Advertorial

Sikap Adaptif Pelaku Usaha Jadi Kunci UMKM Tahan Banting di Segala Kondisi

Kompas.com - 05/10/2021, 11:26 WIB

KOMPAS.com – Dunia bisnis yang begitu dinamis menuntut pelakunya untuk memiliki sikap adaptif agar usaha yang dijalankan tahan banting di segala situasi. Hal ini pun berlaku bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Ada banyak bentuk adaptasi yang bisa dilakukan pelaku UMKM, mulai dari modifikasi atau diversifikasi produk, mengubah manajemen usaha, hingga mencoba strategi pemasaran baru.

Tak sedikit pelaku usaha telah membuktikan efektivitas cara-cara tersebut. Salah satunya, pemilik Bosteak Yuria Ekalitani.

Dalam tayangan serial mini Petualangan Brilian The Series yang disiarkan di Kompas TV, Senin (12/10/2021), Yuria mengisahkan proses adaptasi yang dilakukan demi mempertahankan bisnis restoran steik yang digelutinya.

Pendirian Bosteak berawal dari kerinduan Yuria mendirikan akan steik asal Kanada yang memiliki cita rasa khas karena menggunakan rempah-rempah asal negara tersebut.

Sayangnya, tak mudah bagi Yuria menemukan racikan yang tepat untuk membuat daging steik khas Kanada di Indonesia. Sebab, sebagian besar bumbu harus diimpor. Meski begitu, ia tak patah arang.

Berbagai percobaan Yuria lakukan hingga akhirnya ia menemukan resep yang pas dan sama enaknya dengan steik dari Kanada. Menariknya, ia mampu menciptakan menu tersebut dengan mengandalkan bahan baku lokal, mulai dari daging sapi hingga rempah.

“Saya memilih bahan baku lokal karena ingin menunjukkan pada masyarakat bahwa produk lokal tidak kalah dengan produk luar negeri. Terbukti, Indonesia punya daging sapi berkualitas dan rempah-rempah. Justru dengan menggunakan daging lokal, saya bisa mendapatkan daging berkualitas yang segar dan tidak beku seperti daging sapi impor,” terangnya.

Sejak berdiri dan beroperasi secara normal, Yuria mampu mendulang keuntungan yang menjanjikan dari bisnis tersebut. Namun, kondisi ini berubah drastis ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Yuria pun mulai memutar otak agar usaha yang dirintis sejak 2016 itu dapat bertahan di situasi sulit. Salah satu upayanya saat itu adalah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan varian frozen steak (steik beku yang sudah dimarinasi).

Tak disangka, steik beku Bosteak mendapat tempat spesial di hati konsumen. Jangkauan pasar bisnis ini juga menjadi lebih luas dari sebelumnya. Dari sekadar business to customer (B2C), kini mampu merambah business to business (B2B) dengan sasaran hotel, resto, dan kafe (horeka). Ia pun membuka peluang usaha bagi sebagian masyarakat lewat sistem keagenan.

Yuria mengatakan, kehadiran frozen steak dari Bosteak memungkinkan konsumen untuk menikmati steik tanpa harus pergi ke restoran mahal. Mereka bisa menyantapnya di mana saja dan kapan saja dengan harga terjangkau.

“Dengan mematok harga Rp 25.000, kami berharap konsumen tidak lagi susah dalam memenuhi kebutuhan protein yang merupakan nutrisi penting dalam pembentukan sel imun. Selain itu, pengolahan Bosteak pun terbilang mudah karena sudah dimarinasi. Konsumen tinggal memanggang daging steik dan mengkreasikan dengan bumbu lain bila suka,” tuturnya.

Menurut aktivis brand Arto Biantoro, strategi yang dilakukan Yuria tepat. Kecepatan dan kelincahannya dalam melihat situasi mampu mengantarkan Bosteak menjadi pemenang di pasaran.

Produk kerupuk ikan tenggiri Mina Rasa Dok. BRI Produk kerupuk ikan tenggiri Mina Rasa

Disrupsi adalah sebuah keniscayaan

Adaptasi demi mempertahankan bisnis juga dilakukan Nurochman, pemilik usaha olahan ikan Mina Rasa. Dalam tayangan yang sama, ia menuturkan bahwa bisnis tersebut merupakan warisan orang tuanya.

“Dulunya, usaha Mina Rasa dimulai dengan menjual berbagai produk ikan asin, abon ikan tuna, dan terasi udang. Ini mengingat Cilacap kaya akan hasil lautnya. Seiring waktu, saya sebagai pewaris usaha menilai toko ini perlu melakukan sebuah inovasi agar bisa bertahan. Akhirnya, kami membuat kerupuk ikan tenggiri,” ujar Nurochman.

Perlu diketahui, kualitas kerupuk ikan tenggiri Mina Rasa telah diakui. Hal ini dibuktikan dengan raihan piala pada acara penghargaan Industri kecil dan menengah (IKM) Pangan Award Jawa Tengah 2019. Selain itu, produk tersebut juga bebas vetsin dan sudah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Arto kembali mengatakan, disrupsi dalam bisnis menjadi sebuah keniscayaan. Ketika pelaku usaha menghadapi hal tersebut, mereka biasanya mulai berpikir kreatif dan inovatif. Sayangnya, langkah tersebut hanya dilakukan sementara karena inovasi dinilai dapat mengubah model bisnis secara keseluruhan.

Selain menghadirkan inovasi, bentuk adaptasi lain yang dilakukan Nurochman dalam mempertahankan Mina Rasa terlihat dari strategi pemasaran yang ia pilih.

“Berbagai pameran saya ikuti, mulai dari yang diadakan di Jakarta, Bandung, hingga Malaysia. Saat di Malaysia, saya mendapatkan konsumen asal Korea,” ucapnya.

Tak hanya itu, Nurochman juga terus menjalin kolaborasi dengan pihak-pihak yang dapat berkontribusi bagi keberlangsungan usaha. Contohnya, bergabung dengan komunitas UMKM setempat yang anggotanya memiliki keahlian dalam bidang pemasaran digital.

“Jadi, saya bisa fokus memproduksi dan berinovasi secara produk. Sementara, pemasaran digital dilakukan melalui kolaborasi dengan teman-teman ahli,” katanya.

Bagi Arto, keputusan berkolaborasi yang dipilih Nurochman sesuai dengan dunia bisnis saat ini. Di era keterbukaan seperti sekarang, pikiran untuk menjadi single fighter harus dibuang jauh-jauh. Sebaliknya, pelaku usaha perlu berjejaring agar bisa mendapatkan pasar dan informasi yang dibutuhkan dalam pemasaran produk.

“Penguatan jejaring semakin diperlukan supaya pelaku UMKM bisa semakin berkembang, terutama saat menghadapi masa sulit. Misalnya, saat awal membangun usaha. Berjejaring juga mempermudah pelaku usaha baru untuk mendapatkan pasar, bahan baku, dan lain sebagainya,” terang Arto.

Menurut Mantri Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bayang Fingarimbi Kusumawati, Nurochman merupakan salah satu contoh pelaku UMKM yang up to date dalam mengikuti perkembangan zaman. Terlebih, usaha Mina Rasa mampu memberikan manfaat bagi pemberdayaan masyarakat setempat.

“Saya berharap, pelaku UMKM lainnya dapat mengikuti jejak Nurochman,” ujarnya.

Sebagai informasi, Petualangan Brilian The Series merupakan serial mini yang mengangkat kisah-kisah inspiratif pelaku dan pegiat UMKM dari seluruh penjuru Tanah Air.

Program yang diinisiasi BRI itu turut menghadirkan brand activist dan Mantri BRI untuk memberikan sudut pandang terkait bisnis lokal.

Adapun Mantri BRI merupakan perpanjangan tangan BRI yang memiliki misi mulia untuk membantu pelaku UMKM mendapatkan modal usaha dan memberdayakan ekonomi berbasis kerakyatan.

Kini, Petualangan Brilian The Series telah hadir sebanyak 12 episode. Untuk menyaksikan serial mini ini, silakan kunjungi saluran Youtube resmi Kompas TV dan BRI

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com