Advertorial

Penuhi Daya Proyek Strategis Nasional Kilang GRR Tuban, Pertamina Rosneft Gandeng PLN

Kompas.com - 23/09/2021, 21:56 WIB

KOMPAS.com – Pertamina menjalankan serangkaian proyek kilang dan petrokimia berskala besar. Salah satunya, pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Hal itu sejalan dengan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia (RI) untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik serta grand strategy energi nasional.

Melalui serangkaian proyek tersebut, Pertamina diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor produk bahan bakar minyak (BBM). Caranya, dengan meningkatkan kapasitas kilang untuk optimalisasi dan memperbaiki kualitas BBM serta nafta.

Kemudian, Pertamina juga diharapkan mampu memajukan perekonomian negara dengan melakukan ekspansi bisnis secara masif ke industri petrokimia. Pasalnya, saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor untuk pemenuhan petrokimia.

Sebagai informasi, GRR Tuban mampu mengolah minyak mentah sebesar 300.000 barrel per hari tersebut disinyalir mampu memproduksi BBM sebanyak 230.000 barrel per hari secara total. Selain itu, dapat pula menghasilkan produk petrokimia dan aromatik sebesar 4,1 juta ton per tahun. 

Oleh karena itu, proyek tersebut menjadi perhatian Pertamina. Di tengah upaya untuk mempercepat progres pembangunan kilang GRR Tuban, Pertamina melalui anak usaha subholdingrefining and petrochemical,PT Kilang Pertamina Internasional juga berupaya untuk memastikan tersedianya sarana serta prasarana pendukung operasional kilang GRR Tuban.

Rencananya, kilang minyak tersebut mulai beroperasi pada 2027 di bawah pengelolaan Pertamina Rosneft. Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina Group dan raksasa energi Rosneft asal Rusia yang menjadi pelaksana proyek strategis nasional GRR Tuban.

Untuk memenuhi kebutuhan operasional, GRR Tuban memerlukan pasokan listrik yang tak sedikit. Oleh karena itu, Pertamina Rosneft melakukan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain, yakni PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero.

Sinergi antara dua BUMN itu dituangkan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina Rosneft dan PT PLN, Kamis (23/9/2021). Nota kesepahaman ditandatangani langsung oleh Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya, Direktur Keuangan dan Umum Pavel Vagero, serta General Manager PLN Unit Distribusi Jawa Adi Priyanto.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansyuri turut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman itu. Dalam sambutannya, Pahala menyampaikan bahwa penyediaan listrik untuk GRR Tuban akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

“Sinergi BUMN tersebut juga akan memberikan manfaat terkait efisiensi nasional. Bagi PLN, kerja sama ini meningkatkan serapan tenaga listrik sehingga akan meningkatkan pendapatan. Sementara, untuk Pertamina Rosneft, kerja sama ini mampu meningkatkan jiwa kompetitif perusahaan,” kata Pahala dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis.

Melalui nota kesepahaman tersebut, Pertamina Rosneft dan PLN akan membuka peluang untuk melaksanakan kajian bersama dalam memastikan penyediaan suplai listrik hingga 20 megawatt (MW) selama fase konstruksi dan commissioning.

Dari hasil kajian tersebut, akan ditentukan skema kerja sama yang paling optimal dan menguntungkan dari aspek bisnis. Proses tersebut mencakup penentuan penyediaan infrastruktur penunjang dan skenario konfigurasi sistem serta peralatan.

“Fase konstruksi ditargetkan akan dimulai pada triwulan III 2023 dan perkiraan kebutuhan listrik GRR Tuban pada fase itu adalah sebesar 20 MW. Sementara, untuk tahapan commissioning start-up utility yang dimulai pada triwulan II 2026, kebutuhan listrik dapat mencapai 50 MW,” kata Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono mewakili Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. 

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa konfigurasi kilang Pertamina Rosneft saat ini memerlukan kepastian jaminan operasional kilang tanpa terputusnya aliran listrik. Dengan demikian, diperlukan pasokan listrik yang andal.

“Berhentinya operasi kilang dalam satu hari sama dengan hilangnya potensi revenue sebesar 34 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 480 miliar sehingga dibutuhkan jaminan suplai energi listrik terus menerus yang andal dengan zero total failure," kata Djoko.

Apresiasi PLN

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini juga mengutarakan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada PLN yang akan menjaga komitmen untuk penyediaan kebutuhan listrik secara andal dengan harga kompetitif.

Sebagai informasi, nota kesepahaman tersebut akan berlaku selama satu tahun dan hasil kajian bersama akan dituangkan dalam kerja sama penyediaan listrik GRR Tuban dalam format perjanjian jual beli tenaga listrik.

Pada tahap operasional, kebutuhan listrik GRR Tuban secara total akan mencapai 678 MW untuk kondisi normal melalui konfigurasi kombinasi suplai self-power generation dan electrical power grid dari PLN.

Untuk diketahui, kerja sama antara Pertamina Group dan PLN tersebut, terutama untuk operasional kilang BBM, bukan yang pertama.

Sebelumnya, PT Pertamina juga telah meneken perjanjian kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan kelistrikan untuk lima kilang Pertamina di Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju-Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan dengan kebutuhan total daya listrik yang disuplai mencapai 217 megavolt ampere (MVA) yang selanjutnya dapat bertambah menjadi 104 MVA.

Dengan dukungan dari Kementerian BUMN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta PLN, realisasi dan eksekusi proyek GRR Tuban dapat berjalan dengan lancar sesuai target. Hal ini akan mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dalam pemenuhan BBM maupun pemenuhan produk petrokimia.

Kilang minyak GRR Tuban yang berdiri di atas lahan seluas 834 hektare diharapkan akan menjadi fasilitas petrokimia terbesar di Asia Tenggara.

Ke depan, kilang minyak tersebut juga akan mampu menyerap lebih kurang 27.000 tenaga kerja pada saat konstruksi dan 2.500 tenaga kerja setelah proyek beroperasi.

Proyek GRR Tuban saat ini telah berada pada tahapan front-end engineering design dengan progres per Jumat (17/9/2021) telah mencapai 34,54 persen. Progres tersebut lebih maju 16,71 persen sesuai rencana awal yang hanya mampu mencapai 17,83 persen dalam prediksi waktu yang sama.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com