Advertorial

Jaga Warisan Danau Toba, Kemenparekraf Gelar Konferensi Internasional Heritage of Toba

Kompas.com - 07/10/2021, 09:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kaldera Toba atau yang lebih dikenal sebagai Danau Toba ditetapkan sebagai Geopark Dunia oleh Lembaga Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Penetapan ini disahkan pada sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, Selasa (2/7/2020).

Keberhasilan Danau Toba menjadi UNESCO Global Geopark membuktikan bahwa kawasan itu memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang erat dengan masyarakat lokal, khususnya kebudayaan dan keanekaragaman hayati.

Selain itu, Danau Toba juga memiliki tiga unsur utama sebagai Global Geopark, yaitu geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity. Ini berarti, keragaman bumi, konservasi lingkungan, serta ilmu kebumian kelestariannya tetap terjaga.

Untuk diketahui, Danau Toba merupakan danau raksasa yang terbentuk dari empat kali letusan gunung berapi yang mahadahsyat. Adapun letusan terakhir terjadi 74.000 tahun lalu dan menjadi yang terkuat di bumi.

Letusan tersebut memicu badai vulkanik aerosol sulfat yang melapisi atmosfer bumi dan menghalangi sinar matahari selama 200 tahun. Jejak lapisan abu vulkanik pun tersebar di beberapa penjuru dunia. Di India, misalnya, jejak abu vulkanik Toba setebal 12 sentimeter ditemukan.

Tak hanya jejak abu vulkanik, letusan dari gunung supervolcano tersebut pun mengubah iklim global. Akibat abu vulkanik, suhu bumi turun hingga 5 derajat Celcius. Alhasil, iklim bumi kacau dan berdampak pada keberlangsungan makhluk hidup.

Adapun hasil letusan Gunung Toba kini menjadi danau seluas 1.100 kilometer (km) persegi dengan Pulau Samosir berada di tengah-tengahnya.

Bangun kesiapan SDM lokal

Dalam upaya optimalisasi potensi Danau Toba sebagai kawasan strategis pariwisata berskala nasional dan internasional, pemerintah Indonesia membentuk Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BODT).

Pembentukan badan baru itu tertuang dalam Peraturan Presiden (PerPres) Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba.

Direktur Destinasi Pariwisata BOPDT M Tata S Ridwanullah mengatakan, terdapat 16 situs geopark dari 45 geosite Danau Toba yang berpotensi sebagai atraksi utama pengembangan wisata Danau Toba.

Adapun ke-16 geopark tersebut tersebar di tujuh kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba, yaitu Kabupaten Simalungun, Samosir, Toba Somosir (Tobasa), Humbanghasundutan, Tapanuli Utara, Karo, dan Kabupaten Dairi.

"Dari 16 geosite tersebut, beberapa di antaranya adalah Batu Basiha-TB Silalahi Balige, Hutaginjang, Tele, Sipisopiso-Tongging, dan Ambarita-Tuktuk-Tomok," ujar Tata kepada Kompas.com, Sabtu (25/9/2021).

Tata menjelaskan, BOPDT memiliki tugas utama yang bersifat otoritatif dan koordinatif. Tugas otoritatif BOPDT mencakup pembangunan tahap I di lahan zona otorita Toba Caldera Resort (TCR) seluas 386,72 hektare (ha) di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba.

Selain itu, BOPDT juga bertanggung jawab atas branding, pemasaran TCR, dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal sekitar TCR.

"Tak hanya itu, kami juga memastikan tersedianya perencanaan dan anggaran untuk pembangunan infrastruktur dasar, lanskap, fasilitas umum, dan bangunan penunjang," terang Tata.

Sementara, tugas koordinatif BOPDT adalah bertanggung jawab atas pengembangan Geopark Kaldera Toba, penguatan big data pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf), serta pemberdayaan produk parekraf tematik.

Selain itu, imbuh Tata, untuk mendukung pengembangan destinasi pariwisata Danau Toba, pihaknya melakukan sejumlah langkah terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) setempat.

Ia menilai, kesiapan SDM lokal merupakan hal utama yang tak boleh diabaikan dalam pengembangan kawasan wisata. Pasalnya, perubahan sebuah kawasan menjadi destinasi wisata juga harus dibarengi dengan pergeseran pola pikir masyarakat setempat.

Dengan demikian, destinasi wisata dapat berkembang secara berkelanjutan. Warga lokal pun dapat berkontribusi serta merasakan dampak pengembangan pariwisata Danau Toba, baik secara sosial maupun ekonomi.

"Kami memberikan beasiswa kepariwisataan untuk lulusan SMA sekitar Danau Toba ke Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, pengembangan SDM desa wisata bersama British Council, serta pelatihan kuliner, agrowisata organik, dan barista," jelas Tata.

Selain itu, imbuh Tata, BOPDT juga memberikan pelatihan kompetensi pemandu wisata guna meningkatkan kapasitas warga lokal sebagai SDM utama di setiap geosite.

Pasalnya, geosite tak hanya berkaitan dengan potensi wisata sumber daya alam tentang potensi batu-batuan, tetapi juga dengan aspek sosial dan cerita sejarah budaya Batak.

Tata menjelaskan, setiap manager geosite berperan sebagai penggerak untuk melibatkan warga setempat sebagai guide. Ke depan, pemandu lokal bakal dibekali keterampilan story telling terkait sejarah dan potensi di setiap geosite.

"Kemampuan story telling penting untuk memberikan informasi yang komprehensif bagi wisatawan. Mereka bisa menjelaskan sejarah letusan gunung berapi, potensi geologis, dan hubungannya dengan adat budaya Batak," terangnya.

Konferensi internasional

Melihat potensi besar Danau Toba sebagai Global Geopark dan sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP), pemerintah menggelar kegiatan-kegiatan bertaraf internasional yang dapat mempromosikan Danau Toba.

Salah satu kegiatan yang akan terselenggara adalah “Konferensi Internasional Heritage of Toba: Natural & Cultural Diversity” di TB Silalahi Center Toba Samosir, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (13/10/2021).

Untuk diketahui, Konferensi Internasional Heritage of Toba merupakan salah satu kegiatan MICE yang diadakan oleh Kemenparekraf.

Tata menilai, gelaran berskala internasional tersebut merupakan salah satu langkah tepat untuk mengenalkan potensi Danau Toba kepada masyarakat global.

“Kami berharap, Konferensi Internasional Heritage of Toba membawa dampak positif bagi rencana pengembangan destinasi wisata Danau Toba,” kata Tata.

Dengan demikian, segmen pasar internasional dapat semakin mengenal Danau Toba sebagai salah satu UNESCO Global Geopark.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) atau Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Barekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam siaran pers Kemenparekraf pada Agustus 2021.

Sandi mengatakan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Danau Toba dicanangkan pemerintah sebagai salah satu DSP sekaligus bagian dari UNESCO Global Geopark.

Oleh karena itu, lanjut Sandi, Kemenparekraf berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghadirkan program yang tepat sasaran dan tepat manfaat.

“Garap semua potensi, agar Danau Toba menjadi DSP yang berkualitas, membangkitkan perekonomian nasional, serta membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” kata Sandi.

Sebagai informasi, Konferensi Internasional Heritage of Toba digelar secara hybrid. Acara ini menjadi ruang diskusi berbagai ahli keilmuan, mulai dari bidang geologi, ekowisata, lingkungan, antropologi, pariwisata, hingga seni budaya.

Setiap narasumber tersebut merupakan pakar yang menguasai konsep biodiversity, geodiversity, cultural diversity, serta pengembangan tempat wisata yang berwawasan lingkungan.

Untuk diketahui, Konferensi Internasional Heritage of Toba terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama akan membicarakan topik “Kaldera Toba: Menyambung Peradaban Zaman”.

Kemudian, sesi kedua membahas topik “Kolaborasi Budaya, Masyarakat dan Pariwisata Toba”.

Konferensi internasional tersebut akan diikuti oleh 100 orang tamu undangan luring (offline) yang terdiri atas para tokoh masyarakat, pejabat dinas pariwisata provinsi dan kabupaten atau kota, dinas koperasi dan UKM provinsi dan kabupaten kota.

Selain itu, asosiasi usaha pariwisata (ASITA, PHRI, GIPI), pelaku wisata, budayawan, seniman, lembaga swadaya masyarakat (LSM), komunitas gerakan akar rumput pemberdayaan masyarakat, akademisi, mahasiswa, dan media massa juga menjadi tamu undangan luring.

Kemudian, 500 peserta dari seluruh dunia juga dapat hadir secara daring. Calon peserta diharuskan melakukan registrasi yang dapat diakses melalui jejaring media sosial.

Adapun pelaksanaan kegiatan ini menerapkan protokol kesehatan secara ketat, sesuai panduan cleanliness, health, safety, environment sustainability (CHSE) MICE yang telah disusun Kemenparekraf.

Untuk diketahui, Konferensi Internasional Heritage of Toba juga melibatkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal untuk turut berpartisipasi.

Dalam gelaran tersebut, pelaku UMKM akan menampilkan produk-produk ekonomi kreatif otentik khas Danau Toba, mulai dari fashion, kriya, hingga ragam kuliner.

Dengan demikian, konferensi berskala internasional yang diinisiasi Kemenparekraf membawa dampak positif bagi ekonomi lokal, terutama pelaku UMKM di kawasan Danau Toba.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com