KOMPAS.com – Berdasarkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Micro & SME Index (BMSI), iklim bisnis di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat pulih dengan cepat sepanjang kuartal III 2021 setelah pemerintah melakukan program vaksinasi secara masif.
Kemudian, hal tersebut juga harus diimbangi dengan upaya menekan dampak penyebaran virus Covid-19 varian Delta dan penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat dalam aktivitas ekonomi.
Sebagai informasi, BMSI merupakan indeks pertama yang merekam kondisi UMKM secara rutin di Indonesia. Indeks ini memberi gambaran mengenai kinerja pelaku UMKM pada kuartal tertentu serta ekspektasi mereka dalam tiga bulan ke depan.
Pada kuartal II 2021, survei BMSI dilakukan di 33 provinsi dengan responden sebanyak 6.009 nasabah UMKM. Jumlah ini naik sebesar 7,5 persen dibandingkan survei pada kuartal I lalu yang hanya mencapai 5.588 nasabah.
Survei dengan margin of error sekitar 1,3 persen itu dilakukan pada 28-30 Juli 2021. Adapun survei tersebut menggunakan metode stratified systematic random sampling.
Direktur Riset BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan, pelaku UMKM kini berada dalam kondisi yang semakin membaik dan optimistis pada kuartal II 2021.
Menurutnya, pada kuartal II 2021, indeks pelaku UMKM meningkat secara signifikan dibandingkan kondisi pada kuartal I 2021, yakni dari level 93 menjadi 102,6. Ini merupakan peningkatan pertama kali sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Sejak awal pandemi hingga kuartal I 2021, indeks BMSI selalu berada pada zona pesimistis atau di bawah 100.
Anton menjelaskan, optimisme pelaku UMKM pada kuartal II 2021 didukung oleh aktivitas masyarakat yang meningkat secara signifikan karena penurunan kasus penyebaran Covid-19 dan cakupan luas vaksinasi.
Iklim usaha UMKM pada periode tersebut pun terdongkrak berkat peningkatan produksi dalam pemenuhan permintaan pada momen Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini juga diperkuat oleh panen raya tanaman bahan makanan dan kenaikan harga komoditas.
Kemudian, peningkatan indeks tersebut juga didorong keberadaan sejumlah stimulus, seperti penghapusan pajak pertambahan nilai (PPN) rumah tapak dan rumah susun yang menguntungkan industri konstruksi sebagai sektor padat karya.
Namun, optimisme pelaku UMKM sempat meluruh ketika memasuki kuartal III 2021. Menurut pria yang juga menjabat sebagai Chief Economist BRI itu, penurunan ini disebabkan oleh kehadiran varian Delta yang memperburuk dampak pandemi.
Akibatnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang membatasi interaksi masyarakat, termasuk kegiatan ekonomi secara langsung. Hal ini membuat indeks ekspektasi pelaku UMKM menurun ke angka 88,1.
“Hal itu menunjukkan bahwa jika pandemi bisa dikendalikan dan aktivitas masyarakat berangsur normal, ekspektasi pelaku UMKM dapat meningkat dengan cepat. Kita masih memiliki peluang besar untuk membalikkan keadaan ini,” kata Anton dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (1/9/2021).
Anton pun menekankan, harapan serta ekspektasi pelaku UMKM sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi dan menekan penyebaran Covid-19.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa hal terpenting saat ini adalah mengatasi second wave pandemi Covid-19. Dengan begitu, kondisi ekonomi nasional pada kuartal III 2021 dapat segera membaik.
Sunarso menambahkan, BRI siap untuk membalikkan kondisi agar pelaku UMKM lebih optimistis.
Sebagai upaya pemulihan kondisi UMKM, lanjut Sunarso, BRI menerapkan dua strategi. Pertama, membangun ketahanan terhadap kesehatan. Salah satu upaya konkret BRI adalah membantu program vaksinasi pemerintah.
“Untuk mempercepat pemulihan ekonomi, mau tidak mau kita harus melakukan vaksinasi,” kata Sunarso.
Menurutnya, krisis kali ini merupakan “game changer” di bidang kesehatan. Jadi, dengan tercapainya kekebalan kelompok (herd immunity) melalui vaksinasi, pandemi akan teratasi. Aktivitas perekonomian pun dapat kembali normal.
Strategi kedua adalah membangun ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan yang diakselerasi melalui stimulus tepat. Oleh sebab itu, Sunarso menyatakan bahwa pihaknya siap memacu pertumbuhan kredit dari sisi perbankan.
”Salah satu faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan kredit itu sendiri. Menurut saya, hal ini harus dilakukan secara simultan,” ujar Sunarso.
Untuk diketahui, BRI telah memetakan sektor-sektor strategis UMKM yang bisa memutar laju ekonomi setelah menyerap kredit.
Berdasarkan riset BRI, sektor-sektor tersebut termasuk manufaktur, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sementara itu, sektor yang dinilai paling dominan adalah akomodasi serta makanan dan minuman.
“Sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja,” imbuh Sunarso.