Advertorial

Restrukturisasi Tuntas, PNRE Tancap Gas Kawal Transisi Energi

Kompas.com - 13/09/2021, 19:02 WIB

KOMPAS.com – Subholding Pertamina Power and New Renewable Energy (PNRE) telah sah dan resmi terbentuk secara hukum pada awal Agustus 2021.

Setelah PNRE terbentuk, beberapa subholding baru Pertamina pun tumbuh pada September 2021. Hal ini menandai berakhirnya proses restrukturisasi di tubuh Pertamina Group.

Peresmian secara hukum restrukturisasi Pertamina juga semakin memantapkan upaya PNRE dalam menjalankan amanah mengawal transisi energi.

Chief Executive Officer (CEO) PNRE Dannif Danusaputro mengatakan, pembentukan holding dan subholding di tubuh Pertamina bertujuan untuk membuat perseroan lebih adaptif terhadap lingkungan bisnis yang semakin dinamis.

“Salah satu aspirasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham adalah Pertamina menjadi pemimpin transisi energi di Indonesia untuk menekan laju perubahan iklim melalui dekarbonisasi,” kata Dannif dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/9/2021).

Menurut Dannif, Subholding PNRE merupakan generasi masa depan Pertamina. Selain itu, PNRE juga menjadi energi baru bagi Pertamina untuk mewujudkan transisi energi, mendukung ketahanan energi nasional, serta mewujudkan Indonesia yang bersih sesuai dengan komitmen pemerintah dalam Paris Agreement.

Untuk diketahui, PT Pertamina Power Indonesia (PPI) yang mengoperasikan Subholding PNRE merupakan salah satu anak usaha Pertamina yang paling muda usianya. Didirikan pada 2016, perusahaan ini mulanya merupakan sebuah project company dengan proyek utama pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU).

Ketika Pertamina mengawali proses restrukturisasi pada 2020, PPI diberi amanah untuk menjadi Subholding PNRE yang fokus pada bisnis energi bersih sebagai masa depan bisnis Pertamina.

Terbentuknya Subholding PNRE membuat kinerja Pertamina semakin solid. Pada semester I 2021, Subholding PNRE secara konsolidasian berhasil membukukan laba bersih sebesar 56,8 juta dollar Amerika Serikat (AS).

Kemudian, PNRE meraih pendapatan 101 persen, earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) 117 persen, dan laba bersih 152 persen dari target yang ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).

Pada kinerja operasional, produksi listrik Subholding PNRE mencapai 2.324 gigawatt hour(GWh).

Sementara untuk mencapai target 17 persen energi bersih dalam portofolio bisnis Pertamina, SubholdingPNRE memiliki aspirasi untuk mencapai kapasitas 10 gigawatt(GW) energi bersih pada 2026.

Target tersebut terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan, seperti panas bumi, serta 1 GW energi baru. 

Lebih lanjut Dannif menjelaskan, melalui restrukturisasi, setidaknya ada empat manfaat langsung yang dirasakan oleh Subholding PNRE.

Pertama, peningkatan peluang untuk menjalin kemitraan dalam rangka mempercepat pengembangan kapabilitas BUMN di bisnis energi baru dan terbarukan.

Kedua, fleksibilitas dalam mencari alternatif pendanaan yang kompetitif, seperti green financing dan green bond, termasuk melakukan unlock value perusahaan melalui skema initial public offering (IPO). 

Ketiga, percepatan pengembangan portofolio bisnis energi baru dan terbarukan Pertamina dengan penjajakan bisnis hidrogen dan ekosistem kendaraan listrik.

Terakhir, adanya potensi sinergi pemanfaatan sumber daya manusia (SDM)yang telah berpengalaman dalam pengembangan proyek dan program pemeliharaan pembangkit listrik geotermal pada pembangkit listrik lainnya di Subholding PNRE.

Dannif menambahkan, Subholding PNRE berkomitmen penuh untuk mendukung target Pertamina dalam menurunkan emisi karbon sebesar 30 persen pada 2030.

Target tersebut akan tercapai dengan mengedepankan aspek environmental, social, and governance (ESG) dalam praktik bisnis.

“Dengan transformasi tersebut, Subholding PNRE menjadi lebih fokus dengan amanah mengawal transisi energi, mewujudkan visi sebagai Indonesia Green Energy Champion, mencapai aspirasi kapasitas terpasang sebesar 10 GW pada 2026, serta mendukung visi Pertamina menuju global green energy company,” tutur Dannif.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau