KOMPAS.com – Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Bahkan, kini hampir seluruh aspek kehidupan manusia telah terpengaruh digitalisasi.
Sayangnya, banyak pengguna internet belum mampu memahami dan mengolah informasi yang beredar di internet dengan baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema "Tips and Trik Hindari Penipuan Daring", Selasa (3/8/2021).
Webinar itu mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Direktur Gedhe Nusantara Yossy Suparyo, pengacara Sandy Nayoan, Konsultan Sumber Daya Manusia dan Praktisi Keuangan Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Eva Yayu Rahayu, dan dosen Universitas Budi Luhur Andrea Abdul Rahman Azzqy.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.
Yossy Suparyo mengatakan, ada berbagai macam modus operandi yang digunakan seseorang dalam melakukan kejahatan di dunia digital.
Ia menjelaskan, modus operandi dalam lingkup kejahatan merupakan operasi cara atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam melakukan kejahatan.
Salah satu modus yang kerap terjadi, yakni meretas nomor WhatsApp milik orang lain, lalu berpura-pura menjadi pemilik nomor tersebut untuk meminjam uang kepada teman-teman pengguna nomor WhatsApp yang asli.
Ada juga yang mengaku sebagai pejabat kemudian menelpon pengusaha dan meminta uang dengan menjanjikan akan memberikan proyek pekerjaan.
"Maka dari itu, cegah penipuan online dengan meningkatkan kemampuan literasi digital," kata Yossy dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (20/8/2021).
Ia menambahkan, literasi digital adalah kunci untuk mencegah hal tersebut. Menurutnya, masyarakat perlu didorong untuk menjadi kritis dalam menilai suatu informasi, agar dapat berimbang dan memberi feedback, memverifikasi kebenaran suatu berita sebelum membagikan informasi tersebut, dan melaporkan konten informasi yang bersifat negatif.
Sandy Nayoan menambahkan, pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Sementara, penggunaan handphone mencapai 33,8 juta jiwa. Dengan angka tersebut, Indonesia selalu masuk peringkat 5 besar pengguna media sosial terbanyak.
"Untuk itu, (kita) harus waspada dalam melakukan kegiatan di dunia digital. Publik (harus) memiliki kesadaran menjadikan etika digital sebagai panduan menggunakan media digital," tuturnya.
Salah satu jenis penipuan online yang marak terjadi adalah scam atau penipuan yang sudah direncanakan. Tujuannya, untuk mendapatkan uang dengan cara menipu atau membohongi orang lain.
"Serta ada social engineering yang merupakan tindak kejahatan yang dilakukan dengan memanfaatkan interaksi dengan manusia. Penipu akan menggunakan manipulasi psikologis untuk menipu targetnya agar melakukan kesalahan keamanan," ungkapnya.
Sementara itu, Eva Yayu Rahayu menjelaskan bahwa digitalisasi telah merevolusi tata cara orang Indonesia dalam menabung atau transaksi keuangaan. Mulai dari pembayaran, pengajuan kredit, tabungan, asuransi, hingga manajemen keuangan bisa dilakukan secara digital.
Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, risiko penipuan digital masih cukup besar. Menurut Eva, salah satu pemicunya adalah perilaku cuek pengguna teknologi digital. Masih banyak pengguna yang abai dan sembarangan membagikan data diri serta informasi pribadinya di internet.
"Penipuan siber tak lain adalah teperdaya di era digital. Disini lah peran literasi budaya dalam kehidupan masyarakat di dunia digital. Sebab, transformasi budaya merupakan tindakan nyata dari perkembangan akal atau pikiran manusia," jelasnya.
Eva menjelaskan, cara mencegah penipuan di dunia digital, yakni bijak atau jangan terlena akan penawaran-penawaran yang menggiurkan. Pastikan untuk selalu melakukan cek dan ricek terlebih dahulu terhadap informasi yang didapat. Selain itu, tetap jeli dan cermat setiap melakukan transaksi secara online.
"(Saat berbelanja online) pilihlah situs marketplace yang tepercaya. Baca dengan teliti dan pelajari semua syarat dan ketentuan di setiap aplikasi tersebut. Segera bertindak jika melihat atau terkena penipuan di dunia digital. Waspada penipuan online shop via media sosial," pesan Eva.
Sebagai pembicara terakhir, Andrea Abdul Rahman mengajak masyarakat untuk mengamankan informasi dan data pribadi.
"Waspada saat melakukan transaksi di mesin ATM, mesin EDC, ataupun e-commerce. Tingkatkan proteksi kartu, akses aplikasi perbankan, maupun akun transaksi digital,” kata Andrea.
Ia menambahkan, jika menemukan transaksi mencurigakan di sebuah aplikasi, segera cek dan laporkan. Apalagi, jika aplikasi tersebut memiliki akses ke email, data perbankan, maupun nomor telepon.
“Ada beberapa situs yang disiapkan khusus bagi korban yang ingin melaporkan kasus penipuan online," paparnya.
Beberapa situs pelaporan yang dapat diakses masyarakat antara lain CekRekening.id, Lapor.go .id, Kredibel.co.id, atau melalui akun Instagram @indonesiablacklist.
Menariknya, situs -situs tersebut tidak hanya berfungsi sebagai situs pelaporan online, tapi juga sebagai portal penghubung dan pengumpul database rekening bank yang pemiliknya diduga telah melakukan penipuan online.
Sementara, Ken Fahriza yang turut hadir sebagai key opinion leader dalam webinar terebut mengatakan, di balik banyaknya dampak positif yang dibawa teknologi digital, masyarakat harus tetap waspada terhadap hal-hal negatif, termasuk penipuan.
"Kita bisa memanfaatkan dengan adanya perkembangan digital ini. Kita harus cakap digital dengan literasi digital sehingga jadi makin sadar bagaimana menyikapi adanya perkembangan digital ini. Ruang digital ini mempermudah pekerjaan," ujarnya.
Dalam webinar tersebut, partisipan yang hadir dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan.
Salah satu peserta, Taufan, menanyakan cara mengedukasi keluarga agar tetap aman dalam mengakses internet. Misalnya, agar terhindar dari penipuan yang menawarkan sejenis hadiah atau bersifat ekonomi.
"Harus mengedukasi tidak hanya keluarga, tetapi juga orang sekitar kita. Serakah karena tergiur oleh hadiah itu penyebabnya. Hal yang paling penting harus waspada dalam menggunakan teknologi digital," jawab Andrea.
Untuk diketahui, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital.
Untuk itu, penyelenggara membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua masyarakat untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar itu juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Pasalnya, program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.