Advertorial

Mengenal Penyakit Autoimun, Bagaimana Penyebab, Gejala, dan Penanganannya?

Kompas.com - 26/08/2021, 09:27 WIB

KOMPAS.com – Beberapa waktu belakangan, penyakit autoimun sering menjadi pembicaraan. Tidak sedikit juga orang yang diketahui menderita penyakit ini.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi dan Imunologi Klinik Mayapada Hospital sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Iris Rengganis Sp PD-KAI, FINASIM, mengatakan, autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi menyerang dan mengeliminasi kuman justru menyerang sel-sel tubuhnya sendiri.

Serangan sel imun tersebut dapat menimbulkan gejala sistemik yang mencakup berbagai macam organ.

Menurut Profesor Iris, penyebab penyakit autoimun belum diketahui pasti sampai saat ini. Namun, faktor individu dan lingkungan disinyalir menjadi pemicu penyakit tersebut. Faktor individu yang dimaksud adalah kerentanan genetik yang diturunkan dari generasi ke generasi.

“Sementara itu, faktor lingkungan bisa berupa pola makan yang tidak sehat, stres psikologis, sampai intensitas bekerja yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya penyakit autoimun pada individu yang rentan,” kata Prof Iris dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (23/8/2021).

Profesor Iris melanjutkan, seiring perkembangan pola hidup manusia, penyakit autoimun tidak hanya menyerang masyarakat di negara nontropis, tapi juga masyarakat yang tinggal di daerah tropis. Salah satunya adalah Indonesia.

Di negara nontropis yang memiliki musim dingin, lanjut Prof Iris, matahari terkadang tidak cukup menyinari sehingga penduduk kerap mengalami winter depression. Depresi jenis ini dapat membuat keadaan sistem kekebalan tubuh menurun.

Menurutnya, agar terhindar dari penyakit autoimun, orang dengan kondisi tersebut dianjurkan mengonsumsi vitamin D. Nutrien ini dapat menggantikan cahaya matahari yang kurang terserap oleh tubuh. Perlu diketahui, cahaya matahari membantu pembentukan vitamin D di dalam tubuh.

“Hal tersebut berbeda dengan orang yang tinggal di negara tropis. Karena matahari bersinar hampir sepanjang musim, kebutuhan vitamin D dapat terpenuhi hanya dari asupan makanan,” kata Prof Iris.

Meski demikian, terdapat berbagai faktor yang membuat orang yang tinggal di negara tropis menjadi rentan terserang penyakit autoimun. Faktor tersebut adalah kualitas udara yang buruk, lingkungan, tingginya tingkat stres, pola makan buruk, dan kurangnya aktivitas fisik karena kesibukan.

Gejala penyakit autoimun

Profesor Iris menjelaskan, penyakit autoimun memiliki dampak yang beragam terhadap tubuh. Sebagian besar penyakit autoimun bersifat sistemik sehingga gejala yang timbul tergantung pada organ yang terkena.

Ia mencontohkan, jika penyakit autoimun menyerang sistem darah, penderita akan mudah merasa lelah, mudah terkena infeksi, sampai mudah mengalami pendarahan.

Lalu, jika autoimun menyerang sendi, gejala yang timbul adalah nyeri dan bengkak pada persendian, baik sendi besar maupun kecil.

“Pada kondisi berat, penyakit autoimun, seperti lupus, bisa menyerang otak sehingga bisa menyebabkan penderitanya kejang. Sementara, bila menyerang ginjal dalam waktu yang lama, penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan berat pada ginjal, seperti kebocoran ginjal dan gagal ginjal kronis,” ujar Prof Iris.

Jenis-jenis penyakit autoimun

Penyakit autoimun memiliki banyak jenis. Bahkan, jumlahnya bisa mencapai 100 jenis. Meski demikian, terdapat penyakit autoimun yang sering ditemui, yakni lupus eritematosus sistemik, sinProfom sjogren, anemia hemolitik autoimun, rheumatoid arthritis, dan scleroderma.

Profesor Iris mengatakan, penyakit lupus eritematosus sistemik kerap menyerang wanita dan orang-orang pada usia muda. Penyakit ini kerap menimbulkan gejala multiorgan.

Penyakit autoimun lain yang cukup sering ditemukan adalah rheumatoid arthritis. Penyakit ini juga kerap menyerang wanita dengan berbagai gejala yang timbul pada persendian, baik sendi besar maupun kecil.

“Gejala yang timbul adalah bengkak dan nyeri pada sendi,” kata Prof Iris.

Selain menyerang orang dewasa, penyakit autoimun juga dapat menyerang anak-anak. Jenis penyakit autoimun yang kerap menyerang anak adalah juvenile idiopathic arthritis (JIA).

JIA, jelas Prof Iris, menyerang sendi pada anak. Hampir mirip dengan rheumatoid arthritis, gejala penyakit ini adalah nyeri dan bengkak pada lebih dari satu sendi, baik sendi besar maupun kecil.

Penyakit autoimun lain yang dapat menyerang anak adalah idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP). Penyakit autoimun ini menyerang sel-sel keping darah (trombosit) pada tubuh anak. 

“Penurunan trombosit pada anak dalam jumlah berat dapat menyebabkan timbulnya pendarahan, seperti mudah lebam dan gusi berdarah,” ujar Prof Iris.

Ia melanjutkan, penyakit autoimun tidak berbahaya bila dapat dikontrol dengan baik. Sebaliknya, penyakit autoimun yang tak dikontrol dan kambuh dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Penyakit lupus, misalnya, bisa menyebabkan kerusakan otak, penurunan kesadaran, sampai timbul kejang.

“Pada ginjal, autoimun dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal berat sampai cuci darah. Sementara, jika terkena jantung dapat menyebabkan gangguan pompa jantung,” ujarnya.

Penanganan penyakit autoimun

Menurut Prof Iris, penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan, sama seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit kencing manis (diabetes). Meski demikian, pasien tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari layaknya orang normal yang sehat selama penyakit ini dikontrol dengan baik.

Pasien yang menderita penyakit autoimun harus berkomitmen dan bersungguh-sungguh supaya bisa mencapai tingkat kontrol yang baik.

“Berbagai tindakan yang bisa dilakukan adalah minum obat secara teratur, menjaga pola makan yang sehat, serta olahraga yang cukup,” ujar Prof Iris.

Sementara untuk perawatan, lanjut Prof Iris, penderita autoimun harus berobat ke dokter. Sebab, menurutnya, diagnosis awal penderita autoimun cukup sulit sehingga perlu ditangani dokter spesialis yang ahli dalam bidang autoimun.

Setelah diagnosis, penderita harus menjalani pola hidup sehat serta makan teratur dengan gizi seimbang.

“Penderita juga harus mengurangi stres, rutin berolahraga, mengonsumsi obat teratur, dan kontrol rutin ke dokter,” ujar Prof Iris.

Pencegahan penyakit autoimun

Cara terbaik untuk mencegah penyakit autoimun menyerang tubuh adalah menerapkan pola hidup sehat, makan makanan bergizi seimbang dan teratur, olahraga secara rutin, mengurangi stres, serta menjaga berat badan ideal.

“Jika perlu, lakukan skrining dan konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi untuk mencegah timbulnya penyakit autoimun. Terlebih, pada individu yang memiliki kerentanan genetis,” ujarnya.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital memiliki Departemen Allergy and Immunology Center untuk menangani berbagai jenis penyakit terkait alergi dan imunologi, termasuk penyakit autoimun.

Rumah sakit tersebut memiliki tim dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi yang sudah berpengalaman dalam menangani berbagai jenis penyakit autoimun, mulai dari menegakkan diagnosis hingga menentukan terapi yang tepat.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital juga membuka layanan telekonsul terkait penyakit apa pun, termasuk autoimun. Bagi yang ingin menggunakan layanan tersebut, silakan hubungi 150770.

Kemudian, pada kuartal III 2021, Mayapada Hospital akan membuka cabang di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya, di Jalan Mayjen Sungkono No 20, Surabaya Barat. 

Masyarakat Surabaya dapat mengunjungi rumah sakit tersebut untuk melakukan skrining rutin kesehatan penyakit dalam.

Yuk, lakukan skrining rutin kesehatan penyakit dalam di Mayapada Hospital untuk menjaga kesehatan Anda dan keluarga.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com