KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memastikan, dana rights issue yang dihimpun perseroan akan digunakan untuk pembentukan ekosistem ultra mikro atau holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro (UMi). Dana ini akan digunakan untuk membiayai sumber pertumbuhan baru perseroan.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, berdasarkan data perseroan, jumlah usaha UMi yang membutuhkan pendanaan tambahan mencapai 45 juta. Dari jumlah ini, pelaku UMi yang sudah tersentuh lembaga keuangan formal baru mencapai 15 juta.
Rinciannya, perbankan sekitar 3 juta nasabah, gadai mencapai 3 juta nasabah, grup lending 6 juta nasabah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1,5 juta nasabah, dan 1,5 juta nasabah dilayani financial technology (fintech).
Adapun dari 30 juta pelaku UMi yang belum tersentuh jasa layanan keuangan formal, 5 juta di antaranya memanfaatkan pinjaman rentenir. Sementara, sebanyak 7 juta pelaku UMi melakukan pinjaman pada kerabat dan 18 juta sisanya belum terlayani jasa keuangan.
“Pertumbuhan baru sudah ditetapkan (perseroan). BRI kembali ke prinsip semula, yaitu fokus pada pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Strategi pertama, nasabah yang existing akan kami naikkan kelasnya,” ujar Sunarso dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (6/9/2021)
Kedua, lanjut Sunarso, perseroan mencari nasabah yang lebih kecil dari mikro atau go smaller dengan menyasar ke segmen UMi. Hal itu dilakukan BRI melalui pinjaman dengan tenor yang lebih pendek (go shorter).
“Prosesnya menggunakan platform digital sehingga lebih cepat atau go faster. Kemudian, dari segi biaya juga akan semakin murah (go cheaper),” jelas Sunarso.
Sebelumnya, BRI memublikasikan prospektus pada Selasa (31/8/2021). Pada kesempatan tersebut, BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar saham baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I.
Adapun harga pelaksanaan rights issue BBRI sebesar Rp 3.400 per lembar saham. Untuk itu, pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai porsi kepemilikan saham pada BRI.
Hal itu dilakukan pemerintah dengan menyetor saham dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 2021.
Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.
Nilai total PMHMETD I yang telah memperhitungkan inbreng serta eksekusi hak Pemegang Saham Publik adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 95,92 triliun.
Dengan rincian, nilai inbreng sebesar Rp 54,77 triliun dan sisanya Rp 41,15 triliun apabila seluruh pemegang saham publik mengeksekusi haknya sesuai porsi masing-masing.
Kemudian, dana hasil dari aksi korporasi tersebut akan dimanfaatkan BRI untuk membentuk holding BUMN UMi bersama Pegadaian dan PNM.
Sunarso menyebutkan, setidaknya ada empat manfaat besar dari sinergi melalui holding BUMN UMi bagi ketiga entitas, yakni peningkatan pertumbuhan pinjaman, penurunan biaya dana, penurunan biaya operasional, serta penurunan biaya kredit.
“Manfaat bagi masyarakat adalah holding akan menghadirkan produk layanan jasa keuangan yang lebih komprehensif dengan akses yang lebih luas dan data yang terintegrasi,” terang Sunarso.
Kemudian, imbuh Sunarso, holding juga menyediakan akses terhadap ekosistem micropayment dan layanan beyond banking dari BRI serta pemberdayaan dan peningkatan kapabilitas segmen UMi agar dapat naik kelas ke segmen mikro.
Layak dikoleksi
Melihat prospek bisnis di segmen UMi yang besar dan potensial di kancah nasional, saham BBRI pun layak dikoleksi. Terlebih, potensi bisnis perseroan semakin besar seiring terbentuknya holding BUMN UMi.
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menegaskan kehadiran dan prospek holding akan membuat saham BBRI semakin solid.
Suria menilai, investor tertarik pada kinerja fundamental ketiga perseroan yang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk. Ia pun mengamini manfaat yang akan dihasilkan holding terhadap ketiga entitas ataupun nasabah, seperti yang diuraikan Sunarso.
Misalnya, setelah holding terbentuk, cost of fund atau biaya dana bisa ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perseroan menjadi satu ekosistem. Dengan demikian, lanjut dia, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya.
“Investor melihat kinerja fundamental yang positif tersebut. Jadi, kinerja itu akan tetap baik. Secara jangka panjang (investor) masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain,” jelasnya.
Setali tiga uang dengan Suria, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat bahwa investor memiliki keyakinan terhadap prospek bisnis holding BUMN UMi.
Pasalnya, BRI berperan sebagai induk untuk memperkuat ekosistem usaha UMi bersama Pegadaian dan PNM.
Reza menilai, hal tersebut memberikan kepastian prospek bisnis jangka panjang kepada investor dan membuat saham BBRI semakin layak dikoleksi.
Bahkan, ia pun menyebut harga saham BBRI saat ini tergolong rendah jika dibandingkan potensi bisnis yang sangat besar.
Bagaimanapun, lanjut Reza, kinerja historis dan prospek BRI tersebut sangat besar dan lebih pasti. Holding UMi pun akan menambah optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI lebih lanjut.
“Apalagi, harga saham BRI saat ini masih dalam kondisi yang tergolong murah. Potensi peningkatan harganya juga sangat tinggi," kata Reza.