KOMPAS.com – Ranah digital, khususnya media sosial, amat rentan akan potensi cyber bullying atau perundungan siber. Laporan Ditch The Label menemukan, perundungan paling tinggi terjadi di Instagram, Facebook, dan Snapchat.
Menurut Think Before Text, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu menggunakan media elektronik secara berulang-ulang dari waktu ke waktu terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut.
Guna menghindari risiko cyberbullying, setiap orang perlu menerapkan etika bermedia digital atau netiket. Contohnya, berbahasa sopan dan santun saat berinteraksi di media sosial, mengunggah konten-konten positif lagi bermanfaat, serta tidak menyebarkan berita bohong.
Berperilaku baik di media digital semakin perlu diterapkan karena berpengaruh terhadap reputasi atau personal branding.
Hal itu diungkapkan Account Executive Media Nusantara Citra (MNC) Group Ali Elanshory dalam webinar bertajuk “Say No to Cyberbullying!” yang digelar pada Rabu (8/9/2021).
Bagi Ali, personal branding punya banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dengan reputasi positif otomatis dipercaya masyarakat.
“Kalau dari sisi bisnis, personal branding berpotensi meningkatkan penjualan. Hal tersebut juga dapat berpengaruh pada karier seseorang,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (16/9/2021).
Untuk membangun reputasi yang baik, Ali mengatakan, seseorang harus punya kompetensi, mampu berinovasi, dan menciptakan tren positif. Hal ini pun mesti dilakukan secara konsisten.
“Konsistensi akan membuat seseorang menjadi ahli sehingga mudah dalam membentuk networking. Jika seseorang punya bekal ini, peluang untuk sukses pun semakin besar,” ujarnya.
Di sisi lain, aktor, penyanyi, dan pembawa acara Ayonk membeberkan cara menghindari perundungan siber di Instagram. Salah satunya, dengan menonaktifkan fitur komentar. Selain itu, pengguna juga bisa memanfaatkan fitur blokir kata-kata negatif yang tersedia pada menu pengaturan.
Ayonk juga mengingatkan agar pengguna media sosial tidak asal dalam membagikan informasi atau konten mengingat ada yang namanya jejak digital.
“Kalau pun ingin membagikan sesuatu, sebaiknya pikirkan dahulu segala dampaknya. Jangan sampai konten yang diunggah menjadi bumerang bagi diri sendiri,” pesannya.
Sebagai informasi, webinar bertajuk “Say No to Cyberbullying!” merupakan salah satu rangkaian program Indonesia #MakinCakapDigital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) serta Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.
Lewat program itu, Kemenkominfo juga menyosialisasikan Seri Modul Literasi Digital sebagai bagian dari program Literasi Digital Nasional yang diinisiasi pemerintah.
Ada empat tema besar yang dibahas dalam Seri Modul Literasi Digital, yakni Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital.
Untuk diketahui, webinar Indonesia #MakinCakapDigital ditargetkan menyerap 12,5 juta partisipan. Karenanya, Kemenkominfo mengharapkan seluruh elemen masyarakat bersedia berpartisipasi dalam acara tersebut. Dengan begitu, literasi digital dapat terwujud di Indonesia.
Kegiatan tersebut terbuka untuk umum. Bagi siapa saja yang ingin memahami literasi digital dapat mengikuti acara ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.