KOMPAS.com - Era digital telah membawa manusia pada kehidupan yang serbavirtual, mulai dari bekerja, belajar, belanja, hingga urusan ibadah.
Tak hanya itu, digitalisasi juga memicu setiap orang untuk berbagi informasi data pribadi, baik secara langsung pada orang lain maupun melalui platform media sosial.
Karena itu, diperlukan kehati-hatian ekstra saat beraktivitas di ranah digital. Pasalnya, rekam jejak digital sulit dihapus.
Merespons fenomena tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital berkolaborasi menggelar webinar bertajuk “Menjaga Privasi Bersama di Dunia Digital” pada Senin (6/9/2021).
Kemenkominfo menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang untuk mengisi webinar tersebut. Mereka adalah praktisi pendidikan Anggraini Hermana, penulis sekaligus jurnalis Erwan Widyarto, dan perwakilan Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Eva Yayu Rahayu.
Kemudian, peneliti Lembaga Administrasi Negara (LAN) Rusman Nurjaman dan podcaster Diaz Danar.
Pada kesempatan tersebut, Erwan Widyarto menjelaskan bahwa privasi merupakan kondisi seseorang yang menginginkan untuk bebas dari pengamatan atau gangguan orang lain.
Tak hanya itu, lanjut Erwan, privasi juga diartikan sebagai keinginan diri untuk tidak diganggu oleh apa pun dan siapa pun yang berhubungan dengan kebutuhan, nilai, dan keyakinan pribadi.
“Perlu diingat bahwa setiap pribadi mempunyai privasi dan semua pihak harus menghormatinya,” ujar Erwan dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (17/9/2021).
Terkait relevansi privasi dengan etika di dunia digital, Erwan memaparkan bahwa penggunaan media digital harus diarahkan pada satu niat, tujuan, sikap, dan perilaku etis.
“Hal itu demi kebaikan bersama dan meningkatkan kualitas rasa kemanusiaan,” terangnya.
Menyoal digital skill pada generasi milenial, Anggraini Hermana menjelaskan, hal pertama yang harus dikuasai adalah perangkat digital. Kemudian, digital skill agar keduanya seimbang.
“Namun, tetap harus diikuti dengan pilar-pilar literasi digital lain. Apabila penggunanya adalah anak-anak dan masih dalam bimbingan, orang-orang di sekitarnya baik itu orangtua, guru, maupun masyarakat bertugas mengingatkan agar mereka menggunakan media digital secara baik dan benar,” jelas Anggraini.
Pada kesempatan tersebut, Diaz Danar juga membeberkan awal mula ketertarikannya pada dunia podcast.
Untuk diketahui, podcast adalah rekaman diskusi berbentuk audio yang membahas suatu topik tertentu, seperti bisnis atau perjalanan yang dapat didengarkan.
Diaz mengungkapkan, hal yang membuatnya tertarik menjadi podcaster berawal dari profesinya sebagai penyiar radio. Tak lama berselang, podcast semakin populer dan berkembang pesat hingga akhirnya ia mencoba dan cocok dengan platform tersebut.
Menurut Diaz, media podcast hanya membutuhkan instrumen suara tanpa diperlukan dukungan visual. Konsep dasar podcast adalah audio.
“Saya jadi lebih sering mempelajari dan mengetahui bagaimana celahnya bermain dengan audio dan kata-kata sehingga membuat seseorang memiliki theater of mind dengan menggunakan kata-kata,” ungkap Danar.
Untuk diketahui, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Barat yang diselenggarakan Kemenkominfo. Webinar ini terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar tentang dunia literasi digital.
Kemenkominfo mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi dengan mengikuti webinar tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Gerakan Nasional Literasi Digital, Anda dapat mengikuti akun Instagram @siberkreasi.