Advertorial

Dukung Produktivitas Pertanian, Pemerintah Beri Akses KUR bagi Petani Milenial

Kompas.com - 24/09/2021, 20:16 WIB

KOMPAS.com – Kemajuan di sektor pertanian dalam mengedepankan ketahanan pangan nasional merupakan salah satu keberhasilan Indonesia sebagai negara agraris. Untuk diketahui, sektor pertanian Indonesia tetap bertahan dan bertumbuh selama masa pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono dalam Dialog Produktif Kabar Kamis Siang Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional KPC-PEN, Kamis (23/9/2021).

Kasdi juga mengatakan, Hari Tani Nasional yang jatuh pada Jumat (24/9/2021) akan menjadi momentum untuk menggalakkan kolaborasi lintas sektor, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, untuk memajukan pertanian Indonesia.

“Pertanian adalah sektor yang kebal dan tangguh serta tidak terganggu krisis ekonomi atau imbas pandemi. Produksi unggulan pertanian tetap bisa ditanam. Bahkan, menanam di pekarangan rumah pun bisa diupayakan,” ujar Kasdi dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat.

Kasdi menjelaskan, ekspor hasil tani menjadi penyumbang terbesar pada sektor pertanian dengan angka mencapai 91 persen.

Adapun komoditas tani yang menjadi penyumbang ekspor terbesar adalah sawit. Pada Merdeka Export Agustus 2021, misalnya, Indonesia melakukan ekspor ke 60 negara dan menghasilkan devisa lebih dari Rp 7 triliun.

Guna mempertahankan capaian tersebut, pemerintah memberi bantuan bagi petani berupa penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian. Adapun penyerapan KUR Pertanian pada 2020 mencapai lebih dari 100 persen.

Ia berharap, KUR dapat terserap dan bermanfaat bagi petani untuk mendukung kegiatan pertanian sekaligus meningkatkan nilai jual produk-produk pertanian.

“Banyak usaha di bidang pertanian yang terbukti mampu mendatangkan hasil sehingga bank yakin pinjaman (kredit) pasti kembali,” terang Kasdi.

Untuk diketahui, pemerintah memfasilitasi penyerapan KUR, terutama bagi petani milenial yang memulai usaha pertanian dari nol.

Selain itu, pihaknya menargetkan mengangkat 2,5 juta petani milenial pada 2024. Untuk itu, pemerintah melalui Kementan akan memberikan bimbingan, pelatihan, evaluasi, akses KUR, pendampingan ekspansi, dan mengawal kegiatan petani hingga membuahkan hasil.

“KUR sangat efektif. Kami dorong untuk diakses semaksimal mungkin. Selain itu, kami juga memberikan konsepsi usaha. Selanjutnya, melihat apa sedang tren dan dibutuhkan pasar. Itu yang akan diusahakan,” terangnya.

Tak hanya itu, Kasdi juga menyoroti pentingnya konsep korporasi pertanian. Ia menilai, konsep tersebut dapat memotong mata rantai produksi dan distribusi sehingga koneksi antara petani dan pasar semakin dekat.

Pada kesempatan yang sama, Sekjen Aliansi Petani Indonesia (API) Muhammad Nuruddin mengatakan, pihaknya memberikan dukungan advokasi kepada petani yang kesulitan untuk mengakses KUR.

API menjembatani petani dengan pemangku kebijakan serta Dinas Pertanian. Selain itu, API juga mendorong konsep kewirausahaan petani. Tujuannya, agar petani lebih bankable atau memenuhi persyaratan bank dalam mendapatkan kredit usaha.

Mencetak petani milenial

Nuruddin memaparkan, untuk memajukan sektor pertanian, regenerasi petani juga menjadi hal yang penting untuk diupayakan berbagai pihak.

Oleh karena itu, ia mengajak anak-anak petani atau para petani muda menjadi jembatan adaptasi perubahan teknologi pertanian. Pasalnya, teknologi pertanian berperan penting untuk mewujudkan pertanian modern.

Misalnya, teknologi dalam bidang digitalisasi pemasaran, pengendalian hama, prediksi perubahan iklim, dan perhitungan pola kalender musim.

“Dalam mengimplementasikan teknologi tersebut dibutuhkan peran anak muda. Sebab itu, seluruh pihak harus memastikan bahwa solusi setiap kendala pertanian ada di desa,” tegasnya.

Nuruddin menambahkan, pemerintah telah berinisiatif untuk memberdayakan generasi muda. Hal itu telah diwujudkan oleh Kementan bersama Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

“Dalam sebuah pilot project, Kementan dan Kemendes PDTT merekrut anak-anak muda untuk memetakan lahan-lahan sawah dan menghitung luasan panen di suatu kawasan,” tambahnya.

Nuruddin percaya, setelah pengetahuan dan keterampilan ditingkatkan, anak muda dapat diberdayakan sebagai penyuluh swadaya. Dengan begitu, mereka dapat memberikan solusi atas permasalahan di lapangan sehingga dekat dengan para petani.

Salah satu anak muda yang turun langsung membantu pertumbuhan sektor pertanian Chief Executive Officer (CEO) Kedai Sayur Indonesia Adrian Hermanto.

Adrian menjelaskan, Kedai Sayur merupakan ekosistem kolaborasi berbagai pihak yang mengusung misi membawa sektor informal ke tahap digitalisasi dan modernisasi, terutama yang terkait rantai distribusi bahan pangan segar.

Tak hanya itu, lanjut Adrian, Kedai Sayur juga menggalang kolaborasi untuk menghubungkan berbagai stakeholder.

Pada sisi hulu, misalnya, Kedai Sayur bekerja sama dengan para petani. Sementara, di bagian hilir menggandeng tukang sayur.

“Kami juga bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Agro dalam hal teknologi finansial, Kementan, dan perguruan tinggi untuk membantu pendampingan agronomi bagi petani,” terang Adrian.

Ia menilai, dengan semakin banyak petani milenial yang turut andil, maka sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian akan bertambah.

“Kami berharap, para petani milenial mampu membantu para petani sehingga kualitas hasil pertanian semakin stabil dan berdaya saing,” kata Adrian.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com