Advertorial

Sinergi dengan Banyak Pihak, Pemkot Surabaya Hadirkan Surabaya Medical Tourism

Kompas.com - 11/10/2021, 18:39 WIB

KOMPAS.com – Kota Surabaya memiliki layanan wisata medis (medical tourism) yang mulai dikembangkan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Dengan menggandeng berbagai komponen, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berkomitmen segera mewujudkan jenis wisata yang disebut Surabaya Medical Tourism (SMT) tersebut.

Komitmen tersebut dibuktikan dengan soft launching SMT yang disertai dengan penandatanganan nota kesepakatan bersama tentang penyelenggaraan layanan wisata medis di Kota Surabaya, Senin (27/9/2021).

Pada kesempatan tersebut, Eri mengatakan bahwa Surabaya memiliki potensi besar untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik, baik untuk warganya maupun yang berada di wilayah Indonesia Timur lainnya. Medical tourism, kata Eri akan menyuguhkan pelayanan kesehatan terbaik yang ada di Kota Surabaya.

“Jika kami bisa melakukan pelayanan ini, secara otomatis akan menggerakkan ekonomi, pariwisata, perhotelan, restoran, dan semua yang ada di Kota Surabaya,” ujar Eri dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Penandatangan kerja sama dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama dengan Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih, dan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) wilayah Jawa Timur Dr Dodo Anondo.

Selain itu, nota kesepakatan juga ditandatangai oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Jawa Timur (Jatim) Imam Mahmudi, Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Jatim Yongky Yanwitarko, dan Ketua Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Jatim Dwi Cahyono.

Lebih lanjut, Eri menjelaskan mengenai sistem kerja sama tersebut secara detail. Nantinya, MTS akan disajikan dalam bentuk sebuah aplikasi. Saat ini, aplikasi yang merupakan produk bersama itu sedang dikembangkan oleh Unair.

Nantinya, dalam aplikasi tersebut akan tersedia rumah sakit beserta layanan unggulannya. Pengguna aplikasi juga dapat menemukan biaya, pariwisata, hotel, restoran, dan berbagai fasilitas lain di dalamnya.

Rumah sakit Soewandi di Surabaya. Dok. Pemkot Surabaya Rumah sakit Soewandi di Surabaya.

Maka dari itu, kata Eri, ketika ada orang sakit dan berobat ke Surabaya, biasanya ada keluarga yang mendampingi. Dengan demikian, sebelum berangkat ke Surabaya, pasien sudah mendaftar terlebih dahulu.

Degan begitu, pasien sudah mengetahui rumah sakit yang dituju, hotel tempat menginap, dan tempat-tempat yang akan dikunjungi. Bahkan, bila diperlukan, ambulan akan siap menanti untuk menjemput di bandara tempat pasien mendarat.

“Itu sudah dirancang sejak awal karena semua ini akan terangkai menjadi satu bagian,” ujar Eri.

Di samping itu, Eri juga menjelaskan bahwa sekitar 70 persen orang Indonesia berobat ke luar negeri. Dari 70 persen itu, sebagian besar adalah warga Kota Surabaya. Padahal, menurutnya, pengobatan di Indonesia tidak kalah dengan di luar negeri.

Ia juga menceritakan pernah bertemu dengan seseorang yang menyampaikan bahwa awalnya orang tersebut tidak percaya diagnosis dokter di Surabaya. Orang tersebut lalu berobat ke luar negeri menggunakan pesawat jet pribadi.

Ternyata, sampai di luar negeri hasilnya sama dengan diagnosis yang didapat di Surabaya. Dengan fakta tersebut, dia menyampaikan bahwa sebenarnya dokter di Surabaya itu tidak kalah hebat dengan di luar negeri karena hasil diagnosisnya sama.

“Kita punya tenaga kesehatan yang hebat, punya rumah sakit yang hebat. Sekarang, tugas kita untuk menggandengkan semua pelayanan itu. Nah, kalau itu bisa dilakukan di Indonesia, khususnya di Surabaya, kenapa harus pergi berobat di luar negeri,” katanya.

Oleh karena itu, Eri yakin kerja sama tersebut akan dapat mewujudkan medical tourism. Ia juga memastikan bahwa pelayanan itu akan diluncurkan pada 10 November 2021. Dengan demikian, pelayanannya juga bisa dimulai pada hari yang sama.

Contra Enchanged Spektra Mamografi (CESM) jadi salah satu layanan medis di Surabaya. Dok. Pemkot Surabaya Contra Enchanged Spektra Mamografi (CESM) jadi salah satu layanan medis di Surabaya.

Sementara itu, Mohammad Nasih mengatakan kerja sama tersebut akan menjadi bagian dari catatan sejarah Surabaya, bahkan Indonesia.

“Boleh saja kemerdekaan itu diproklamasikan di Jakarta, tetapi perjuangan untuk terus mengibarkan dan justru pahlawan kemerdekaan itu berasal dari Surabaya dengan 10 Novembernya yang sungguh luar biasa. Apa yang kami lakukan hari ini akan menjadi catatan sejarah juga dari Kota Surabaya,” kata Nasih.

Nasih juga mengakui bahwa dalam jangka pendek, dia tidak terlalu berharap ada orang luar negeri berobat ke Indonesia. Namun, mereka yang selama berobat ke luar negeri dapat dicegah dengan pelayanan yang sebaik-baiknya dan fasilitas yang bagus di Kota Surabaya.

“Kuncinya, menurut saya, adalah koordinasi dan kerja sama serta integrasi diantara semua komponen ini, dokternya, rumah sakitnya, dan semuanya, termasuk pemkot, yang harus terus bersama-sama demi mensukseskan inovasi ini,” ujar Nasih.

Dokter Dodo mengatakan, SMT nanti akan mirip dengan yang ada di Malaysia. Namun, ia memastikan SMT dihadirkan bukan karena Surabaya mau meniru Malaysia, melainkan karena memang potensi Surabaya cukup besar untuk memberikan pelayanan itu.

"Kita medical tourism sama dengan Malaysia. Jadi, kita akan nerima pasien dari luar negeri. Namun, sementara ini, kita coba yang dari luar Surabaya dulu, testcase apakah semuanya bisa dilayani dengan baik. Namun, kalau dilihat dari potensinya, Surabaya sudah cukup siap untuk menerapkan inovasi ini," kata Dodo.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com