Advertorial

Terapkan Manajemen Energi, Dua Gedung Kementerian ESDM Raih Penghargaan ASEAN Energy Awards 2021

Kompas.com - 16/09/2021, 13:00 WIB

KOMPAS.com – ASEAN Energy Awards (AEA) 2021 memberikan penghargaan terhadap Gedung Slamet Bratanata dan Gedung Chairul Saleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Pengumuman pemenang dan penyerahan penghargaan dilaksanakan secara virtual pada rangkaian kegiatan 39th ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) and ASEAN Energy Business Forum, Rabu (15/9/2021).

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM L N Puspa Dewi mengatakan, capaian tersebut menjadi stimulus untuk menerapkan best practice dalam pengelolaan gedung-gedung di Tanah Air.

“Diperlukan penerapan manajemen dan efisiensi energi, tak hanya di lingkup Kementerian ESDM, tetapi lebih luas lagi ke berbagai sektor,” kata Puspa dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (16/9/2021).

Puspa menjelaskan, Gedung Slamet Bratanata Kementerian ESDM meraih juara pertama untuk kategori Energy Management in Large BuildingSementara, Gedung Chairul Saleh berhasil memperoleh 2nd Runner Up kategori Small and Medium Building Energy Management.

Selain Kementerian ESDM, terdapat tiga perwakilan Indonesia lain yang juga berhasil memperoleh penghargaan pada berbagai kategori. Salah satunya adalah Green Office Park-9 (GOP-9) sebagai pemenang kategori Large Green Building.

Kemudian, Solar Thermal Cooling System Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) sebagai pemenang kategori Spesial Submission for Energy Efficiency in Building. Untuk kategori Large Industry Energy Management diraih oleh PT Denso Bekasi Plant sebagai 1st Runner Up.

Pada penghargaan AEA tahun ini, Indonesia mengirimkan 10 peserta yang merupakan para pemenang Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi 2018 dan 2019.

Proses seleksi dan penentuan pemenang disaring dari puluhan kandidat yang diusulkan seluruh negara anggota ASEAN.Para pemenang ditetapkan melalui hasil penjurian yang dilaksanakan pada Agustus 2021.

-Dok. Humas Kementerian ESDM -

Untuk diketahui, AEA merupakan kegiatan tahunan ASEAN sejak 2000. Acara ini diselenggarakan oleh ASEAN Centre for Energy (ACE) yang bergerak di bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi.

Penyelenggaraan kegiatan tersebut bertujuan untuk mempromosikan pemanfaatan energi baru terbarukan serta penerapan efisiensi dan konservasi energi di tingkat regional ASEAN.

AEA terbagi menjadi 3 kategori, yaitu ASEAN Coal Awards, ASEAN Energy Efficiency and Conservation Best Practices Awards, dan ASEAN Renewable Energy Project Awards.

Sementara, ASEAN Energy Efficiency and Conservation Best Practices Awards terdiri atas 3 subkategori. Pertama, Energy Efficient Buildings and Green Buildings. Kategori ini bertujuan untuk mempromosikan kesadaran tentang efisiensi energi di gedung serta untuk mendorong partisipasi sektor swasta.

Kedua, Zero Energy Building (ZEB). Kategori ini bertujuan untuk mempercepat pergerakan ZEB di negara-negara ASEAN, mempromosikan, mempercepat, serta evaluasi penerapan ZEB dalam penurunan emisi karbon dioksida (CO2).

Ketiga, Energy Management in Buildings and Industries. Lewat kategori ini, AEA ingin mempromosikan dan menyebarluaskan praktik terbaik dalam manajemen energi yang ditunjukkan atau diterapkan di gedung dan industri di negara anggota ASEAN.


Tentang Gedung Slamet Bratanata dan Chairul Saleh

Gedung Slamet Bratanata telah berdiri selama 27 tahun. Gedung ini terdiri dari delapan lantai dan dua basement dengan luas lantai 12.299 meter persegi.

Gedung yang menjadi kantor Direktorat Jenderal (Dirjen) Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi itu merupakan gedung pemerintah pertama di Indonesia yang bersertifikat Manajemen Energi Standar sistem ISO 50001: 2018.

Bangunan tersebut beroperasi dengan sumber listrik dari jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 1.385 kilovolt ampere (kVA).

Selain itu, Gedung Slamet Bratanata juga didukung energi listrik fotovoltaik(PV) rooftop yang dapat menghasilkan energi hingga 26.000 watt-peak (Wp) dan dua genset cadangan untuk pemadaman darurat.

Adapun penerapan sistem manajemen energi yang dilakukan Kementerian ESDM berhasil mengurangi konsumsi energi hingga 613.188 kilowatt-hour (kWh) dari baseline 2018 atau setara 43.574 dollar Amerika Serikat (AS).

Sistem manajemen energi tersebut dapat mengurangi emisi CO2 sebanyak 539,60 ton dan emisi CO2 49,34 ton dari produksi listrik PV.

Sementara, Gedung Chairul Saleh telah mengimplementasikan program manajemen energi sejak 2016.

Program tersebut dilakukan setiap tahun sebagai komitmen dalam meningkatkan penghematan energi yang ditetapkan berdasarkan baseline pada konsumsi energi 2016.

Pada 2017, upaya penghematan energi dilakukan dengan menerapkan energi terbarukan berupa panel surya dengan kapasitas 34 kilowatt-peak (kWp). Upaya tersebut menghasilkan penghematan energi hingga 81.156 kWh atau setara 5,39 persen dari konsumsi energi 2016.

Dalam upaya efisiensi energi, Gedung Chairul Saleh juga mengembangkan program penghematan energi. Pada setiap bulan, pengelola gedung melakukan evaluasi dan audit untuk meningkatkan target penghematan energi.

Memasuki 2020, Gedung Chairul Saleh menerapkan sistem manajemen energi ISO 50001:2018. Selain itu, Kementerian ESDM merencanakan tambahan energi terbarukan, yaitu energi bayu atau angin.

Hingga akhir 2021, gedung tersebut ditargetkan mampu mengurangi konsumsi energi hingga 25 persen dari konsumsi energi 2016.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau