Advertorial

Belajar Daring Jadi Salah Satu Strategi Pembelajaran Saat Pandemi Covid-19

Kompas.com - 27/09/2021, 10:54 WIB

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi Covid-19”, Selasa (21/9/2021).

Webinar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang keahlian, seperti media planner Ceritasantri.id Aina Masrurin, CEO Pena Enterprise Aidil Wicaksono, dan dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sekaligus penulis Devi Adriyanti.

Kemudian, dosen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Padjajdaran Enjat Munajat dan entrepreneur muda Julia RGDS.

Dalam webinar, masing-masing narasumber membahas sberbagai topik, yang meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Sebagai pembicara pertama, Aina menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 mengubah gaya hidup dan kondisi perilaku keseharian masyarakat, termasuk dalam belajar dan bekerja. Belajar di rumah secara daring menjadi salah satu strategi pembelajaran yang tepat saat ini.

Meski begitu, kata Aina, ada beberapa tantangan yang ditemukan siswa dalam pelaksanaan skema belajar tersebut. Misalnya, kurangnya bimbingan dari guru, akses internet tidak lancar, tidak memiliki gawai yang memadai, tidak bisa mengakses aplikasi belajar online, dan kurangnya pendampingan dari orangtua.

Meski demikian, Aina berharap siswa tidak kehilangan semangat dan terbiasa untuk belajar mandiri.

"Belajarlah dari hal-hal yang kamu sukai. Belajarlah secara konsisten. Belajarlah bermanfaat untuk orang yang ada di sekeliling kalian. Karena apa yang dipelajari sekarang cerminan dari diri kamu di masa depan," ujar Aina dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (23/9/2021).

Hal tersebut didukung oleh penjelasan Aidil mengenai karakteristik masyarakat digital atau digital society. Ia menjelaskan bahwa masyarakat digital terbiasa untuk mencari sendiri apa yang ingin dipelajari bukan dari instruksi.

Masyarakat digital, lanjut Aidil, cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur. Masyarakat digital senang mengekspresikan diri, khususnya melalui media sosial. Mereka tidak ragu untuk mengunggah atau mengunduh sesuatu yang mereka inginkan.

"Perilaku itu membentuk digital culture yang merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari," ujar Aidil.

Menurutnya, digital culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital. Sebab, penerapan budaya digital termasuk mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.

Kemudian, Devi memberikan beberapa tips terkait memanfaatkan peluang dalam belajar di era pandemi untuk orangtua dan anak. Menurutnya, adanya suasana harmonis dan dialogis dalam keluarga menjadi kuncinya.

Orangtua, kata Devi, harus mengenali cara belajar anak. Apakah anak tersebut lebih senang mendengar dan menyimak, lebih senang dikawal, atau justru dibiarkan.

Dengan begitu, orangtua dapat mencari tahu cara mengajar yang sesuai melalui berkonsultasi dengan guru, sharing sesama orangtua, atau mencari informasi di Google.

“Bangun rasa ingin tahu dan rasa penasaran anak dengan ikut belajar. Orangtua juga ikut ingin tahu dan penasaran. Jadikan materi pelajaran sebagai proyek bersama. Jadikan belajar mirip misi dan petualangan dalam game," jelasnya.

Sementara itu, Enjat memaparkan soal digital safety dalam pemaparannya. Menurutnya, digital safety merupakan kemampuan individu dalam mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari- hari.

"Keamanan digital perangkat keras meliputi beragam informasi, seperti foto, video, data keuangan, dan data pribadi. Gunakan kata sandi yang kuat, berupa kombinasi angka, huruf, dan simbol. Lalu, gunakan juga autentikasi sidik jari dan wajah, serta pasang antivirus," ujarnya.

Pada sesi key opinion leader (KOL), Julia menceritakan penyesuaian apa saja yang dilakukannya dalam era digital. Menurutnya, cara berkomunikasi yang dilakukan secara online memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk dapat terhubung di mana saja tanpa terikat waktu dan ruang.

"Dalam masa transisi ke dunia digital, dibutuhkan sosialisasi dan komunikasi yang baik dimulai dari keluarga terdekat. Kita harus selalu meng-upgrade diri dan menambah ilmu lewat berdikusi, baik teman maupun guru," ujarnya.

Salah satu peserta webinar bernama Oetari Yanti menanyakan mengenai strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran jarak jauh agar berjalan lancar.

"Kita harus menguasai materi yang basisnya media sosial. Mungkin, (hal ini) bisa dilakukan dengan cara sistem shifting di daerah-daerah tertentu atau bisa juga dilakukan dengan cara melakukan kunjungan berkala ke daerah tersebut," jawab Aina.

Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital yang didukung oleh Kemenkominfo dan terbuka bagi siapa saja yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital.

Untuk itulah, penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau