, bukan berarti dampak negatif media sosial tak pernah menghampiri dirinya. Secara pribadi, ia sempat merasakan hql itu.

Ia pernah merasa tidak percaya diri dan meragukan diri sendiri karena terlalu banyak melahap informasi. Oleh karena itu, ia juga melihat pentingnya pembatasan media sosial sehari-hari, khususnya bagi anak-anak di bawah umur yang masih rendah literasi digitalnya.

Penipuan atas nama perusahaan

Dalam kesempatan itu, peserta hadir diperbolehkan bertanya dan menanggapi. Narasi awal artikel ini adalah pertanyaan dai salah seorang peserta, yakni Zam.

Ia menanyakan solusi untuk menyikapi pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang melakukan penipuan mengatasnamakan suatu perusahaan besar yang meminta data pribadi melalui WhatsApp atau SMS.

“Biasanya, mereka mengiming-imingi kita dengan menang undian atau dapat doorprize,” tambahnya.

Ia prihatin karena meskipun meragukan, nyatanya masih banyak yg tertipu. Apakah masyarakat Indonesia memang belom teredukasi dengan baik atau memang pihak yang tidak bertanggung jawab itu yang jago memilih target?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Andrea.

“Perusahaan-perusahaan besar seperti otomotif dan perbankan biasanya memiliki jalur berita resmi atau press release dalam memberitakan semacam informasi atau pengumuman. Hal yang bisa dilakukan adalah mengecek jalur resmi pemberitaan tersebut atau instansi terkait dan di media sosial mereka,” jawabnya.

Jika dalam pemberitahuan mengenai pemenang hadiah atau undian, ia mengimbau seluruh peserta untuk tidak mengirimkan data pribadi seperti nama lengkap atau nama orangtua. Bahkan, bukti fisik seperti fotokartu tanda penduduk (KTP) atau kartu keluarga (KK) sekalipun.

“Karena, secara hukum terdapat aturan mengenai perlindungan data konsumen,” sambungnya.

Lagi pula, kata dia, perusahaan resmi biasanya punya kontak khusus. Nomor kontak ini biasanya dapat dengan mduah diketahui lewat website atau media sosial resmi perusahaan.

“Nomor (resmi) itu yang telepon, atau pemenang biasanya diminta datang langsung dengan membawa bukti identitas resmi. Terakhir, masyarakat juga bisa cek nomor telepon yang mengontak melalui jalur kontak Kemenkominfo atau Polisi Siber untuk mengetahui validitasnya,” jelasnya.

Sebagai informasi, webinar kali ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur.

Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Ke depan, penyelenggara masih punya agenda untuk melanjutkan webinar.

Rangkaian webinar ditargetkan menyerap 12,5 juta partisipan. Karena itu, pihak penyelenggara mengharapkan membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi. Dengan begitu, literasi digital dapat terwujud di Indonesia. 

Cari tahu informasinya lewat akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Sementara, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan, ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com