Advertorial

Tekan Impor, Menkop UKM Luncurkan Cangkul Merah Putih Berlabel SNI

Kompas.com - 22/10/2021, 21:35 WIB

KOMPAS.com – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengapresiasi kinerja Koperasi Produsen Angudi Logam Abadi karena sukses menghasilkan produk cangkul buatan dalam negeri dengan merek Cangkul Merah Putih.

“Saya bersyukur, Cangkul Merah Putih sekarang punya label Standar Nasional Indonesia (SNI). Akhirnya, Indonesia mampu swasembada cangkul sendiri,” ucap Teten dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/10/2021).

Sebagai informasi, bahan baku pembuatan cangkul tersebut didukung oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Sementara, permodalan didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Menkop UKM pun menyempatkan diri mengunjungi pabrik sekaligus tempat produksi Cangkul Merah Putih di Tulungagung, Jawa Timur (Jatim).

Pada kunjungan tersebut, Teten didampingi oleh Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, Deputi Perkoperasian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) Ahmad Zabadi, Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Hanung Harimba Rachman, serta Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi Suharyono.

Teten mengatakan, pada awal dirinya menjabat sebagai menteri, isu impor cangkul sempat menyeruak. Teten pun diminta oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencari solusi mengatasi masalah tersebut. Ketika itu, bahan baku pembuatan cangkul menjadi permasalahan utama.

“Akhirnya, kami menempuh jalan untuk memperkuat koperasinya terlebih dahulu. Kemudian, kami bermitra dengan BUMN untuk ketersediaan bahan baku,” jelas Teten.

Cangkul Merah Putih, sambungnya, merupakan program lokalisasi kolaborasi Kemenkop UKM bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), serta BUMN untuk menekan impor cangkul.

“Saat ini, kualitas Cangkul Merah Putih telah terstandardisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri nasional dan daerah,” jelas Menkop UKM.

Fokus dalam negeri

Cangkul Merah Putih saat ini fokus mengisi pasar dalam negeri, terutama kebutuhan alat-alat pertanian yang sebagian besar masih impor. Namun, tidak tertutup kemungkinan cangkul ini bisa juga merambah ke pasar internasional.

Untuk itu, Teten menegaskan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengembangkan koperasi logam penghasil cangkul. Hal ini dilakukan agar Indonesia bisa memproduksi alat pertanian lain. Dalam memperkuat koperasi industri logam, Kemenkop UKM menekankan beberapa faktor utama.

Pertama, memastikan ekosistem cangkul terjaga cukup baik melalui suplai logam dari Krakatau Steel dengan harga yang kompetitif.

Kedua, akses pasar produk yang dapat diserap oleh pemerintah, kementerian, dan lembaga sehingga koperasi bisa meningkatkan produk dari sisi kualitas dan kuantitas.

Terkait hal tersebut, pemerintah telah mengalokasikan 40 persen belanja pemerintah lewat Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa (LKPP) untuk menyerap produk UMKM. Salah satunya adalah alat-alat pertanian.

“Belanja usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga sudah diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja. Program alokasi pengadaan barang dan jasa pemerintah dari UMKM saat ini mencapai Rp 188,96 triliun atau sekitar 42,19 persen dari total target Rp 447,2 triliun,” ucap Teten.

Ketiga, Kemenkop UKM terus memperkuat akses pembiayaan lewat LPDB-KUMKM, termasuk lewat kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga yang sangat rendah dari perbankan dan disubsidi oleh pemerintah.

Selain di Tulungagung, koperasi sektor logam dengan produk cangkul juga fokus dikembangkan di Sukabumi, Klaten, dan Tegal.

“Saya optimistis industri logam, terutama cangkul, bisa terus berkembang. Sebab, selama dua tahun ini, isu impor cangkul sudah tak ada lagi. Bahkan dari segi kualitas, saya sudah coba adu sendiri dengan produk impor, Cangkul Merah Putih punya Indonesia kuat,” kata Menkop UKM.

UMKM daerah

Pada kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi Suharyono mengatakan bahwa koperasi yang ia kelola mampu memproduksi 4.000 cangkul per bulan. Ia pun bersyukur, produk Cangkul Merah Putih kini mendapat sertifikat SNI.

“Usaha ini dilakukan untuk mempermudah kami menembus pasar ekspor dan berjejaring dalam rantai nilai global (global value chain),” imbuhnya.

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo juga menyatakan dukungannya. Ia mengatakan, momentum tersebut merupakan bentuk keberpihakan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka peningkatan daya saing sektor UMKM di tingkat nasional serta global.

“Produk-produk UMKM di Tulungagung juga bisa dijadikan unggulan ekspor. UMKM menjadi penguat ekonomi di daerah dan mampu membuka lapangan kerja yang lebih baik,” katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com