KOMPAS.com - Setelah menuntaskan proses restrukturisasi melalui penandatanganan sejumlah dokumen legal (legal end-state) awal September 2021, PT Pertamina (Persero) mengukuhkan tekadnya untuk mengejar aspirasi pemegang saham untuk mencapai nilai pasar 100 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dan Global Energy Champion pada 2024.
Tekad itu tergambar acara peresmian enam subholding Pertamina yang bertajuk “Moving Forward Becoming Global Energy Champion” di Gedung Graha Pertamina, Jakarta, Jumat (10/9/2021).
Acara tersebut diresmikan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang didampingi oleh Wakil Menteri 1 BUMN Pahala Nugraha Mansury, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Erick Thohir menyampaikan, selama delapan bulan terakhir, Kementerian BUMN terus melakukan transformasi BUMN. Upaya ini diwujudkan melalui 88 proyek strategis BUMN hingga 2023 yang telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Dari 88 proyek yang kita targetkan itu, alhamdulillah di tahun ini 90 persen terjadi. Tentu, banyak dari transformasi ini ada di Pertamina,” ucap Erick dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat.
Erick menambahkan, Presiden Jokowi berharap Pertamina terus meningkatkan pelayanan publik. Meski demikian, perseroan juga diharapkan membangun ekosistem agar dapat bersaing dan mendorong value added.
Ia juga mengingatkan agar lompatan-lompatan yang sudah berjalan saat ini tetap terjaga dan sesuai dengan 5 key performance indicator (KPI) di Kementerian BUMN.
Adapun KPI tersebut di antaranya adalah menyeimbangkan antara korporasi dan pelayanan publik, kembali kepada core business dan menjadi excellent, inovasi digital, research and development, serta transformasi human capital.
“Buktikan kepada dunia, Indonesia juga bisa punya perusahaan yang valuasinya mencapai 100 miliar dollar AS. Kita bisa dan saya yakin, legacy ini untuk kita semua,” tegas Erick.
Erick memastikan, proses transformasi akan tetap berjalan karena menjadi bagian terpenting sebagai bangsa besar.
“Tidak mungkin kita akan terus menjadi bangsa besar kalau tidak ada ketahanan energi,” imbuh Erick.
Transformasi terus berlanjut
Sementara itu, Nicke Widyawati menyampaikan bahwa holding minyak dan gas (migas) yang dibentuk sejak 2018 terus berjalan.
Meski diterpa pandemi Covid-19, lanjut Nicke, agenda transformasi tidak boleh berhenti, bahkan harus dipercepat. Langkah ini sesuai dengan arahan pemegang saham perseroan.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Menteri selaku pemegang saham yang membawa agenda ini, baik dalam rapat sesama kementerian maupun rapat terbatas. Berkat itu, berbagai regulasi akhirnya berhasil kami dapatkan pada akhir Agustus 2021,” ujar Nicke.
Menurut Nicke, transformasi yang dijalankan Pertamina sejalan dengan komitmen pemerintah untuk melakukan transisi energi.
“Sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang terintegrasi dari hulu ke hilir, Pertamina menjadi andalan dan berkontribusi besar dalam suplai energi bagi negara,” kata Nicke.
Nicke menyampaikan, Pertamina memiliki tiga tugas yang harus dilakukan secara paralel, yakni menyediakan serta mendistribusikan energi untuk seluruh masyarakat Indonesia, termasuk industri.
Di sisi lain, Pertamina juga ditantang untuk melakukan pengembangan dan melangkah untuk menjawab energi transisi.
“Bagaimana cara kita melaksanakan? Kita membagi kapal besar Pertamina dengan membuat 6 kapal-kapal kecil yang kita sebut subholing. Ada yang bertugas hari ini, ada yang bertugas untuk transisi menjajaki di laut yang berbeda. Ada pula yang harus berpindah kapalnya di lautan sebelah,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ketiga subholding tersebut, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining & Petrochemical, dan Subholding Commercial & Trading, harus tetap menjalankan tugas.
Sebab, perseroan diamanatkan Undang-Undang Energi untuk menjaga keandalan energi, mulai dari availability, accessibility, affordability, acceptability, hingga sustainability.
“Karenanya, Pertamina memiliki investasi sebesar 55 persen di lini bisnis existing tersebut. Sebab, Indonesia memiliki cadangan yang harus dioptimalkan,” jelas Nicke.
Sementara itu, lanjut Nicke, Subholding Gas akan bergerak ke tengah untuk mengelola energi transisi dari fossil fuel ke new and renewable energy, yakni gas dengan porsi dalam bauran energi tetap di angka 22-25 persen.
Ia menambahkan, seiring peningkatan permintaan energi sebanyak lima kali lipat dalam 5-10 tahun ke depan, porsi gas harus ditingkatkan.
“Saat ini, Pertamina memiliki pipa gas sepanjang 24 ribu kilometer. Ini merupakan yang terpanjang di Asia Tenggara. Kunci kekuatan bisnis gas itu adalah infrastruktur karena hanya bisa ditransfer dengan pipa,” imbuh Nicke.
Adapun untuk Subholding Power & NRE, lanjut Nicke, telah bergerak menuju energi terbarukan. Saat ini, pemerintah telah memulai integrasi geotermal.
Nicke mengatakan, ke depan, pihaknyua akan mengintegrasikan antara hulu geotermal dengan hilir petrokimia.
Untuk mendukung kelima Subholding tersebut, Pertamina memiliki Subholding Integrated Marine Logistic.
“Subholding ini harus ada di masa kini, masa transisi, dan masa depan. Harus selalu relevan karena Indonesia adalah negara kepulauan. Apa pun energinya, kita tetap membutuhkan transportasi laut. Bahkan, sekarang Subholding Integrated Marine Logistic mulai bergerak ke arah virtual pipelines,” kata Nicke.
Menjawab keraguan mengenai pemisahan subholding, Nicke menyebutkan bahwa kuncinya adalah integrasi operasional dan komersial, serta mengawasi tugas-tugas yang diberikan oleh negara. Dengan begitu, Pertamina sebagai holding akan tetap ramping dengan fungsi integrasi.
Selain itu, lanjut Nicke, sumber daya manusia (SDM) juga harus relevan dengan masa depan.
“Dalam rangka mengintegrasikan seluruh SDM yang ada, Pertamina juga memastikan program digitalisasi berjalan dengan membuat Pertamina Integrated Control Command Center (PICC),” imbuhnya.
Optimisme restrukturisasi
Senada dengan Nicke, Basuki Tjahaja Purnama turut menyampaikan optimismenya dalam restrukturisasi Pertamina, termasuk transformasi SDM di holding ataupun subholding.
Selain dukungan performa manajemen dan SDM yang berkualitas, Pertamina juga terus mengembangkan proses bisnis yang terdigitalisasi.
“Kami bersyukur, saya ditugaskan di sini dengan rekan dewan komisaris. Kami telah berhasil meyakinkan kerja sama yang baik dengan direksi. Sekarang sudah ada procurement secara digitalisasi yang kami kontrol dengan baik,” kata Basuki.
Lebih lanjut Basuki menjelaskan, Pertamina saat ini juga sudah menerapkan tanda tangan disposisi digital sehingga dapat bekerja di mana pun.
“Pengelolaan SDM juga semakin membaik. Kami mendukung terus transformasi organisasi dan pengelolaan SDM, termasuk dengan memastikan adanya sistem penilaian dan pemberian remunerasi pekerja berbasis kinerja (performance based). Saya bilang Pertamina paling top,” terangnya.