Advertorial

Perkembangan Teknologi Semakin Pesat, Nilai-nilai Pancasila Harus Jadi Pedoman

Kompas.com - 26/08/2021, 08:14 WIB

KOMPAS.com – Perkembangan teknologi di era digital yang kian pesat telah membawa berbagai perubahan di masyarakat. Berkat internet yang semakin canggih, informasi dari berbagai belahan dunia pun makin mudah diakses.

Sayangnya, kemajuan tersebut belum diimbangi dengan kapasitas pengguna dalam memanfaatkan teknologi. Minimnya literasi digital serta kemampuan dalam memilah dan memilih informasi menjadi salah satu sebab masyarakat mudah terpapar informasi palsu atau hoaks.

Sebagai salah satu langkah preventif, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital bertajuk "Kreatif Lestarikan Nilai–Nilai Pancasila di Ruang Digital" pada Rabu (18/8/2021).

Kemenkominfo menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang untuk mengisi webinar tersebut, yakni Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriawan Salim dan Dewan Pengawas Produksi Film Negara (PFN) Rosarita Niken.

Kemudian, Staf Khusus Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Ahmad Iman Syukri serta perwakilan Kaizen Room Maureen Hitipeuw.

Pada kesempatan tersebut, Satriawan Salim mengajak masyarakat untuk semakin kreatif menyemai nilai-nilai Pancasila di ruang digital, terutama dalam mengembangkan digital skill untuk mencapai kemajuan.

“Visi pendidikan di Tanah Air adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Hal ini bisa terwujud bila para pelajar memiliki pemikiran kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia," ujar Satriawan dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (25/8/2021).

Sementara itu, Rosarita Niken menjelaskan, Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum Indonesia, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Untuk itu, lanjut Rosarita, nilai-nilai Pancasila perlu disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai cara.

"Pertama, melalui jalur pendidikan dengan menerapkan kembali mata pelajaran Pancasila di sekolah-sekolah,” jelas Rosarita.

Kedua, imbuh Rosarita, melalui jalur budaya, seperti penguatan komunitas ke jalur media sosial (medsos) dan jaringan kelompok masyarakat komunitas.

Selain itu, menurut Rosarita, upaya penanaman nilai Pancasila tak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat.

Masyarakat dapat memupuk kembali nilai-nilai luhur yang sudah tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya melalui pendekatan pendidikan agama kepada anak-anak.

"Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme, yakni dengan menumbuhkan semangat nasionalisme. Misalnya, mencintai produk dalam negeri, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, dan selektif terhadap berbagai informasi, " terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Ahmad Iman Syukri memaparkan mengenai budaya digital sebagai prasyarat dalam melakukan transformasi digital.

Menurutnya, transformasi digital terkait dengan perubahan pola pikir masyarakat. Masyarakat juga harus mengembangkan pola pikirnya agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Ahmad menyebutkan, pengguna internet di Indonesia meningkat tajam. Dari 274 juta penduduk Indonesia, terdapat 167 juta orang yang menggunakan mobile connections dan 202 juta pengguna internet.

Sementara, penduduk yang aktif menggunakan medsos sebanyak 170 juta orang.

"(Karenanya), aktivitas di ruang digital harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari," jelas Ahmad.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk menjadi warganet yang menjunjung nilai Pancasila di dunia digital.

"Jadikanlah nilai-nilai Pancasila bukan sekadar pelajaran, melainkan pedoman perilaku dan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun digital," katanya.

Pada sesi terakhir, Maureen Hitipeuw mengatakan, dalam mempertahankan nilai-nilai Pancasila di dunia digital diperlukan keamanan digital.

Ia mengatakan, keamanan digital bisa diciptakan dengan meningkatkan kemampuan individu dalam mengenali, memolakan, menerapkan, dan menganalisis segala aktivitas digital dalam kehidupan sehari-hari.

"Lakukan hal-hal baik ruang digital dengan berbagi berita yang positif. Hormati orang lain, bahkan jika terdapat perbedaan pendapat,” kata Maureen.

Kemudian, imbuh Maureen, verifikasi terlebih dahulu berbagai tindakan yang meminta data pribadi secara digital.

“Berhati-hatilah terhadap link yang mencurigakan. Jika menjadi korban kebocoran data, segeralah ganti password," paparnya.

Untuk diketahui, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara yang diselenggarakan Kemenkominfo. Webinar ini terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar tentang dunia literasi digital.

Dalam gelaran selanjutnya, Kemenkominfo mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi dengan mengikuti webinar tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Gerakan Nasional Literasi Digital, Anda dapat mengikuti akun Instagram @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau