Advertorial

Jaga Persatuan di Era Digital, Nilai-nilai Pancasila Perlu Semakin Diterapkan

Kompas.com - 23/08/2021, 13:49 WIB

KOMPAS.com - Di tengah derasnya arus informasi di era digital, penanaman nilai persatuan sebagaimana tercantum dalam Pancasila menjadi tantangan tersendiri.

Pasalnya, penyebaran berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian yang kian marak di media sosial bisa berakibat buruk terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. 

Salah satu bentuk hoaks yang kerap muncul di masyarakat adalah dalam bentuk artikel berita dengan judul bombastis dan narasi menyesatkan.

Oleh karena itu, masyarakat dituntut cerdas dalam memilah serta memilih informasi yang beredar di dunia maya.

Merespons fenomena tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital bertajuk "Kreatif Lestarikan Nilai–Nilai Pancasila di Ruang Digital" pada Rabu (18/8/2021).

Bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital, Kemenkominfo berupaya mengedukasi masyaralat lewat webinar agar semakin bijak dalam bermedia sosial.

Kemenkominfo menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang untuk mengisi webinar tersebut, di antaranya dosen Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta sekaligus anggota Japelidi dan dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie Jakarta Fajar Nursahid.

Kemudian, praktisi pendidikan dan budaya Eddi Karsito, perwakilan Kaizen Room Adetya Ilham, dan Puteri Indonesia Jakarta 6 2018 Karina Basrewan.

Dalam pemaparannya, Eddi Karsito menyampaikan bahwa setiap warga negara wajib turut serta menjaga nilai Pancasila di era digital.

Oleh karena itu, membangun kepekaan nurani dan empati adalah hal penting. Dengan demikian, setiap warga negara dapat saling menghargai dan menghormati satu sama lain sehingga tercipta kepedulian dan tenggang rasa.

“Hati nurani adalah moralitas yang sangat hakiki. Indonesia sebagai negara multikultural dengan berbagai macam agama, suku bangsa, dan bahasa, harus kembali menerapkan toleransi sesuai semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Eddi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (20/8/2021).

Ia berpendapat, pemahaman mengenai keragaman budaya Indonesia perlu disampaikan kepada generasi muda. Misalnya, budaya sopan santun dan gotong royong.

Tak hanya itu, lanjut Eddi, dalam melestarikan nilai-nilai Pancasila, diperlukan cara-cara kreatif agar mudah diterima kaum muda masa kini, terutama di ruang digital.

“Falsafah Bhinneka Tunggal Ika dapat diperkuat dalam membangun budaya Indonesia dengan mengacu pada nilai-nilai kearifan lokal. Dengan begitu, harmonisasi dan kesetaraan di era digital dapat tercipta,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Karina Basrewan menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19, teknologi digital dapat mendekatkan yang jauh.

Pada masa ini, imbuh Karina, aktivitas tatap muka semakin dibatasi untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19. Namun, berkat teknologi digital, pertemuan secara virtual dapat dilakukan.

“Seiring perkembangan teknologi, masyarakat juga semakin kreatif dalam membuat konten, bahkan saling berkolaborasi,” jelasnya.

Selama pandemi, Karina mengaku kerap memanfaatkan waktu di rumah dengan banyak belajar. Ia memanfaatkan internet untuk belajar memasak.

Satu hal yang ia terapkan. Sebagai kreator konten, pihaknya bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang benar kepada para pengikutnya.

Hal itu dilakukan Karina dengan tidak membagikan informasi palsu yang dapat merugikan orang lain.

“Mengedukasi orang lain terkait literasi digital sangatlah penting. Secara tidak langsung, hal ini dapat membantu mereka untuk semakin paham bagaimana berkomunikasi dan menambang informasi yang benar di dunia maya,” terang Karina.

Pada kesempatan sama, Yudha Wirawanda menjelaskan cara meminimalisasi dampak buruk masuknya budaya asing ke Indonesia melalui media sosial.

Menurut Yudha, hal itu dapat dilakukan dengan membatasi diri dari konten atau informasi yang sifatnya negatif.

Selain itu, menyaring konten yang diterima berdasarkan nilai-nilai pemahaman Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika juga perlu diterapkan.

“Dengan cara itu, pengaruh negatif dari luar bisa disaring. Konten-konten yang mengandung nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus terus diproduksi dan dikemas semenarik mungkin sehingga bisa menarik perhatian orang banyak,” jelasnya.

Untuk diketahui, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Selatan yang diselenggarakan Kemenkominfo.

Webinar itu terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar tentang dunia literasi digital.

Kemenkominfo akan menggelar webinar berikutnya dan mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi dengan mengikuti webinar tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Gerakan Nasional Literasi Digital, Anda dapat mengikuti akun Instagram @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com