Advertorial

Menkop UKM: Kopontren Al Ittifaq Jadi Contoh Sukses Korporatisasi Pangan

Kompas.com - 11/10/2021, 18:35 WIB

KOMPAS.com – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Ittifaq merupakan salah satu role model pengaplikasian koperasi yang dapat memajukan perekonomian desa dan ekonomi umat.

Hal tersebut ia sampaikan dalam acara bertajuk “Kegiatan Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Pertanian” di Kopontren Al Ittifaq, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (10/10/2021).

Acara tersebut ia hadiri bersama anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Arifin Panigoro dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Teten menilai, Kopontren Al Ittifaq yang berdiri sejak 1977 merupakan contoh koperasi di sektor riil, yaitu sektor agrobisnis dengan komoditas utama sayur-sayuran.

Dengan konsep tersebut, lanjutnya, koperasi tidak hanya menjadi aggregator pertanian berlahan sempit, tetapi juga menjadi off-taker.

“Melalui konsep tersebut, (Kopontren) tidak akan ada lagi petani yang teriak tidak terserap produknya karena koperasi yang menyerap. Jadi, petani dan peternak tidak pusing untuk memasarkan produknya karena koperasi yang akan menjadi pasar sekaligus pengolahnya,” papar Teten dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Dari sisi aset, tambahnya, berdasarkan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Buku 2020, Kopontren Al Ittifaq memiliki aset sebesar Rp 49 miliar.

Kemudian, berdasarkan informasi dari pengurus dan pengelola, kopontren tersebut juga telah menjaring 1.374 anggota dengan jumlah pegawai 33 orang.

Tidak hanya itu, Kopontren Al Ittifaq juga telah menerima pembiayaan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) sebesar Rp 6,3 miliar pada 2020.

Saat ini, Kopontren Al Ittifaq telah mendapatkan persetujuan penambahan fasilitas pembiayaan LPDB-KUMKM sebesar Rp 12 miliar.

“Kami akan meminta LPDB agar kemampuan Kopontren Al Ittifaq semakin kuat. Pembiayaan dana bergulir ini dapat digunakan untuk modal kerja agrobisnis dan investasi pembangunan green house,” ujar Teten.

Teten juga mengapresiasi Kopontren Al Ittifaq yang berhasil memasarkan dan mendistribusikan sayur-mayur serta buah-buahan produksi petani anggotanya ke berbagai pasar modern, seperti PT Lion Super Indo, Yogya Dept Store, serta AEON di Bandung dan Jakarta.

Selain itu, Kopontren Al Ittifaq juga mendapat permintaan khusus dari rumah sakit dan rumah makan, penjualan secara online melalui marketplace Alifmart atau alifmart.id, serta jaringan ritel Alifmart Store.

Inkubator berbadan hukum koperasi pertama

Pada kunjungan tersebut, Teten juga meresmikan Alif Learning Center (ALEC) yang akan menjadi inkubator berbadan hukum koperasi pertama di Indonesia. Inkubator ini akan memiliki karakteristik bisnis usaha pertanian dan mendukung core bisnis koperasi.

“Inkubator ALEC telah berdiri dan terdaftar di Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) sejak September 2021,” kata Teten.

Ia menambahkan, tujuan pendirian inkubator tersebut adalah pengembangan bisnis utama Kopontren Al Ittifaq dan akselerasi perluasan jaringan kerja sama dengan 98 pondok pesantren untuk memasok sayur-mayur. Perluasan ini ditargetkan selesai pada 2023.

Adapun ALEC akan difasilitasi oleh LPDB-KUMKM mulai 2022 dengan target 50 tenant atau pondok pesantren.

“Diperkirakan dalam tiga tahun ke depan, Kopontren Al Ittifaq akan memenuhi kebutuhan sayur-mayur serta buah di Jawa Barat dan Jakarta sebanyak 37,8 ton per hari. Kemudian, memenuhi permintaan dengan total 47,3 ton per hari dengan memfasilitasi 98 pondok pesantren,” papar Teten.

Selain itu, kehadiran ALEC juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas potensial aset sebesar 189 hektare (ha) di 98 pondok pesantren, penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.367 petani, 455 orang pekerja tetap, dan 273 orang pekerja administrasi yang tersebar di 16 kabupaten atau kota di Jawa Barat.

“Dengan adanya ALEC, akselerasi pengembangan koperasi akan lebih cepat dan dapat meminimalisasi risiko terhadap pembiayaan yang diberikan oleh LPDB-KUMKM,” tutur Teten.

Pada kesempatan yang sama, Erick mengatakan bahwa Kopontren Al Ittifaq menjadi contoh nyata bahwa keberhasilan pesantren—yang selama ini menjadi sarana pendidikan agama Islam—dalam menyejahterakan rakyat.

“Kita bisa melihat bahwa pesantren telah menjadi mercusuar peradaban. Masyarakat dapat melihat secara nyata masing-masing komunitas bergotong royong untuk mewujudkan ekonomi yang adil,” papar Erick.

Ia juga memastikan, Kementerian BUMN akan mendukung pembiayaan Kopontren Al Ittifaq melalui Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Permodalan Nasional Madani (PNM).

Alami perkembangan yang pesat

Senada dengan Erick, Arifin merasa bangga atas perkembangan yang dialami oleh Kopontren Al Ittifaq. Menurutnya, aset yang dimiliki oleh Kopontren Al Ittifaq berkembang pesat hanya dalam beberapa tahun.

“Kemajuan koperasi tersebut sangat cepat. Awalnya, di hilir itu hanya punya Rp 200 juta, tetapi sekarang punya Rp 49 miliar. Saya sangat yakin bahwa di era sekarang, sektor pangan mulai dari hulu sampai hilir akan menjadi hal yang dibutuhkan di dunia,” ungkapnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Kopontren Al Ittifaq Setia Irawan menjelaskan bahwa pihaknya memiliki jaringan petani melalui kerja sama dengan 37 pondok pesantren dan 270 petani binaan sebagai pemasok sayur-mayur.

Petani yang bekerja sama dengan Kopontren Al Ittifaq juga akan diberikan sejumlah pelatihan, seperti penanaman dan penyesuaian waktu tanam sesuai dengan jadwal penanaman Al Ittifaq, serta quality control sesuai permintaan invoice modern market.

“(Kesempatan) ini menjadi momentum bagi kami untuk mengembangkan ekonomi berbasis kerakyatan melalui koperasi. Gotong royong dan berjemaah menjadi basis utama untuk mengembangkan koperasi kami. Kami berhasil menunjukkan bahwa pondok pesantren bukan hanya lembaga pendidikan saja, melainkan lembaga untuk memberikan manfaat bagi perekonomian,” tutur Setia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau