Advertorial

Lewat Webinar #MakinCakapDigital, Kemenkominfo Ajak Masyarakat Batasi Diri dari Konten yang Kurang Bermanfaat

Kompas.com - 14/09/2021, 15:02 WIB

KOMPAS.com – Kemajuan teknologi digital menjadi solusi bagi penggunanya untuk dapat mengakses informasi secara murah, mudah, dan cepat. Meski demikian, kemudahan akses informasi harus diiringi etika penggunaan informasi yang tepat guna. 

Dengan begitu, setiap pengguna media digital dan internet tidak hanya terampil mencari informasi di dunia maya, tapi juga bertanggung jawab secara moral. Dunia maya pun menjadi tempat yang baik untuk berinteraksi, menerima, dan memberi informasi.

Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyadari pentingnya meningkatkan literasi digital masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat awam memiliki kompetensi untuk melawan hoaks dan kesadaran untuk mengurangi konten negatif di dunia maya.

Guna mewujudkan hal tersebut, Kemenkominfo menggelar webinar bertajuk “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian” yang digelar secara daring, Kamis (2/9/2021).

Acara yang diikuti sejumlah peserta itu terselenggara berkat kerja sama Kemenkominfo dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.

Narasumber dalam webinar tersebut adalah guru Madrasah Aliyah Nur Iman dan entrepreneur M Ihsan, dosen Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) dan anggota (Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Wulan Tri Astuti, perwakilan Internet Development Institute Sigit Widodo, Founder dan Chief Executive Officer (CEO) PT Malline Teknologi Internasional Berrit Olam, serta narasumber dari key opinion leader jurnalis dan entertainer Puty Nurul.

Pada kesempatan tersebut, Sigit Widodo menyampaikan bahwa media sosial dan internet bukanlah dunia lain yang terpisah dengan dunia nyata. Pasalnya, postingan setiap pengguna media sosial, baik status, foto, maupun video, akan disaksikan orang lain dan dapat berimbas pada kehidupan nyata.

Sigit juga mengingatkan bahwa jumlah pengguna media sosial yang mencapai miliaran memungkinkan setiap pengguna tidak saling mengenal. Karenanya, ia mengimbau pengguna untuk menghindari berbalas ujaran kebencian untuk menghindari risiko di dunia siber.

Ia memberi tips supaya postingan di media sosial aman dari ujaran kebencian. Salah satunya dengan menganggap bahwa status yang dikirim ke jaringan publik tidak bisa dihapus.

“Semua postingan dalam bentuk digital dapat dengan mudah disalin dan disebarkan sehingga jejak digital akan terekam di banyak tempat. Terlebih, jejak digital di internet akan abadi selama internet masih ada,” ujar Sigit dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (6/9/2021).

Puty Nurul yang menjadi narasumber selanjutnya menyampaikan pentingnya berpikir ulang sebelum memosting konten atau berkomentar di media sosial. Tujuannya, untuk mengecek apakah postingan mengandung muatan hate speech atau berpotensi menyakiti orang lain.

Ia menambahkan bahwa media sosial memang menjadi tempat banyak orang untuk melampiaskan emosi. Meski demikian, pesan bermuatan emosional dan berpotensi melukai orang lain sebaiknya tidak diunggah sebagai status. Lebih baik pesan tersebut dikomunikasikan secara personal kepada pihak yang bisa dipercaya via direct message.

“Ingat, dunia digital merupakan dunia besar yang dihuni banyak pengguna digital lain. Kita harus sadar dengan diri kita sendiri sebelum melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain,” ujar Puty.

Dalam sesi tanya jawab, peserta bernama Jejee mengatakan bahwa setiap pengguna media sosial harus hati-hati dan teliti dalam menelusuri konten. Pasalnya, beragam konten bermuatan negatif yang ada di dunia maya dapat memengaruhi kondisi psikologis dan mental pengguna.

“Upaya dan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menghindari berbagai konten negatif yang saat ini sedang marak terjadi di dunia digital?” tanya Jejee.

Wulan Tri Astuti yang menjawab pertanyaan tersebut menegaskan pentingnya keamanan digital. Menurutnya, cara menghindari berbagai konten negatif bisa dilakukan dengan membatasi diri untuk tidak melihat konten yang meragukan. Pasalnya, bila konten itu semakin ditelusuri, dapat menyebabkan pengguna semakin tidak nyaman dan merusak mood-nya.

“Jadi, harus membatasi diri untuk tidak membuka konten yang tidak layak atau sesuai preferensi. Selanjutnya, cek informasi konten yang dijumpai dengan melakukan cek fakta melalui mesin pencarian online,” kata Wulan.

Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital yang diselenggarakan Kemenkominfo di Jakarta Selatan. Kegiatan seri webinar  #MakinCakapDigital terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital.

Kemenkominfo mengapresiasi dukungan dan partisipasi semua pihak sehingga webinar tersebut dapat berjalan dengan baik. Terlebih, seri webinar #MakinCakapDigital menargetkan 12,5 juta jumlah partisipan.

Oleh karena itu, Kemenkominfo membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua pihak untuk berpartisipasi pada webinar selanjutnya. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau