KOMPAS.com – Entitas bisnis atau usaha apa pun selalu berada dalam suatu ekosistem dari hulu sampai hilir. Oleh karena itu, pengintegrasian seluruh anggota ekosistem bisnis dari hulu ke hilir menjadi sangat vital. Hal ini disebut dengan business matching.
Substansi dari business matching sesungguhnya adalah untuk mengelola risiko. Misalnya saja, pada sektor pertanian. Ekosistem jaringan petani di hulu hingga penjual di hilir harus terintegrasi. Jadi, jika risiko harga jatuh atau melambung, bisa ditoleransi.
Direktur Bisnis Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI) Supari mengatakan, usaha dalam bidang pertanian membutuhkan banyak barang, mulai dari pupuk, sekam, bibit, hingga tenaga kerja.
“Supaya bisa sustain, para petani dalam satu ekosistem harus memiliki visi yang sama. Jika ekosistem sudah terbentuk dan visi dari semua anggota sama, biasanya sesuatu yang dikerjakan bisa bermanfaat untuk kemajuan anggota,” jelas Supari dalam tayangan Petualangan Brilian The Series episode “Sinkronisasi Membidik Peluang”, Kamis (16/9/2021).
Hal tersebut yang diterapkan oleh Kelompok Tani Wargi Panggupay di Lembang, Bandung, Jawa Barat (Jabar). Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Panggupay Ulus Pirmawan mengatakan, untuk menjaga mata rantai dari hulu ke hilir, pihaknya selalu menjaga komunikasi dengan pembeli dan agen ekspor yang membantu memasarkan hasil pertaniannya.
Sebagai informasi, produk pertanian dari Kelompok Tani Wargi Panggupay telah menembus pasar ekspor Singapura sejak 1995. Produk andalannya adalah baby buncis kenya.
“Produk pertanian buncis yang kami hasilkan bebas dari residu bahan kimia. Pemberian pupuk kompos pun disesuaikan dengan kebutuhan tanaman,” ujar Ulus.
Kemudian, dalam urusan ekspor, Ulus membeberkan bahwa proses pengepakan atau packaging menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas produk.
“Jika ditemukan satu ulat saja dalam satu plastik, keseluruhan produk dalam satu dus tidak bisa diekspor atau dengan kata lain dibuang,” jelas Ulus.
Ukuran dus juga wajib diperhatikan. Pasalnya, jika bobotnya terlalu besar, bisa merusak kualitas buncis. Jadi, berat ideal yang sesuai standar adalah 2,5 kilogram (kg) per dus. Dengan standar ekspor yang telah ditetapkan tersebut, kualitas, tekstur, dan rasa buncis akan tetap terjaga.
Upaya yang dilakukan Ulus dan Kelompok Tani Wargi Panggupay, sebut Supari, bisa menjadi contoh bagi para petani lain di Indonesia.
“Sumber daya sosial jadi fundamental. Seorang petani seperti Pak Ulus mampu memberdayakan lingkungan sosial dan memberikan dampak bagi masyarakat sekitar,” jelas Supari.
Tak heran, Ulus pernah mendapatkan predikat petani teladan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mewakili Indonesia pada 2017.
“Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seperti ini menjadi fokus BRI. Kami mempunyai framework pemberdayaan, lengkap dengan fase-fasenya. Saat ini, terdapat fase interkoneksi pelaku usaha untuk meraih tujuan pelaku UMKM dapat go modern, go online, go digital, dan go global. Model pemberdayaannya juga dibagi dengan matriks literasi dasar, literasi bisnis, dan literasi digital,” kata Supari.
Terakhir, BRI juga melakukan kurasi terhadap pelaku UMKM yang memiliki potensi dan mempertemukan mereka pada event tahunan BRI pada Desember 2021 atau Agustus 2022.
“Jadi, pendatang-pendatang baru tersebut yang sudah siap ekspor akan kami pertemukan dengan buyer dari luar negeri,” ujar Supari.
Ekspor ke 43 negara
Kesempatan memasarkan produk ke luar negeri, seperti Kelompok Tani Wargi Panggupay, tidak hanya dapat diperoleh oleh pengusaha di sektor pertanian. Jenis usaha lain juga punya potensi sama atau bahkan lebih besar. Misalnya saja, usaha kerajinan.
Salah satu pelaku usaha kerajinan yang berhasil memasarkan produknya ke luar negeri adalah Nancy Craft Co.
Untuk diketahui, sejak didirikan pada 1981, Nancy Craft Co telah berhasil melakukan ekspor ke 43 negara di dunia.
Owner Nancy Craft Co Regina Kindangen mengatakan, sinkronisasi antara kualitas produk, kapasitas produksi, dan permintaan pasar menjadi kekuatan penting suatu bisnis.
“Siap atau tidak siap (untuk ekspor) itu tergantung dari kualitas, desain, dan pengembangan potensi business matching dengan pembeli. Menurut saya, opportunity hanya datang 1-2 menit saja. Jika kita bisa mengambil kesempatan itu dengan baik, perjalanan bisnis bisa berlanjut,” jelas Regina.
Saat ditanya mengenai kekuatan Nancy Craft Co bisa dipercaya di 43 negara, Regina menjelaskan bahwa pihaknya selalu menghargai setiap pesanan yang diterima. Hal ini sebagai bentuk menjaga kepercayaan usaha, terlepas dari berapa nilai transaksinya.
“Kedua, kami mengembangkan perusahaan dengan kesungguhan. Kedua orangtua saya mengajarkan kalau kerja harus sungguh-sungguh. Ketiga, harus punya produk yang unik dan tidak bisa ditiru oleh banyak orang. Jika mereka meniru, kita harus bisa mengembangkan produk lain,” ujar Regina.
Untuk mengetahui cerita inspiratif lain dari pelaku UMKM sukses di penjuru Indonesia, silakan tonton video Petualangan Brilian melalui kanal YouTube BRI berikut. Semoga menginspirasi!