KOMPAS.com – Pada era digital seperti sekarang, banyak pengguna media sosial melupakan budaya sopan santun yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya ujaran kebencian (hate speech) dan perundungan online (cyber bullying) yang terjadi di ranah digital.
Untuk menghindari kedua sumbu masalah tersebut, pengguna internet perlu menyadari bahwa interaksi pada media digital melibatkan komunikasi dengan sesama manusia yang memiliki hati dan perasaan.
Oleh karena itu, jangan sampai membuat orang lain sedih atau frustasi dengan mengatakan ujaran kebencian hanya karena berbeda pandangan atau pendapat.
Masyarakat Indonesia juga harus memiliki kecakapan digital agar dapat merespons situasi saat mengalami cyberbullying dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan tidak meladeni atau membalas dengan hal serupa.
Untuk menyikapi persoalan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dengan menggelar webinar bertajuk “Mata-mata Dunia Maya, Pahami Dampaknya!”, Jumat (17/9/2021).
Dalam forum tersebut, hadir perwakilan dari Kaizen Room Adetya Ilham, Dosen Universitas Sriwijaya dan anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Anang Dwi Santoso, Dosen Kebijakan Publik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Dwiyanto Indiahono, Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta Anggun Puspitasari, dan aktor sekaligus pembawa acara Komo Ricky sebagai narasumber.
Dalam pemaparannya, Anang menyampaikan bahwa data pribadi bersifat sensitif dan membutuhkan perlindungan khusus.
“Beberapa data pribadi yang sensitif meliputi informasi terkait agama atau keyakinan, kesehatan, kondisi fisik, kondisi mental, kehidupan seksual, data keuangan, dan data pribadi lain yang mungkin dapat membahayakan atau merugikan seseorang,” kata Anang dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (23/9/2021).
Oleh karena itu, Anang mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam berbagi data dan selalu memastikan tujuan data yang diberikan akan digunakan untuk apa.
Senada dengan Anang, Komo Ricky menyampaikan bahwa masyarakat harus sadar dan pintar dalam membagikan sesuatu di dunia digital. Pengguna media digital yang ingin memberitahu atau membagikan suatu hal perlu mempertimbangkan dampaknya. Sebaiknya, hal tersebut punya dampak positif.
“Hal itu juga akan memengaruhi jejak digital positif pengguna media sosial. Netizen harus memiliki kontrol utama dalam memperhatikan apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dipublikasikan,” jelas Komo.
Dalam webinar tersebut, partisipan yang hadir dipersilakan untuk mengajukan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Faisal memanfaatkan kesempatan ini dan menyampaikan pertanyaan.
“Bagaimana tips untuk menciptakan dan membangun personal branding yang mudah diterima di media sosial oleh banyak orang agar dapat memaksimalkan penggunaan internet? Lalu, bagaimana cara memunculkan ide kreatif untuk menciptakan sebuah konten agar bisa cakap digital secara positif dan kreatif?” tanya Faisal.
Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Adetya. Ia mengatakan bahwa personal branding setiap orang berbeda-beda di ranah digital.
“Bagaimana cara membangunnya itu tergantung pada diri sendiri. Seseorang mau dilihat seperti apa di media sosial? Lalu, sesuaikan dengan jenis kontennya. Untuk memunculkan ide kreatif, seseorang harus tenang dan berada pada tempat yang nyaman. Apapun itu yang membuat mood baik dan tidak ada emosi negatif,” jawab Adetya.
Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital yang diadakan oleh @siberkreasi.dkibanten.
Silakan mengikuti akun Instagram tersebut atau @siberkreasi untuk mengikuti webinar selanjutnya dan mengetahui Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan.