KOMPAS.com – Pemerintah memutuskan membuka kembali sektor pariwisata di Bali untuk wisatawan mancanegara (wisman) mulai Kamis (14/10/2021). Kebijakan ini dilakukan seiring dengan pandemi Covid-19 yang mulai terkendali di Indonesia.
Seperti diketahui, sektor pariwisata merupakan penopang utama perekonomian di Bali. Imbas pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Bali pada triwulan II 2021 hanya mencapai 2,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Angka tersebut tergolong kecil, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode yang sama mencapai 7 persen secara yoy.
Oleh karena itu, pembukaan kembali aktivitas pariwisata di Bali menjadi solusi untuk meningkatkan situasi perekonomian di Pulau Dewata.
Sebelumnya, pemerintah telah melakukan percobaan terhadap kunjungan wisatawan domestik di Pulau Bali. Keputusan pembukaan Bali bagi kunjungan wisman juga mempertimbangkan kesuksesan percobaan tersebut.
Meski demikian, turis asing yang berkunjung ke Bali harus menaati penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat, aturan vaksinasi, dan ketentuan karantina.
Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Henky Hotma P Manurung menjelaskan proses persiapan pembukaan Pulau Bali untuk wisman.
Ia mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai simulasi pembukaan pariwisata di pulau itu, mulai dari kedatangan pesawat, penerimaan turis di bandara, proses karantina, hingga prosedur-prosedur lain sesuai prokes yang telah dibahas dan ditetapkan.
Tingginya tingkat vaksinasi di Bali yang mencapai 99 persen untuk dosis pertama dan hampir 90 persen untuk dosis kedua juga menjadi pertimbangan untuk menerima wisman.
Hal itu Henky sampaikan dalam acara Dialog Produktif Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (13/10/2021).
“Bali sudah siap kembali menerima wisman dengan prosedur yang telah dibangun bersama pemerintah pusat dan daerah,” ujar Henky dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (14/10/2021).
Guna menunjang kesiapan hotel dalam menerima wisman, kata Henky, pihaknya akan menerapkan standardisasi Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) yang baik di Bali untuk meyakinkan wisatawan yang akan datang.
Seperti diketahui, CHSE merupakan prokes dalam dunia pariwisata yang menjadi salah satu panduan dalam era kenormalan baru, termasuk hidup berdampingan dengan Covid-19.
Henky menambahkan bahwa sertifikasi CHSE dan animo pelaksana usaha wisata di Bali yang sedang bersiap pulih menjadi faktor penting. Menurutnya, momentum ini tidak hanya penting untuk pengunjung, tapi juga untuk para pekerja di sektor pariwisata.
“Bekerja di tempat yang sehat, dikunjungi orang-orang yang sehat, berwisata di tempat-tempat yang sehat. Ini adalah narasi baru dalam pola kehidupan ke depan. Meski banyak pihak menyambut antusias pariwisata di Bali kembali dibuka, keselamatan tetap harus diutamakan. Pelaksanaan prokes secara ketat menjadi kuncinya,” tutur Henky.
Kesiapan Bali menyambut wisman
Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace mengakui bahwa pariwisata adalah lokomotif perekonomian Bali. Karenanya, pembukaan pintu pariwisata di Bali menjadi perhatian banyak pihak sehingga persiapan yang matang harus dilakukan.
Cok Ace mengatakan, saat ini Bali sudah memiliki 35 hotel yang telah siap menjadi pusat karantina ditambah 55 hotel lain yang mengajukan diri.
“Hotel karantina diharuskan memiliki sertifikat CHSE, memiliki akses terpisah antara tamu reguler dan tamu karantina, serta memiliki kerja sama dengan rumah sakit terdekat,” kata Cok Ace.
Sebelumnya, Bali memiliki tiga wilayah zona hijau sebagai pilot project yang dapat dikunjungi turis, yakni Ubud, Nusa Dua, dan Sanur. Seiring perbaikan penanganan Covid-19, saat ini hampir semua wilayah di Pulau Bali dapat dikunjungi turis.
Hal tersebut tak lepas dari pelaksanaan program vaksinasi yang merata di Bali, respons masyarakat yang baik, penerapan aplikasi PeduliLindungi di lokasi wisata, serta standardisasi CHSE.
“Kami berharap dapat memberikan ruang gerak lebih luas bagi wisman yang sudah menyelesaikan karantina selama lima hari,” ujarnya.
Lebih lanjut, Cok Ace menjelaskan, wisatawan dapat melihat kawasan mana saja yang termasuk zona hijau, kuning, atau merah melalui aplikasi PeduliLindungi. Hal ini dapat memudahkan wisatawan sebelum memutuskan untuk mengunjungi destinasi wisata di Bali.
Tak hanya itu, pemerintah pusat juga akan melakukan standardisasi CHSE secara ketat dan konsisten oleh pelaksana di lapangan.
“Penting juga untuk terus membangun kesadaran masyarakat. Bila setiap pribadi sadar, pasti akan meningkatkan upaya proteksi kesehatan,” tegasnya.
Dokter sekaligus influencer dan traveller Ratih C Sari yang hadir dalam dialog tersebut menegaskan bahwa prokes tetap menjadi hal utama dalam upaya perlindungan kesehatan serta kemungkinan berhadapan dengan varian virus baru.
Ratih mengatakan, penerapan prokes terbukti efektif dalam meminimalisasi terpapar berbagai varian virus corona. Menurutnya, jangan sampai ancaman varian baru virus corona menimbulkan ketakutan pada masyarakat dalam melakukan kegiatan dan perjalanan.
“Hal terpenting, kita harus tetap berhati-hati dan terus meng-update diri dengan berita-berita terbaru,” tutur Ratih.
Ia pun berharap, setiap pihak dapat beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti menerapkan prokes, melakukan vaksinasi, dan melengkapi diri dengan perangkat kebersihan.
Selain itu, wisatawan juga harus mematuhi aturan yang dikeluarkan pemerintah pusat ataupun daerah, mengingat setiap kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat.
“Saya melihat kesiapan Bali dalam menyambut wisatawan melalui prokes ketat, termasuk di restoran-restoran. Saya percaya dan optimistis, ini bisa jadi momentum kebangkitan di Bali,” kata Ratih.