Advertorial

Ketahui Skoliosis Sejak Dini, Perbaiki dengan Latihan Schroth dan Gensingen Brace

Kompas.com - 19/10/2021, 19:19 WIB

KOMPAS.comSchool from home atau pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan bagi anak-anak. Salah satunya adalah kurangnya aktivitas fisik.

Banyak orangtua mengeluhkan bahwa anak-anak menjadi lebih gemuk karena kurang bergerak. Selain itu, orangtua juga menyadari perubahan postur tubuh pada anak.

Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan anak selama pandemi, perlu menjadi perhatian. Sebab, kurang aktivitas menyebabkan otot menjadi lebih lemah dan kemampuan motorik anak lebih terbatas. Dengan begitu, anak-anak akan lebih sulit menjaga postur tubuhnya.

Orangtua harus dapat membedakan permasalahan postur tubuh yang berubah akibat kebiasaan semata atau kelainan, seperti skoliosis.

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan. Perubahan postur akibat skoliosis bersifat tiga dimensi. Tidak hanya membekok ke samping, tulang belakang juga dapat memutar.

Skoliosis juga terdiri dari dua jenis, yakni skoliosis kongenital dan idiopatik. Skoliosis kongenital merupakan kelainan postur tulang belakang yang diderita sejak lahir, disebabkan oleh trauma akibat jatuh, atau penyakit saraf.

Sementara itu, skoliosis idiopatik belum diketahui sebabnya hingga saat ini. Pada penderita skoliosis idiopatik biasanya ditemukan riwayat keluarga dengan skoliosis, fleksibilitas tulang belakang yang berlebih, hingga kekurangan vitamin D3.

Kondisi skoliosis dapat diperberat dengan kebiasaan postur sehari-hari yang buruk serta kurangnya aktivitas fisik. Jika kondisi skoliosis pada masa pertumbuhan dibiarkan, dapat terjadi penambahan derajat kurva yang cepat.

Kasus skoliosis biasanya dapat dilihat dengan memperhatikan bentuk punggung anak saat berdiri dan membungkuk. Pada posisi tersebut, akan terlihat ada sisi yang menonjol.

Skoliosis juga bisa diketahui dengan membandingkan tinggi bahu dan panggul. Pada kasus skoliosis yang lebih berat, cara berjalan anak juga bisa terlihat miring.

Anak dengan skoliosis akan merasakan beberapa keluhan, mulai dari pegal, nyeri pinggang, bahu dan leher terasa kaku, sesak, hingga nyeri saat memasuki masa menstruasi.

Selain masalah kesehatan, hal lain yang ditimbulkan skoliosis adalah masalah psikologis karena dapat membuat anak merasa minder dengan penampilan tubuhnya. Kebanyakan skoliosis diderita oleh anak perempuan. Padahal, penampilan fisik menjadi hal yang diperhatikan oleh mereka.

Cara memperbaiki skoliosis

Kondisi skoliosis dapat diperbaiki apabila terapi yang tepat dilakukan saat anak masih dalam masa pertumbuhan. Lebih baik lagi, jika skoliosis diketahui secara dini sehingga kurva skoliosis belum terlalu besar dan lebih mudah dikoreksi.

Tingkat keparahan skoliosis biasanya dilihat melalui x-ray. Terbagi tiga tingkatan keparahan, yaitu ringan dengan kemiringan 10-20 derajat, sedang dengan kemiringan 20-40 derajat, dan berat dengan kemiringan lebih dari 40 derajat.

Meski demikian, perlu diingat pula bahwa kondisi skoliosis yang diderita setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang memiliki skoliosis dengan kemiringan di bagian punggung atas atau thorakal, ada juga yang di pinggang atau lumbar. Selain itu, ada juga anak yang memiliki kondisi skoliosis di kedua bagian tersebut.

Skoliosis seringkali dianggap hanya dapat diterapi melalui operasi. Namun, dengan penanganan dini dan tepat banyak kasus yang terbantu dengan terapi konservatif non-operatif.

Meski begitu, terapi konservatif yang diberikan tentunya harus bersifat spesifik karena masing-masing pasien membutuhkan penanganan yang disesuaikan dengan kondisinya. Salah satunya melalui pemberian latihan Schroth dan pemakaian brace skoliosis.

Latihan Schroth merupakan terapi konservatif skoliosis dari Jerman yang telah diakui dan diterapkan di berbagai negara. Latihan ini bersifat spesifik terhadap kondisi skoliosis pasien. Sebab, gerakan yang diberikan kepada pasien disesuaikan dengan kurva skoliosis yang dimilikinya.

Ilustrasi sebelum dan sesudah penderita skoliosis melakukan Latihan Schroth dan menggunakan Brace Gensingen.Dok. Spine Clinic Family Holistic Ilustrasi sebelum dan sesudah penderita skoliosis melakukan Latihan Schroth dan menggunakan Brace Gensingen.

Latihan itu bertujuan untuk menguatkan otot-otot punggung, mengembalikan kesejajaran tulang, dan mengajarkan pasien untuk lebih menyadari posisi tubuhnya. Latihan Schroth bermanfaat bagi pasien usia anak hingga orang lanjut usia (lansia).

Khusus pada anak penderita skoliosis yang masih berada di usia pertumbuhan, diperlukan bantuan koreksi pasif dengan menggunakan brace. Brace Gensingen (Brace GBW) merupakan brace skoliosis spesifik yang mengoreksi secara tiga dimensional.

Brace tersebut tidak hanya memperbaiki secara lateral atau dari samping, tetapi juga memperbaiki rotasi yang disebabkan skoliosis. Koreksi dalam brace Gensingen ini mengadopsi koreksi yang terjadi pada tubuh saat melakukan latihan Schroth.

Selain itu, pembuatan brace Gensingen dilakukan secara modern. Hasil yang akurat dan memberi koreksi maksimal didapatkan dari proses scanning 3D. Selain itu, brace ini nyaman dikenakan oleh pasien skoliosis.

Dengan kombinasi keduanya, pasien skoliosis akan mendapatkan hasil maksimal, baik dari segi estetika, perbaikan fungsional, maupun perbaikan kurva secara x-ray.

Kedua terapi tersebut dapat dijumpai di Spine Clinic Family Holistic yang berlokasi di Jakarta dan Spine Fit Family Holistic di Tangerang. Layanan ini juga telah tersedia di beberapa kota lain, seperti di Bogor dan Surabaya.

Jika Anda memiliki dugaan anak menderita skoliosis, segera periksakan ke dokter supaya dapat ditangani dengan baik. Dengan mengetahui sejak dini, terapi skoliosis dapat dilakukan dan memberi hasil koreksi yang maksimal.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau