KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI diproyeksikan membukukan kinerja gemilang hingga akhir 2021. Hal ini dibuktikan dengan perolehan catatan kinerja positif sepanjang semester I 2021.
Seperti diketahui, dalam pemaparan laporan keuangan konsolidasian perseroan pekan lalu, BRI menyampaikan pembukuan laba pada akhir semester pertama 2021 sebesar Rp 12,54 triliun atau tumbuh sekitar 22,93 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Adapun faktor utama pendorong peningkatan kinerja tersebut adalah nilai kredit yang tumbuh positif di atas rata-rata industri perbankan nasional. Hingga akhir Juni 2021, penyaluran kredit BRI secara konsolidasian mencapai Rp 929,40 triliun. Nilai ini lebih besar dibanding periode yang sama pada 2020, yakni sebesar Rp 922,97 triliun.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan meyakini bahwa kinerja solid yang dibukukan BRI tersebut akan berlanjut hingga akhir tahun.
Ia menilai, terjaganya kinerja yang baik disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang diiringi efisiensi beban dana yang kuat.
“Tercatat, dana murah atau current account saving account (CASA) mendominasi struktur pendanaan BRI yang mencapai 59,56 persen atau tumbuh dari CASA pada periode yang sama tahun lalu sebesar 55,81 persen,” kata Trioksa dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (25/8/2021).
Peningkatan proporsi CASA tersebut membuat biaya dana atau cost of fund (COF) BRI turun dari 3,54 persen pada akhir kuartal II 2020 menjadi 2,18 persen di akhir kuartal II 2021.
“Di samping itu, kualitas kredit semakin terjaga sehingga pencadangan dapat dipertahankan pada level yang kuat tanpa perlu alokasi tambahan yang signifikan,” papar Trioksa.
Pada akhir kuartal II 2021, non performing loan (NPL) BRI yang tercatat sebesar 3,30 persen dengan NPL coverage mencapai 254,84 persen.
Dengan perolehan tersebut, pihaknya semakin optimistis bahwa BRI mampu beradaptasi di masa pandemi seiring dengan pemulihan kinerja ekonomi nasional.
Sementara, pada Kamis (5/8/2021), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menunjukkan bahwa secara tahunan, pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2021 mencapai 7,07 persen.
“Saya berharap adanya pelonggaran mobilitas masyarakat setelah pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mencegah penyebaran Covid-19,” kata Trioksa.
Dengan pelonggaran yang tetap mengaplikasikan protokol kesehatan tersebut, Trioksa berharap laju ekonomi dapat bergerak dan memberikan implikasi pada dunia usaha, termasuk BRI.
“Bila pelonggaran dapat dilakukan pada kuartal keempat, maka pada akhir tahun kinerja laba BRI akan meningkat sekitar 11-15 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Trioksa.
Hal senada diungkapkan oleh pengamat pasar modal sekaligus Founder Indonesia Superstocks Community, Edhi Pranasidhi. Menurutnya, performa finansial BRI pada semester pertama 2021 cukup baik jika ditinjau dari top lines maupun bottom lines.
“Pencapaian tersebut cukup istimewa di tengah pembatasan aktivitas masyarakat. Seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, BRI diproyeksikan mampu membukukan kinerja yang lebih baik hingga akhir 2021,” papar Edhi.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menggarisbawahi mengenai keberhasilan BRI menjaga NPL. Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari menurunnya tren restrukturisasi kredit karena terdampak pandemi.
Tercatat, outstanding kredit restrukturisasi akibat pandemi sebesar Rp 175,16 triliun atau turun Rp 56,3 triliun dari total akumulasi kredit restrukturisasi hingga akhir Juni 2021.
“Pertumbuhan kredit yang positif disertai dengan membaiknya kinerja COF membuat pendapatan bunga bersih (net interest income) BRI tumbuh dengan baik. Kinerja yang prudent juga tercermin dari rasio loan to deposit ratio (LDR) maupun capital adequacy ratio (CAR) yang berada pada angka ideal,” papar Catur.
Didorong perkembangan holding ultra mikro
Untuk diketahui, holding Ultra Mikro (UMi) merupakan salah satu langkah sinergi yang dilakukan oleh BRI selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikenal fokus dalam memberdayakan usaha kecil.
Dengan kehadiran UMi, Trioksa dan Edhi semakin yakin bahwa kinerja BRI akan cemerlang hingga akhir tahun.
Untuk diketahui, dalam pelaksanaan UMi, BRI berperan sebagai induk yang berintegrasi bersama Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
“(Kami) menilai, kemampuan BRI bersama holding akan mendorong ekspansi lebih kuat lagi ke pasar global,” kata Trioksa.
Adapun ke depan, upaya pembiayaan, pemberdayaan, dan pembinaan melalui UMi akan lebih masif. Upaya ini akan mendorong banyak investor untuk berkontribusi langsung pada pengembangan segmen usaha ultra mikro.
“Perseroan juga sudah akan mulai melakukan integrasi bisnis melalui holding ultra mikro yang akan mendorong peningkatan kinerja profitabilitas lebih baik lagi,” ujar Trioksa.
Ia menilai, integrasi data antara PNM, Pegadaian, dan BRI akan menjadi kunci penting bagi masa depan kelangsungan sinergi dalam memperkuat ekosistem usaha UMi. Tidak hanya itu, ekspansi kinerja PNM pun akan lebih baik dengan bantuan likuiditas dan jaringan BRI.
Sama halnya dengan Pegadaian yang akan semakin kuat dengan sokongan BRI melalui ekspansi bisnis yang modelnya berbeda dari sang induk dan PNM.
“Saya melihat pembentukan holding ini sangat positif. Potensinya sangat baik bagi PNM, Pegadaian, dan BRI. Ini adalah win-win solution. Mulai semester dua, BRI mulai dapat mengkonsolidasikan pendapatan dan laba bersih dari PNM dan Pegadaian,” jelas Trioksa.